Kasus pelarangan pesepakbola yang berorientasi seksual sesama jenis perempuan (lesbian) untuk ikut dalam skuad tim nasional Nigeria yang akan mengikuti putaran final FIFA Women's World Cup 2011 di Jerman memberikan inspirasi kepada saya untuk menulis masalah tersebut. Sikap kontroversial yang ditunjukkan oleh Nigerian Football Federation (NFF) tersebut menunjukkan bahwa diskriminasi belum sepenuhnya tuntas diberantas dari sepakbola pada khususnya, dan olahraga pada umumnya.
Larangan lesbian untuk dicantumkan di dalam skuad timnas Nigeria sepertinya sekedar merujuk pada etika dan norma. Pada kenyataannya, para lesbian tersebut memberikan kontribusi yang bermakna bagi masyarakat dalam bentuk prestasi sepakbola. Orientasi seksual adalah urusan pribadi. Tiap orang pasti memiliki preferensi sendiri-sendiri dalam kehidupan seksual mereka. Orientasi ini adalah pilihan yang seharusnya tidak boleh diganggu secara represif, seperti dengan membatasi hak untuk memberikan peran.
Sepertinya ada rasa ketakutan dari pihak NFF, bahwa para lesbian tersebut dapat menyalahgunakan yang menyalahi "aturan" manakalah bagian dari mereka "berperan sebagai laki-laki" dalam kehidupan seksual sesama jenis. Sebagai misal, mungkin ada ketakutan terhadap resiko doping penggunaan hormon laki-laki dan sejenisnya. Akan tetapi, alasan ini tidak masuk akal, bilamana memang ada alasan tersebut. Toh, panitia turnamen pasti akan mengadakan uji kelayakan sebelum bertanding. Lain halnya jika si pemain memiliki riwayat operasi ganti kelamin.
Berdasarkan informasi yang dilansir oleh situs www.frambal.de, disebutkan bahwa pelarangan lesbien tersebut dihubung-hubungkan dengan masalah agama. Narasumber menyebut istilah "Ten Commandment", sehingga pelarangan tersebut pasti memiliki keterkaitan dengan masalah agama. Kesimpulannya, ada pihak-pihak dari luar sepakbola yang mencoba untuk melakukan intervensi atas nama moral, etika, dan norma sebagai manusia yang dilahirkan sebagai laki-laki dan perempuan dan menjalani kehidupan normal berpasangan lawan jenis. Hal ini adalah sama dengan rasisme, diskriminasi, dan sejenisnya. Sama sekali tidak lucu.
Orientasi seksual adalah masalah yang sangat pribadi. Meskipun mereka adalah penganut homoseksual atau lesbian, selama masih sanggup dan mampu memberikan yang terbaik bagi tim, tidaklah masalah. Anggap saja orientasi yang banyak orang sebut sebagai "perilaku seksual yang menyimpang" tesebut sebagai sisi lain dari kehidupan seseorang. Setiap manusia memiliki hal yang unik dan hendaklah keunikan tersebut dihargai.
Seorang kawan jejaring sosial yang berasal Jerman, pemerhati sepakbola perempuan, berseloroh bahwa dengan adanya larangan lesbian dalam timnas Nigeria tersebut, maka Super Eagle hanya akan diperkuat oleh 5 (lima) orang pemain. Menurut saya candaan ini bukan sebuah ejekan, melainkan bentuk keprihatinan akan nasib timnas sepakbola perempuan Nigeria yang sedang mengalami "penggembosan".