Kadang, anak bukan takut pada pelajaran, tapi takut pada tatapan yang menghakimi.
Sekolah ramah bukan sekadar tempat belajar, tapi ruang yang menerima, menumbuhkan, dan membuat setiap anak merasa aman serta berani berkembang. - Tiyarman Gulo
Pagi yang Tak Selalu Cerah
Setiap pagi, aku mengantar anakku ke sekolah dengan semangat yang, jujur saja, kadang pura-pura.
Di depan rumah, ia berdiri dengan seragam rapi, tas berat di punggung, tapi langkahnya pelan.
"Kenapa, Nak? Enggak semangat hari ini?"Â tanyaku.
Ia menjawab lirih, "Aku takut ditertawakan lagi, Pa. Kemarin PR-ku salah."
Saat itu aku diam. Tidak tahu harus berkata apa.
Kupikir sekolah adalah tempat paling aman bagi anak untuk belajar dari kesalahan. Tapi ternyata, di balik dinding penuh poster motivasi dan slogan "Sekolahku Rumah Kedua", masih ada rasa takut yang tumbuh, bukan karena nilai, tapi karena perlakuan.
Anak-anakku, dan mungkin anak-anak lain, bukan tidak mau belajar. Mereka hanya ingin diterima apa adanya.
Antara Harapan dan Realitas Sekolah Kita
Kita, para orang tua, selalu berharap sekolah bisa menjadi ruang yang aman, tempat anak belajar mengenal dunia dengan senyum.Â
Namun faktanya, banyak anak justru belajar tentang takut di sekolah, takut salah, takut diejek, takut tidak memenuhi ekspektasi.
Di balik nilai rapor yang tinggi, kadang tersembunyi cerita-cerita kecil tentang bullying, tekanan akademik, dan perasaan tidak diterima.