Kamu merasa sibuk setiap hari, tapi di dalam hati seperti ada ruang kosong yang tak terisi? Pekerjaan berjalan, target tercapai, gaji naik, tapi entah mengapa, hidup terasa datar.
Itulah gambaran dunia modern yang digambarkan Stephen R. Covey dalam The 8th Habit, From Effectiveness to Greatness. Dunia di mana banyak orang tampak "berhasil" di luar, tapi kehilangan arah di dalam. Kita hidup di tengah bisingnya tuntutan produktivitas, persaingan, dan teknologi. Ironisnya, semakin keras kita bekerja, semakin jauh kita dari diri sendiri.
Covey menyebut ini sebagai zaman di mana manusia perlu menemukan kembali "suara hati", sebuah panggilan batin yang membuat kita sadar siapa diri kita, apa kontribusi unik kita, dan bagaimana kita bisa memberi makna pada kehidupan orang lain.
Kalimat pembuka buku ini seperti tamparan halus,
"Menjadi efektif saja tidak lagi cukup."
Kita tidak cukup hanya efektif, kita harus bermakna. Inilah lompatan yang ditawarkan Covey, dari effectiveness menuju greatness. Dari sekadar sibuk menuju berkontribusi. Dari hanya bekerja menuju menemukan panggilan hidup.
Covey mengajak kita menemukan suara hati, melampaui efektivitas menuju makna hidup sejati dan membantu orang lain menemukan potensi mereka. - Tiyarman Gulo
Siapa Stephen Covey dan Mengapa Buku Ini Penting
Stephen R. Covey bukan sekadar penulis buku motivasi. Ia seorang guru kehidupan, konsultan kepemimpinan, dan pemikir manajemen yang karyanya melampaui generasi. Namanya melambung lewat The 7 Habits of Highly Effective People, buku klasik yang membantu jutaan orang memahami prinsip hidup yang efektif.
Namun, dua dekade setelahnya, Covey merasa ada sesuatu yang kurang. Manusia memang sudah banyak bicara tentang efektivitas, efisiensi, dan kesuksesan, tetapi sedikit yang berbicara tentang keagungan (greatness), tentang hidup dengan makna, tentang menemukan suara hati dan menyalakan suara itu di orang lain.
Dari kegelisahan itulah lahir The 8th Habit, diterbitkan pada 2004 dan dibawa ke Indonesia oleh Dunamis Publishing. Dalam buku setebal 464 halaman ini, Covey memperkenalkan kebiasaan baru yang ia anggap paling penting dari semua kebiasaan sebelumnya,
"Find your voice and inspire others to find theirs."Â (Temukan suara hatimu dan bantu orang lain menemukan suara mereka.)
Dari Efektivitas ke Keunggulan, Lompatan Konseptual yang Dahsyat
Covey menyebut bahwa dunia modern telah memasuki era pekerja pengetahuan (knowledge workers), era di mana kekayaan terbesar bukan lagi tanah atau pabrik, melainkan ide, kreativitas, dan nilai kemanusiaan.
Masalahnya, sistem lama masih memperlakukan manusia seperti "alat produksi." Banyak organisasi yang mempekerjakan orang pintar tapi memperlakukan mereka seperti mesin. Mereka diminta berpikir, tapi tidak diberi ruang untuk bermakna.
Covey melihat ini sebagai sumber frustrasi terbesar di tempat kerja modern. Banyak orang sebenarnya punya potensi luar biasa, tapi terjebak dalam rutinitas tanpa arah. Mereka ingin berkembang, tapi tidak tahu ke mana harus melangkah.
Maka, The 8th Habit hadir untuk menjawab pertanyaan mendasar,Â
"Bagaimana cara menjadi unggul di dunia yang sudah terlalu efektif?"
Jawabannya, dengan menemukan suara hati (voice) kita, kombinasi unik dari bakat, gairah, kebutuhan dunia, dan hati nurani. Ketika empat unsur ini bertemu, lahirlah purpose, tujuan hidup yang melampaui sekadar karier atau uang.
Menemukan Suara Hati, Apa Maksud Covey Sebenarnya?
Bagi Covey, "suara" bukan sekadar bakat atau panggilan spiritual. "Suara" adalah inti kemanusiaan, titik tempat nilai, gairah, dan kontribusi kita bersatu. Ia mengajak kita merenung lewat pertanyaan-pertanyaan reflektif seperti, Apa hal yang benar-benar membuatku bersemangat? Nilai apa yang paling penting bagiku? Masalah apa di dunia ini yang ingin aku bantu selesaikan?
Ketika kamu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur, kamu mulai mendekati voice milikmu.
Covey percaya bahwa setiap orang punya suara unik, tak ada yang kecil, tak ada yang tidak penting. Tapi dunia yang bising sering membuat suara itu tenggelam. Buku ini adalah ajakan untuk menyimak kembali, menenangkan diri, dan mendengar bisikan lembut dari hati kita sendiri.
Ia menulis dengan sederhana namun menusuk,Â
"Dalam diri setiap manusia ada benih keagungan yang menunggu untuk dihidupkan."
Tantangan Zaman, Burnout, Tekanan, dan Krisis Makna
Kita hidup di era paradoks. Teknologi semakin canggih, pekerjaan bisa dilakukan di mana saja, tapi tingkat stres manusia justru meningkat. Banyak karyawan merasa tidak dihargai. Banyak pemimpin kehilangan empati. Banyak orang sukses tapi hampa.
Covey menyebut ini sebagai krisis makna, situasi di mana manusia tahu apa yang harus dilakukan, tapi tidak tahu mengapa ia melakukannya. Ia menulis,Â
"Orang bukanlah sumber daya. Mereka adalah makhluk yang memiliki jiwa, akal, dan hati."
Ketika organisasi gagal memahami hal ini, mereka kehilangan energi terbesar yang seharusnya mereka miliki, semangat manusia.
Kita bisa melihat gejalanya setiap hari, Karyawan burnout meski bekerja dari rumah. Pemimpin merasa kesepian meski punya tim besar. Anak muda bingung memilih karier karena semua tampak tak bermakna.
Covey menegaskan, solusi dari semua itu bukan sekadar manajemen waktu atau produktivitas, tapi kembali ke nilai kemanusiaan.
Temukan suaramu. Hiduplah dengan integritas. Dan bantu orang lain melakukan hal yang sama.
Suara dan Kepemimpinan, Menginspirasi Orang Lain untuk Bersinar
Covey melihat kepemimpinan bukan sebagai posisi, tapi sebagai pengaruh yang lahir dari keaslian diri. Pemimpin sejati bukan yang memerintah, melainkan yang membangkitkan suara orang lain.
Dalam istilah Covey,Â
"Leadership is communicating to people their worth and potential so clearly that they are inspired to see it in themselves."Â (Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang lain menyadari nilai dan potensi mereka sendiri.)
Inilah makna terdalam dari Kebiasaan Ke-8. Ketika kamu sudah menemukan suaramu, tugasmu berikutnya adalah menjadi cermin bagi orang lain. Membantu mereka menemukan keberanian untuk berbicara, berkreasi, dan berkontribusi.
Covey menyebut ini sebagai virtuous cycle, lingkaran kebaikan yang menular. Begitu satu orang menyalakan suaranya, ia memberi izin bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Bagaimana Menerapkan Habit Ke-8 di Hidup Sehari-hari
Covey tidak ingin buku ini hanya berhenti sebagai inspirasi, tapi benar-benar menjadi kebiasaan. Ia menawarkan langkah praktis yang bisa kita terapkan,
- Luangkan waktu hening setiap hari. Refleksikan apa yang penting bagimu.
- Apa yang bisa kamu lakukan dengan baik dan membuatmu bersemangat?
- Lihat sekitar, masalah apa yang bisa kamu bantu selesaikan dengan kemampuanmu?
- Temukan cara kecil untuk berkontribusi, di tempat kerja, keluarga, atau komunitas.
- Jadilah pendengar, mentor, atau sahabat yang memberdayakan.
Kebiasaan ini bukan soal cepat, tapi soal konsistensi. Seperti biji yang tumbuh perlahan, suara hati akan menjadi kekuatan luar biasa jika kita merawatnya.
Suara Kecil yang Mengubah Dunia
Di akhir bukunya, Covey menulis dengan penuh harapan,Â
"When you engage in work that taps your talent and fuels your passion, that rises out of a great need in the world that you feel drawn by conscience to meet, therein lies your voice, your calling, your soul's code."
Ketika pekerjaanmu menyatu dengan nilai, gairah, dan kebutuhan dunia, di situlah kamu menemukan suaramu, panggilan jiwamu.
Buku The 8th Habit bukan sekadar panduan manajemen, tapi peta perjalanan menuju kemanusiaan sejati. Ia mengingatkan kita bahwa di balik segala hiruk pikuk dunia digital dan ambisi karier, masih ada satu hal yang tak boleh hilang, makna hidup.
Mungkin kita tak bisa mengubah dunia dalam semalam. Tapi, seperti kata Covey, kita bisa mulai dengan hal sederhana, menemukan suara hati sendiri, lalu membantu satu orang lain melakukan hal yang sama. Karena dari satu suara yang tulus, gema perubahan bisa mengguncang dunia.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI