Jawabannya, tergantung.
- Wajar kalau dipakai untuk menyampaikan kritik dengan sopan.
- Positif kalau dipakai buat memberi apresiasi yang tulus.
- Berbahaya kalau dipakai buat menutupi kesalahan besar, atau jadi senjata politik kantor.
Intinya ada di niat, apakah kita sedang berusaha menjaga perasaan orang, atau sedang mencari muka semata?
Tips Menghadapi Rekan Kerja "Sugar Coater"
Kalau kamu punya rekan kerja yang gemar sugar coating, ada beberapa hal yang bisa dilakukan,
- Tetap Profesional, Jangan mudah tersulut emosi.
- Fokus pada Kinerja, Buktikan diri dengan hasil kerja, bukan basa-basi.
- Bangun Komunikasi Sehat, Ciptakan ruang jujur di tim.
- Jangan Ikut-Ikutan, Kalau itu bertentangan dengan nilai pribadimu, lebih baik konsisten jadi versi jujurmu.
Kalau Kamu yang Tergoda Melakukannya...
Yuk, coba refleksi diri. Kalau merasa sering sugar coating, tanyakan ini,
Apakah aku sedang bersikap diplomatis, atau menjilat?
Apakah kata-kataku benar-benar membantu orang, atau cuma buat cari muka?
Apakah aku tetap menjaga integritas, atau sudah pura-pura berlebihan?
Beda tipis banget, tapi hasilnya jauh. Diplomasi bikin orang respek. Penjilatan bikin orang ilfeel.
Pada akhirnya, sugar coating itu ibarat garam dalam masakan. Sedikit bisa bikin enak, tapi kalau kebanyakan bisa bikin mual.
Dunia kerja memang penuh persaingan. Tapi jangan sampai ambisi bikin kita kehilangan jati diri. Komunikasi yang manis boleh, asal tetap jujur. Karena ujung-ujungnya, orang bisa menilai mana yang tulus, mana yang sekadar berpura-pura.
Jadi, kalau kamu ditanya,