Kamu lagi kerja serius, tiba-tiba ada rekan kerja yang setiap ketemu atasan selalu pasang senyum semanis mungkin, suaranya dilembut-lembutin, bahkan setiap kalimat yang keluar kayak ditaburi gula?Manis, sih... tapi lama-lama bikin enek.
Ada yang bilang itu namanya ramah. Ada juga yang bilang basa-basi profesional. Tapi, kalau udah kelewat manis sampai terasa dibuat-buat, muncullah istilah yang sering kita dengar, sugar coating.
Di dunia kerja, fenomena ini bukan barang baru. Banyak orang yang rela memoles kata-katanya, bahkan menutupi kenyataan pahit dengan balutan kalimat manis, demi satu hal, kesan baik di mata atasan. Pertanyaannya,
Apakah itu bisa dianggap strategi cerdas untuk bertahan di dunia kerja?
Atau sebenarnya cuma bentuk penjilatan yang bikin citra diri jadi murahan?
Mari kita bahas lebih dalam.
Sugar coating di kantor bisa jadi diplomasi cerdas atau justru penjilatan. Tergantung niat: menjaga perasaan atau sekadar cari muka. - Tiyarman Gulo
Apa Itu Sugar Coating?
Secara harfiah, sugar coating artinya lapisan gula. Kalau dalam makanan, biasanya dipakai buat bikin sesuatu yang pahit jadi lebih mudah ditelan. Nah, dalam komunikasi kerja, sugar coating adalah cara menyampaikan sesuatu dengan kata-kata manis agar terdengar menyenangkan, walau kadang menutupi realita.
Contohnya gampang, Alih-alih bilang, "Presentasi kamu kacau banget," seseorang memilih kalimat, "Presentasinya lumayan, mungkin kalau ditambahin visualisasi bakal lebih keren."
Atau, ketika ada kesalahan fatal, alih-alih jujur, seseorang bilang, "Sebenarnya sih oke, cuma ada beberapa detail kecil yang bisa diperbaiki," padahal yang dimaksud detail kecil itu justru hal besar.
Sekilas terdengar sopan. Tapi kalau keseringan, sugar coating bisa berubah jadi topeng.
Dua Wajah Sugar Coating
Sugar coating itu ibarat pedang bermata dua. Bisa jadi soft skill yang keren, tapi bisa juga menjelma jadi toxic behavior.
1. Sisi Positif
- Membuat komunikasi lebih cair.
- Kritik terdengar lebih halus, nggak menyakiti hati lawan bicara.
- Membantu menjaga hubungan baik dengan atasan maupun rekan kerja.
- Jadi "perantara" antara kenyataan pahit dengan telinga yang sensitif.