Satu-satunya selamat, Bima (17), berhasil kabur meski sempat dikira disandera.
Malam itu rumah penuh darah. Jeritan panik terdengar, tetangga geger, polisi buru-buru datang. Tapi Wawan sudah keburu kabur, lari ke hutan, meninggalkan keluarga porak-poranda.
Perburuan Wawan, Dari Desa ke Hutan
Pasca kejadian, Polres Pacitan bersama tim gabungan bergerak cepat. Hutan-hutan di sekitar Arjosari dan Kebonagung disisir. Warga ikut waspada, bahkan banyak yang memilih tidak keluar malam. Wawan jadi buronan paling dicari di Pacitan.
Namun, hutan Pacitan tidak mudah ditembus. Medannya terjal, penuh jurang, dan pepohonan rapat. Seolah Wawan lenyap ditelan gelap. Banyak spekulasi muncul, ada yang bilang ia lari ke luar kota, ada pula yang menduga ia nekat mengakhiri hidupnya.
Hingga pada Kamis, 25 September 2025, kabar itu pecah, jasad membusuk ditemukan di hutan Desa Temon. Polisi datang, warga berdatangan, aroma tak sedap menyengat. Ciri-ciri pakaian yang melekat mengarah kuat pada sosok Wawan.
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, memastikan penyelidikan masih berjalan untuk identifikasi lengkap. Tapi publik sudah bisa menebak, buruan itu akhirnya tamat di rimba.
Luka yang Tertinggal
Kasus ini bukan hanya soal pelaku dan korban. Ia meninggalkan luka yang jauh lebih dalam,
Bagi keluarga korban, kehilangan orang-orang terdekat secara tragis. Trauma anak-anak yang masih hidup, seperti Bima, mungkin akan terbawa seumur hidup.
Bagi warga Pacitan, rasa aman yang terkoyak. Desa yang biasanya tenang berubah jadi TKP mengerikan.
Bagi masyarakat luas, peringatan bahwa kekerasan domestik bisa berujung fatal bila dibiarkan tanpa penyelesaian sehat.
Mengapa Bisa Terjadi?
Pertanyaan besar pun muncul, mengapa Wawan tega?