Bagi orang Indonesia, mungkin sudah biasa. Tapi buat Jane, pemandangan itu bikin kening berkerut.
"Ini sudah jadi hal yang biasa aja. Tapi sebenarnya ini bukan hal biasa. Kalau di negaraku, pejabat tidak tinggal seperti raja," tulisnya.
Kalimat sederhana itu langsung mengena. Karena memang benar, di banyak negara Eropa, pejabat negara biasanya hidup sederhana. Mereka digaji untuk melayani rakyat, bukan buat pamer kekayaan.
Jane juga menambahkan, wajar kalau rakyat Indonesia marah melihat pejabat bergelimang harta sementara banyak yang masih susah.
"Kalian boleh marah, aku juga marah, walaupun aku bukan orang Indonesia. Karena ini hal yang sangat tidak adil."
Kata-kata itu bikin banyak orang terenyuh. Kok bisa ya, seorang bule yang nggak punya ikatan darah dengan negeri ini, malah lebih peka dibanding sebagian orang kita sendiri?
Dua Indonesia Versi Jane
Menurut Jane, selama lima tahun terakhir tinggal di Indonesia, dia merasa seperti hidup di dua dunia yang berbeda.
Pertama, Indonesia yang mewah. Dunia para pejabat, orang-orang korporat, dan kelas atas Jakarta. Di sini, ada yang bisa beli tas mewah dengan harga setahun UMR, ada yang malu kalau ketahuan naik ojol, dan polisi bisa tinggal di mansion megah padahal gaji resminya tidak seberapa.
Kedua, Indonesia yang sederhana. Dunia rakyat kecil yang hidup apa adanya. Anak-anak yang jalan kaki ke sekolah tanpa sepatu, keluarga yang cuma makan nasi dengan sambal, sampai masyarakat yang dipalak pungli atau tanahnya dirampas tanpa daya.
Jane bahkan mengingat kisah tragis driver ojek online bernama Affan Kurniawan, yang meninggal terlindas kendaraan taktis Brimob saat demo menolak tunjangan DPR. Menurut Jane, itu bukti nyata bahwa ada jurang ketidakadilan yang semakin dalam di negeri ini.
Kalau dipikir-pikir, deskripsi Jane ini memang mewakili kenyataan yang sering kita rasakan sehari-hari. Ada Indonesia versi media sosial yang glamor, ada juga Indonesia nyata yang penuh perjuangan hidup.