"Andai ibu tidak menikah dengan ayah, apa hidupku akan lebih bahagia?"
Pertanyaan itu mungkin terdengar sederhana, tapi bagi sebagian orang, ia bisa terasa menyesakkan. Ada luka-luka kecil yang sering tak terlihat di balik dinding rumah. Ada air mata yang ditahan ibu, ada kelelahan yang dipendam ayah, dan ada anak-anak yang tumbuh dengan rasa kehilangan meski kedua orang tua mereka masih ada.
Pertanyaan inilah yang coba dijawab lewat film terbaru garapan sutradara Kuntz Agus, berjudul Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah. Sebuah karya yang bukan hanya tentang kisah keluarga disfungsional, melainkan juga sebuah undangan untuk kita merenung, tentang arti hadir, arti kehilangan, dan arti bertahan.
Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah menghadirkan kisah keluarga emosional, refleksi hadirnya orang tua, dan pelajaran empati bagi penonton. - Tiyarman Gulo
Tentang Film, Drama Keluarga dengan Rasa yang Dekat
Film ini bercerita dari sudut pandang tiga anak perempuan, Anis (Eva Celia), Alin (Amanda Rawles), dan sang adik bungsu (Nayla Purnama).
Alin, si anak tengah, sedang kuliah kedokteran di luar kota. Namun, beasiswanya terancam dicabut sehingga ia terpaksa pulang ke rumah. Bukannya mendapat ketenangan, ia justru menemukan kenyataan pahit,
- Ayah (Bucek) jarang di rumah.
- Ibu (Sha Ine Febriyanti) memikul beban sendirian.
- Kakak dan adiknya ikut terhimpit dalam kesulitan, sampai harus mengorbankan mimpi mereka sendiri.
Puncaknya, Alin tanpa sengaja menemukan buku harian sang ibu. Di dalamnya, ada kisah muda yang penuh mimpi, tawa, dan cita-cita, yang perlahan terkubur setelah pernikahan. Dari sanalah muncul pertanyaan yang mengguncang hati,
"Andai ibu tidak menikah dengan ayah, akankah hidupnya lebih bahagia?"
Eva Celia dan Tantangan Menghidupkan Peran
Bagi Eva Celia, yang memerankan Anis, film ini bukan sekadar proyek akting biasa. Ia mengaku tantangan terbesarnya adalah menghidupkan cerita dan naskahnya, bukan hanya karakter.
"Zaman sekarang sudah berubah dalam perihal dinamika keluarga. Anak itu butuh kehadiran dari kedua orang tua, baik ayah maupun ibu. Bukan hanya secara fisik, namun juga secara emosional," ujar Eva.
Untuk mendalami peran ini, Eva memilih membaca naskah berulang kali sejak awal proses. Baginya, Anis bukan sekadar sosok kakak, melainkan jembatan emosional antara adik-adiknya dengan ibu. Lewat peran ini, Eva menemukan makna baru, bahwa keterlibatan emosional orang tua jauh lebih penting dari sekadar keberadaan fisik.
Dinamika Keluarga di Dunia Nyata
Kalau dipikir-pikir, konflik yang ditampilkan film ini terasa begitu dekat dengan realitas banyak keluarga Indonesia. Berapa banyak anak yang sebenarnya merasa "ayah ada, tapi tidak benar-benar hadir"? Atau ibu yang terlihat kuat, padahal dalam diam menyimpan seribu luka?