Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Rekonstruksi Jam-jam Terakhir Ilham Pradipta Sebelum Direnggut Paksa

25 Agustus 2025   18:35 Diperbarui: 25 Agustus 2025   15:46 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfamart di depan KCP BRI Cempaka Putih, Jakarta, 23 Agustus 2025. Tempo/Hammam Izzuddin 

Mata kamera pengawas yang dingin menjadi satu-satunya saksi. Dari sebuah mobil MPV berwarna putih yang terparkir strategis tepat di samping kendaraan Ilham, beberapa orang keluar. Mereka bergerak sigap, tanpa ragu. Ilham, yang tak menyangka bahaya mengintainya di tempat seramai itu, tak punya kesempatan untuk melawan.

Dengan paksa, tubuhnya diseret dan dimasukkan ke dalam mobil putih itu. Pintu dibanting, dan dalam hitungan detik, mobil itu melesat pergi meninggalkan parkiran yang lengang, menelan Ilham ke dalam kegelapan. Ia telah direnggut dari tengah harinya yang normal.

Fajar Paling Kelam di Persawahan Bekasi

Kamis pagi, 21 Agustus 2025. Matahari baru saja mulai memancarkan sinarnya di Kampung Karangsambung, Kabupaten Bekasi. Seorang warga yang hendak pergi ke sawah menemukan sesuatu yang mengoyak ketenangan pagi itu. Di antara hijaunya padi, terbaring sesosok tubuh pria.

Kondisinya mengenaskan. Tangan dan kakinya terikat erat. Matanya ditutup rapat dengan lakban. Pria itu adalah Muhammad Ilham Pradipta.

Kabar penemuan itu menyebar cepat, mengakhiri pencarian yang penuh kecemasan dan mengawali sebuah duka yang mendalam. Jenazahnya kemudian dibawa ke RS Polri untuk diautopsi, untuk mencari jawaban atas pertanyaan paling mengerikan, bagaimana ia meninggal?

Jawaban itu datang dari Brigjen Polisi Prima Heru Yulih, Kepala RS Polri. Hasil autopsi menunjukkan adanya tekanan hebat pada tulang leher dan dada. 

"Kemungkinan ada tekanan pada tulang leher dan dada yang menyebabkan dia kesulitan bernapas," ujar Prima.

Ilham Pradipta tidak meninggal karena tembakan atau tusukan. Ia meninggal perlahan, kehabisan napas di tangan para penculiknya. Sebuah akhir yang sunyi dan menyakitkan, jauh dari hiruk pikuk kehidupannya sebagai seorang bankir.

Pertanyaan yang Menggantung di Udara

Rangkaian peristiwa ini, dari pengintaian di Cempaka Putih hingga penemuan jasad di Bekasi, melukiskan gambaran sebuah kejahatan yang terencana dengan sangat matang. Para pelaku tahu siapa targetnya, tahu rutinitasnya, dan mengeksekusi rencana mereka dengan presisi yang dingin.

Kesaksian para tukang parkir kini menjadi kepingan puzzle yang sangat berharga. Kelompok pria misterius itu bukanlah "anggota" yang sedang beristirahat. Mereka adalah komplotan predator yang sedang menandai wilayah sebelum menerkam.

Sementara polisi terus memburu para pelaku, sebuah pertanyaan besar menggantung di udara. Siapa mereka, dan apa motif di balik kekejian ini? Di balik tragedi ini, ada kisah tentang sebuah kehidupan yang dipadamkan secara brutal, sebuah makan siang yang tak pernah disantap, dan sebuah keluarga yang kehilangan orang terkasih. Dan semua itu diawali oleh jejak bayang-bayang di seberang jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun