Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Musik Pengiring Antre Mie Gacoan Justru Berujung Panggilan Polisi

20 Juli 2025   21:00 Diperbarui: 19 Juli 2025   18:46 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Copyright (c) 2016 TEMPO.CO 

PT Pesta Pora Abadi. Mengelola operasional Mie Gacoan di Pulau Jawa.

Pemisahan ini penting untuk menunjukkan bahwa masalah hukum ini, setidaknya untuk saat ini, terfokus pada manajemen yang bertanggung jawab di wilayah Bali dan sekitarnya. Ini bukan berarti gerai di Jawa bebas masalah, tapi kasus yang sedang ditangani Polda Bali secara spesifik menunjuk pada PT Mitra Bali Sukses.

Di Balik Setiap Lagu Hits, Ada Musisi yang Perlu 'Makan'

Kasus ini adalah pengingat keras bagi kita semua. Di balik setiap lagu yang menjadi soundtrack hidup kita, ada kerja keras, kreativitas, dan biaya produksi yang tidak sedikit dari para seniman. Royalti bukanlah sekadar biaya administrasi, melainkan napas kehidupan bagi industri musik. Itu adalah "gaji" bagi para pencipta lagu agar mereka bisa terus berkarya dan menghasilkan hits-hits baru yang kita nikmati.

Ketika sebuah brand besar dengan omzet miliaran rupiah diduga lalai membayar royalti, yang nilainya mungkin tak seberapa dibandingkan pendapatan mereka---ini mengirimkan pesan yang menyakitkan bagi para kreator. Karya mereka dihargai sebagai penarik massa, tapi tidak dihargai secara finansial.

Hingga berita ini ditulis, pihak I Gusti Ayu Sasih Ira belum memberikan tanggapan resmi. Namun, kasus ini sudah telanjur menjadi bola panas.

Sebuah Pelajaran Mahal untuk Semua Pelaku Bisnis

Kasus Mie Gacoan ini lebih dari sekadar berita kriminal. Ini adalah sebuah studi kasus, sebuah pelajaran mahal bagi ribuan, bahkan jutaan, bisnis lain di Indonesia. Dari kedai kopi di ujung gang hingga jaringan hotel bintang lima, aturan mainnya sama: hargai karya orang lain.

Lain kali saat kamu duduk di tempat nongkrong favoritmu dan menikmati alunan musiknya, coba tanyakan dalam hati: apakah tempat ini sudah menghargai para seniman di balik playlist ini? Karena ternyata, alunan musik yang merdu bisa berubah menjadi jerat hukum yang membelit jika hak para penciptanya diabaikan. Dan itu adalah rasa "pedas" yang jauh lebih tak mengenakkan daripada sambal level tertinggi sekalipun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun