Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Robot Ambil Alih Pekerjaanmu?

20 Juli 2025   07:00 Diperbarui: 19 Juli 2025   13:25 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robot wanita Chihira Junko melayani pelanggan di pusat informasi Aqua City Odaiba di Minato Ward, Tokyo. (image: The Yomiuri Shimbun) 

Lagi asyik scroll media sosial, tiba-tiba muncul video dengan judul bombastis, "Hati-hati! 10 Pekerjaan Ini Akan Hilang Total Gara-Gara AI!". Jantung langsung berdebar sedikit lebih kencang. Kalau kamu siswa SMA, kamu jadi bingung, "Jadi, aku harus pilih jurusan apa?". Kalau kamu mahasiswa, kamu mulai ragu, "Apakah gelarku nanti masih laku?".

Kita semua sedang hidup di tengah gelombang "kepanikan AI". Setiap hari kita disuguhi berita tentang betapa pintarnya robot, betapa canggihnya otomatisasi. Wajar jika kita merasa cemas.

Laporan dari World Economic Forum bahkan memprediksi sekitar 92 juta pekerjaan akan tergantikan. Angka yang besar, bukan? Tapi, tunggu dulu. Tarik napas dalam-dalam. Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa di saat yang bersamaan, akan muncul 170 juta lapangan kerja baru. Ini bukan kiamat pekerjaan, ini adalah era transformasi besar-besaran. Pertanyaannya bukan "apakah saya akan digantikan?", tapi "bagaimana saya bisa menjadi bagian dari 170 juta pekerjaan baru itu?".

Jangan cemas, AI adalah asisten, bukan pengganti. Bill Gates prediksi 3 profesi aman: Coding, Energi, Biologi. Kunci sukses: asah skill manusiawi. - Tiyarman Gulo

AI Bukan Penggantimu, Tapi "Asisten Super" Pribadimu

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita luruskan satu hal mendasar. Bayangkan AI bukan sebagai monster yang akan merebut kursimu di kantor. Bayangkan ia sebagai seorang co-pilot atau "asisten super" yang duduk di sebelahmu.

AI sangat hebat dalam melakukan pekerjaan yang repetitif, mengolah data dalam jumlah masif, dan menemukan pola. Ia bisa menulis draf email, menganalisis ribuan lembar data pasar dalam hitungan detik, dan membuat desain awal. Tapi, AI tidak punya intuisi. Ia tidak punya empati. Ia tidak bisa merasakan nuansa dalam rapat, menenangkan klien yang marah, atau menciptakan ide gila yang benar-benar orisinal dari nol.

Itulah peranmu. Kamu adalah kaptennya. Kamu yang menentukan arah, membuat keputusan strategis, dan memberikan sentuhan manusiawi yang tak ternilai. Masa depan bukan milik mereka yang melawan AI, tapi milik mereka yang paling pintar memanfaatkannya.

"Anti-AI Trinity", Tiga Profesi Kebal Robot Versi Bill Gates

Jadi, di area mana sentuhan manusia ini akan menjadi paling krusial? Bill Gates, salah satu arsitek utama era digital, punya bocorannya. Menurutnya, ada tiga bidang yang tidak hanya akan bertahan, tetapi justru akan meroket di era AI.

1. Arsitek Digital, Bukan Sekadar Tukang Ketik Kode

"Lho, bukannya AI sekarang sudah bisa ngoding?" Benar. AI bisa menulis barisan kode sederhana. Tapi, itu seperti mengatakan kalkulator bisa menggantikan seorang ahli matematika. AI bisa menghitung, tapi ia butuh manusia untuk merumuskan masalahnya.

Di masa depan, yang paling dibutuhkan bukanlah orang yang hafal ribuan baris sintaks, melainkan seorang arsitek digital. Seseorang yang bisa melihat masalah bisnis yang kompleks, lalu merancang sebuah sistem teknologi sebagai solusinya. Mereka adalah pemecah masalah kreatif yang menggunakan kode sebagai alatnya. AI bisa menjadi tukangnya, tapi manusia tetap menjadi arsitek dan insinyurnya.

2. Pahlawan Energi, Penjaga Masa Depan Planet

Dunia sedang menghadapi tantangan eksistensial, perubahan iklim. Kita butuh solusi energi yang bersih, terbarukan, dan berkelanjutan. Ini bukan sekadar masalah teknis. Ini adalah masalah kebijakan yang rumit, negosiasi global, dan manajemen krisis.

AI bisa membantu menganalisis data cuaca atau mengoptimalkan jaringan listrik. Tapi, AI tidak bisa bernegosiasi dengan pemimpin negara lain, tidak bisa merancang kebijakan yang adil bagi masyarakat miskin, dan tidak bisa membuat keputusan sulit saat terjadi bencana alam. Di sinilah peran ahli energi yang visioner dibutuhkan. Mereka adalah pahlawan yang memastikan planet ini tetap layak huni untuk generasi mendatang.

3. Detektif Kehidupan, Pemburu Penemuan Baru

AI bisa sangat membantu di dunia medis. Ia bisa menganalisis jutaan gambar rontgen untuk mendeteksi kanker lebih cepat dari mata manusia. Tapi, AI hanya bisa bekerja berdasarkan data yang sudah ada.

Untuk membuat lompatan besar, menemukan obat untuk Alzheimer, menciptakan vaksin untuk pandemi berikutnya, atau memahami misteri penuaan, kita butuh ahli biologi yang punya rasa ingin tahu tak terbatas. Seseorang yang bisa melihat anomali dalam data dan bertanya "mengapa?", lalu merancang eksperimen kreatif untuk menemukan jawabannya. Mereka adalah detektif kehidupan yang mengandalkan intuisi, imajinasi, dan pemikiran kritis untuk memecahkan kode-kode alam semesta.

Oke, Jadi Saya Harus Bagaimana?

Mungkin kamu berpikir, "Wah, aku tidak minat dengan tiga bidang itu." Tenang. Poin utamanya bukanlah pada nama profesinya, melainkan pada prinsip dasar atau skill set di baliknya. Skill inilah yang bisa kamu terapkan di jurusan atau karier apa pun.

  1. Dari "Coding" kita belajar -> Logika & Problem Solving. Latih dirimu untuk memecah masalah besar menjadi bagian-bagian kecil dan menyelesaikannya secara sistematis. Skill ini berharga di mana pun, baik kamu seorang manajer, pengacara, maupun seniman.

  2. Dari "Energi" kita belajar -> Pemikiran Sistem & Keberlanjutan. Latih dirimu untuk melihat bagaimana satu aksi bisa memengaruhi banyak hal lain (gambaran besar). Pikirkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan. Ini adalah skill seorang pemimpin sejati.

  3. Dari "Biologi" kita belajar -> Kreativitas & Rasa Ingin Tahu. Jangan pernah berhenti bertanya "kenapa?" dan "bagaimana jika?". Latih dirimu untuk menghubungkan ide-ide yang tampaknya tidak berhubungan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Inilah esensi dari inovasi.

Pada akhirnya, masa depan dunia kerja bukanlah tentang memilih satu jurusan "aman". Jurusan apa pun bisa menjadi relevan jika kamu membekalinya dengan skill-skill super manusiawi ini.

AI akan mengubah dunia, itu pasti. Tapi ia tidak datang untuk menghancurkan kita. Ia datang sebagai tantangan untuk membuat kita menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Jadi, daripada khawatir pekerjaan apa yang akan hilang, mari kita fokus pada pertanyaan ini, skill 'manusia' super apa yang akan kamu asah mulai hari ini?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun