Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gegap Gempita Hari Pertama Sekolah

8 Juli 2025   05:00 Diperbarui: 7 Juli 2025   18:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan MPLS di SMP YPI Darussalam 1 Cerme. (Foto: Istimewa) 

Memahami perbedaan "medan perang" ini adalah kunci pertama. Beban mental anak yang baru masuk SD tentu berbeda dengan anak yang baru masuk SMA. Persiapan kita sebagai orang tua pun harus disesuaikan.

Misi Persiapan Orang Tua

Tugas kita sebagai orang tua tidak dimulai saat membangunkan mereka di pagi hari pertama. Tugas kita sudah dimulai berminggu-minggu sebelumnya, dalam sebuah operasi senyap yang penuh strategi.

1. Operasi "Anti Jet Lag Liburan"

Musuh terbesar di hari pertama sekolah adalah jam biologis yang kacau balau. Setelah sebulan lebih terbiasa begadang nonton film dan bangun siang, tiba-tiba harus bangun jam 5 pagi adalah sebuah siksaan.

  • Apa yang bisa dilakukan? Seminggu sebelum hari-H, mulailah "mencicil" rutinitas. Majukan jam tidur dan jam bangun 15-30 menit setiap harinya. Lakukan aktivitas pagi layaknya hari sekolah biasa, sarapan bersama, mandi pagi, bahkan sekadar membaca buku di jam belajar. Ini akan membuat "guncangan" di hari pertama terasa lebih lembut.

2. Misi Pengintaian

Ketakutan terbesar anak sering kali datang dari hal yang tidak diketahui. "Seperti apa ya sekolah baruku? Gurunya galak tidak ya? Toiletnya di mana?"

  • Apa yang bisa dilakukan? Jika memungkinkan, ajak anak mengunjungi sekolah barunya beberapa hari sebelum masuk. Tunjukkan di mana letak kelasnya, kantin, toilet, dan ruang guru. Biarkan ia merasakan atmosfernya. "Lihat, ini nanti kelas kamu. Kelihatannya seru, ya? Nanti kita lihat di mana kamu bisa jajan." Sekadar melihat gedungnya dari luar pun sudah sangat membantu mengurangi kecemasan.

3. Drama Tas dan Sepatu Baru

Melibatkan anak dalam memilih perlengkapan sekolahnya sendiri bukanlah sekadar memanjakan. Ini adalah strategi psikologis yang cerdas. Tas ransel bergambar karakter favoritnya atau kotak pensil yang ia pilih sendiri bisa menjadi "jimat keberanian". Benda-benda itu adalah pengingat konkret bahwa ia memiliki sesuatu yang familier di tempat yang asing. Itu adalah kendalinya.

4. Dialog Hati ke Hati

Di tengah semua persiapan teknis, jangan lupakan yang terpenting, validasi emosi mereka.

  • Apa yang bisa dilakukan? Ajak mereka bicara. Bukan menginterogasi, tapi membuka ruang aman untuk bercerita.

    • Gunakan kalimat pancingan. "Bunda dulu waktu pertama masuk SMP juga deg-degan banget, lho. Takut nggak punya teman." atau "Menurut Kakak, hal apa yang paling seru nanti di sekolah baru? Hal apa yang paling bikin cemas?"

    • Dengarkan, jangan menghakimi. Ketika anak bilang "Aku takut," jangan langsung menjawab, "Ah, gitu aja takut!" Coba ganti dengan, "Oh ya? Coba ceritain, apa yang bikin kamu takut?" Dengan mendengarkan, kita mengirim pesan. "Perasaanmu penting, dan aku ada di sini untukmu."

Perlukah Mengantar Anak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun