Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gegap Gempita Hari Pertama Sekolah

8 Juli 2025   05:00 Diperbarui: 7 Juli 2025   18:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan MPLS di SMP YPI Darussalam 1 Cerme. (Foto: Istimewa) 

Hening.

Itulah suara paling aneh di pagi hari setelah libur panjang usai. Tak ada lagi suara tawa lepas atau derap langkah santai. Yang ada hanya keheningan yang sarat akan penantian. Di balik keheningan itu, ada badai kecil yang sedang bergejolak di setiap sudut rumah.

Di kamar anak, sepasang mata kecil mungkin menatap langit-langit, membayangkan wajah teman-teman baru yang belum ia kenal. Di dapur, secangkir kopi seorang Ayah terasa sedikit lebih pahit, pikirannya melayang pada biaya dan harapan baru. Di depan cermin, seorang Bunda merapikan jilbabnya sambil berbisik dalam hati, "Apakah dia akan baik-baik saja hari ini?"

Selamat datang di drama kolosal tahunan bernama Hari Pertama Masuk Sekolah.

Ini bukan sekadar tentang seremoni angkat bendera atau perkenalan guru. Ini adalah tentang transisi. Tentang melepas dan dilepas. Tentang keberanian memulai dari nol di sebuah "medan perang" baru yang bernama kelas, kantin, dan lapangan sekolah. Jika Anda merasakan getaran aneh di dada, campuran antara cemas, haru, dan semangat, percayalah, Anda tidak sendirian.

Mari kita bedah bersama, babak demi babak, apa yang sebenarnya terjadi di balik gegap gempita hari pertama ini.

Hari pertama sekolah adalah momen emosional bagi anak dan orang tua. Kesiapan mental, dialog, dan dukungan lebih penting dari sekadar perlengkapan baru. - Tiyarman Gulo

Aturan Main yang Tak Sama

Bagi sebagian anak, hari pertama sekolah hanyalah kelanjutan dari bab sebelumnya. Mereka naik kelas, bertemu lagi dengan teman-teman lama, dan hanya perlu beradaptasi dengan guru dan pelajaran baru. Ini seperti pindah ke lantai atas di gedung yang sama. Cukup mudah.

Tapi, bagaimana dengan para "prajurit" yang naik tingkatan?

  • Dari TK ke SD. Ini adalah lompatan kuantum. Dari dunia yang penuh nyanyian dan mainan, mereka masuk ke dunia di mana duduk manis, mendengarkan, dan menulis adalah aturan utama. Tembok TK yang familier digantikan oleh gerbang SD yang terasa gigantik. Ini adalah perpisahan pertama mereka dengan zona nyaman yang sesungguhnya.

  • Dari SD ke SMP. Selamat datang di gerbang remaja. Status "anak paling senior" di SD lenyap dalam semalam, berganti menjadi "anak bawang" di SMP. Tuntutan akademis lebih berat, pergaulan lebih kompleks, dan pencarian jati diri dimulai dengan sangat serius. Teman baru, lingkungan baru, dan tekanan untuk "diterima" terasa begitu nyata.

  • Dari SMP ke SMA. Ini adalah babak final sebelum melompat ke dunia nyata. Pilihan jurusan (IPA/IPS/Bahasa) terasa seperti menentukan takdir. Lingkaran pertemanan menjadi lebih luas dan beragam. Ekspektasi dari orang tua dan diri sendiri melambung tinggi. Hari pertama SMA adalah tentang membuktikan bahwa mereka bukan lagi anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun