Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wajah Asli Festival Kebudayaan Indonesia yang Bikin Dunia Melirik

5 Juli 2025   05:00 Diperbarui: 4 Juli 2025   15:14 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Asli Festival Kebudayaan Indonesia yang Bikin Dunia Melirik

Apa yang Bikin Keren?

Dua kelompok "ksatria" Sumba, lengkap dengan pakaian adat yang eksotis, saling berhadapan di atas kuda-kuda Sandalwood yang lincah. Mereka saling menyerang dengan lembing kayu tumpul (hola) yang dilemparkan dengan kecepatan tinggi. Tujuannya bukan untuk membunuh, tetapi untuk menumpahkan darah ke tanah. Bagi masyarakat Marapu (agama lokal Sumba), setiap tetes darah yang jatuh adalah simbol kesuburan, sebuah persembahan agar panen di tahun itu melimpah ruah. Ini adalah gladiator versi Nusantara, sebuah pertarungan ritual yang penuh keberanian, keahlian berkuda, dan filosofi mendalam.

Legenda mengatakan Pasola berawal dari kisah cinta. Konon, seorang janda cantik bernama Rabu Kaba menikah lagi setelah suaminya, Ubu Dulla, tak kunjung pulang melaut. Ketika Ubu Dulla tiba-tiba kembali, masyarakat memutuskan untuk mengadakan festival perang-perangan untuk melupakan kesedihan dan merayakan pertemuan kembali. Jadi, di balik adegan "perang" yang ganas, ada cerita tentang cinta, kehilangan, dan pengorbanan. Pasola adalah cara mereka mengubah duka menjadi harapan.

3. Karapan Sapi, Madura (Jawa Timur)

Dari Sumba, kita terbang ke Pulau Garam, Madura. Di sini, kecepatan adalah segalanya. Lupakan Formula 1, karena Madura punya balapan yang jauh lebih otentik dan memacu adrenalin.

Apa yang Bikin Keren?

Sepasang sapi jantan berotot diikat pada sebuah kereta kayu sederhana yang disebut kaleles. Di atasnya, seorang joki (tukang tongko) berdiri dengan berani, hanya berpegangan pada tali kekang sambil menjaga keseimbangan saat kedua sapi itu melesat seperti peluru di lintasan pacu sepanjang 100 meter. Kecepatannya bisa mencapai 50 km/jam! Sebelum balapan, sapi-sapi ini didandani dengan hiasan mewah dan diarak keliling desa.

Tradisi ini awalnya dipopulerkan oleh seorang ulama bernama Syekh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) sebagai cara praktis untuk mengolah sawah yang keras di Madura. Lama-kelamaan, kegiatan ini berubah menjadi ajang adu gengsi dan harga diri. Memiliki sapi karapan yang juara bukan hanya soal hadiah, tapi mengangkat status sosial pemiliknya setinggi langit. Karapan Sapi adalah cerminan karakter orang Madura yang keras, pekerja keras, dan menjunjung tinggi kehormatan.

4. Festival Lembah Baliem, Papua

Terakhir, kita terbang ke ujung timur Indonesia, ke Lembah Baliem yang magis di Papua. Setiap tahun, lembah ini menjadi panggung bagi sebuah festival yang seolah membawa kita kembali ke zaman prasejarah.

Apa yang Bikin Keren?

Puluhan, bahkan ratusan, prajurit dari berbagai suku seperti Dani, Lani, dan Yali berkumpul. Tubuh mereka dihiasi cat tradisional, kepala mereka dihiasi bulu kasuari, dan para pria hanya mengenakan koteka. Mereka melakukan simulasi perang besar-besaran. Lengkap dengan tombak, busur, dan panah, mereka saling serang dalam sebuah koreografi kolosal yang epik. Suara teriakan perang mereka menggema di seluruh lembah.

Eits, jangan salah sangka. Ini bukan perang sungguhan. Justru sebaliknya, festival ini adalah simbol perdamaian. Dulu, perang antar suku sering terjadi. Festival ini diciptakan sebagai cara untuk menyalurkan semangat juang dan melestarikan tradisi perang leluhur tanpa harus ada pertumpahan darah. Ini adalah cara mereka untuk menjaga api tradisi tetap menyala, sambil menunjukkan kepada dunia dan generasi muda mereka kekayaan budayanya. Di sela-sela "perang", ada upacara bakar batu, tarian, dan musik yang menunjukkan kehangatan dan kebersamaan masyarakat Papua.

Bukan Sekadar Tontonan, Ini Aset Bangsa yang Tersembunyi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun