Siapa yang tak kenal dengan energi ceria dan tawa renyah seorang Jirayut Afisan? Di panggung hiburan Indonesia, pemuda asal Thailand ini adalah paket lengkap, penyanyi bersuara merdu, presenter yang mampu mengocok perut, dan sosok yang selalu berhasil menyebarkan kegembiraan. Popularitasnya meroket, pundi-pundi rupiah pun mengalir deras berkat kerja kerasnya yang tak kenal lelah.
Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya, saat lampu sorot padam dan riuh tawa penonton mereda, ke mana perginya hasil jerih payah anak muda perantau ini? Jawabannya mungkin akan mengejutkan dan membuat kita semua menaruh hormat yang lebih dalam kepadanya.
Jawabannya tidak terparkir di garasi dalam bentuk mobil sport mewah. Tidak juga tersimpan di lemari dalam wujud koleksi barang bermerek. Jawaban itu terhampar hijau di kampung halamannya, di Distrik Su-ngai Padi, Narathiwat, Thailand.
Sukses di Indonesia, Jirayut memilih investasi kebun di kampung halaman demi keluarga. Sebuah teladan kecerdasan finansial yang membumi & tak lupa akar. - Tiyarman Gulo
Investasi yang Tak Terduga
Di saat banyak artis seusianya mungkin memilih untuk menikmati buah kesuksesan dengan gaya hidup glamor, Jirayut mengambil jalan yang berbeda. Sebuah jalan yang sangat membumi. Ia menyisihkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli sebidang tanah seluas 8.000 meter persegi di tanah kelahirannya.
Ini bukan sekadar tanah kosong. Tanah yang lebih luas dari lapangan sepak bola itu kini adalah sebuah kebun karet yang produktif. Sebuah aset hidup yang terus menghasilkan. Dalam sebuah acara bincang-bincang di televisi, Jirayut dengan santai menceritakan bahwa kebun karet itu kini sudah cukup untuk menopang kebutuhan makan keluarganya di Thailand.
"Jadi aku tandain, batas garisnya aja. Tanahnya sebelahan sama tanah punya abang aku," ujarnya.Â
Pernyataan sederhana ini melukiskan sebuah gambaran yang sangat hangat, investasi yang tidak hanya cerdas secara finansial, tetapi juga mempererat ikatan keluarga.
Visi Sang Investor Muda
Kecerdasan Jirayut tidak berhenti pada keputusan untuk membeli tanah. Ia juga menunjukkan visi seorang investor yang terus belajar dan berpikir jangka panjang. Saat ini, ia tengah mempertimbangkan untuk mengubah komoditas di kebunnya dari karet menjadi kelapa sawit.
Keputusan ini bukan datang dari spekulasi, melainkan dari diskusi dan masukan sang kakak.Â
"Rencananya aku mau ubah dari karet ke sawit. Bukan karena apa-apa, karet juga lumayan, tapi kalau sawit menurut abang aku lebih lumayan," jelasnya.
Sikap ini menunjukkan dua hal yang luar biasa dari seorang pemuda di puncak popularitas. Pertama, ia tidak cepat puas dan selalu mencari cara untuk memaksimalkan potensi asetnya. Kedua, ia sangat rendah hati. Ia mau mendengarkan nasihat dari keluarganya, orang yang lebih berpengalaman dalam urusan perkebunan di kampungnya.
Alasan Logis di Balik Pilihan Hati
Di balik pilihan yang sangat emosional ini, ternyata ada sebuah alasan yang sangat logis dan pragmatis. Sebagai Warga Negara Asing (WNA) di Indonesia, Jirayut menghadapi batasan hukum terkait kepemilikan aset.
"Aku penghasilan buat beli aset di Thailand, karena kan di sini aku hitungannya masih dianggap bule, WNA. Karena kan di sini aturannya WNA nggak bisa punya aset atas nama sendiri," ungkapnya jujur.
Lihatlah betapa cerdasnya ia menyikapi situasi. Ia tidak meratapi keterbatasan, melainkan mengubahnya menjadi sebuah peluang emas untuk membangun fondasi yang kokoh di tempat yang paling berarti baginya: kampung halaman.
Fondasi dari Perjuangan
Untuk benar-benar memahami mengapa Jirayut membuat pilihan-pilihan ini, kita perlu melihat sejenak ke masa lalunya. Jirayut bukanlah anak yang terlahir dengan sendok emas. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang orang tuanya berpisah sejak ia masih kecil. Dibesarkan oleh sang nenek sementara ibunya bekerja keras di Malaysia, Jirayut tumbuh dengan pemahaman mendalam tentang arti perjuangan dan pentingnya keluarga.
Perjalanannya ke panggung D'Academy Asia pada 2018 adalah sebuah lompatan keyakinan. Meskipun terhenti di babak sepuluh besar, takdir berkata lain. Bakatnya sebagai penghibur justru bersinar lebih terang, dan ia diangkat menjadi presenter. Sejak saat itu, kerja keras dan pesonanya membawanya ke puncak. Latar belakang inilah yang membentuknya menjadi sosok yang tidak silau oleh gemerlap dunia hiburan.
Pelajaran Berharga dari Jirayut untuk Kita Semua
Kisah Jirayut adalah sebuah masterclass tentang kehidupan dan keuangan. Ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita petik.
Sukses Sejati Tidak Melupakan Akar. Di puncak ketenaran, prioritas utamanya tetaplah kesejahteraan keluarga di kampung.
Pilih Aset Produktif, Bukan Liabilitas Konsumtif. Ia memilih kebun yang menghasilkan uang, bukan mobil yang menyedot uang.
Berpikir Jangka Panjang. Ia tidak hanya memikirkan hari ini, tapi juga masa depan (beralih ke sawit untuk keuntungan lebih besar).
Hormati dan Dengar Nasihat Keluarga. Kerendahan hatinya untuk mendengarkan sang kakak adalah kunci dari keputusan investasinya.
Jirayut telah membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang entertainer. Ia adalah seorang anak berbakti, seorang kakak yang peduli, dan seorang investor muda yang sangat cerdas. Ia adalah teladan nyata bahwa kesuksesan yang paling membahagiakan adalah ketika kita bisa menjadi sumber kebahagiaan dan stabilitas bagi orang-orang yang kita cintai, di tempat yang kita sebut "rumah".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI