Anda adalah seorang profesional muda. Setiap bulan, Anda menyisihkan sebagian gaji dengan susah payah. Anda menonton video dari seorang influencer keuangan yang Anda kagumi. Dengan penuh keyakinan, ia menjelaskan tentang sebuah platform investasi canggih bernama Akseleran. Ini bukan "pinjol" jahat untuk foya-foya, katanya, ini adalah Peer-to-Peer (P2P) Lending produktif. Anda meminjamkan uang Anda untuk mendanai proyek-proyek bisnis nyata, seperti kontraktor tol atau penyuplai alat pertahanan, dengan iming-iming imbal hasil yang menggiurkan.
Anda pun menaruh uang Anda di sana. Bulan-bulan berlalu, imbal hasil terasa manis. Mimpi untuk mencapai kebebasan finansial terasa semakin dekat. Sampai suatu hari, semuanya berhenti. Dana Anda macet. Janji keuntungan berubah menjadi kecemasan. Mimpi indah berubah menjadi mimpi buruk.
Selamat datang di realita pahit yang kini dihadapi oleh ribuan pemberi pinjaman, atau lender, di platform fintech Akseleran. Sebuah bom waktu senilai Rp 178 miliar baru saja meledak, menciptakan pusaran krisis yang menyeret perusahaan, para peminjamnya, dan bahkan nama besar di dunia influencer keuangan. Ini adalah kisah peringatan tentang sisi gelap di balik janji manis investasi digital.
Akseleran gagal bayar Rp 178 Miliar, menyeret lender dan influencer. Perusahaan lapor polisi atas dugaan fraud, mengungkap risiko investasi fintech. - Tiyarman Gulo
Daftar 'Tersangka' dan Skala Masalah
Akseleran selama ini membangun citra sebagai "pinjol baik". Mereka adalah jembatan antara investor ritel (para lender) dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang butuh modal kerja (borrower). Konsepnya mulia, Anda membantu bisnis bertumbuh, dan sebagai gantinya Anda mendapatkan keuntungan.
Namun, di balik layar, retakan besar mulai muncul. Enam perusahaan peminjam gagal membayar utang mereka. Angkanya tidak main-main, mencapai total Rp 178 miliar. Berikut adalah "daftar tersangka" yang namanya kini beredar luas, memicu kepanikan di kalangan para lender :
PT PPD & afiliasinya: Rp 59 miliar (Penyuplai pasir dan batu untuk proyek Tol Semarang-Demak).
PT EFI & afiliasinya: Rp 46,6 miliar (Kontraktor EPC).
PT PDB & afiliasinya: Rp 42,3 miliar (Penyuplai peralatan pertahanan).
PT ABA & afiliasinya: Rp 15,5 miliar (Perusahaan konstruksi dengan kontrak dari BUMN).
PT CPM & fasilitasnya: Rp 9,6 miliar (Kontraktor dan desain interior).
PT IBW & afiliasinya: Rp 5,3 miliar (Manufaktur furnitur).