Mohon tunggu...
Sofah D. Aristiawan
Sofah D. Aristiawan Mohon Tunggu... Penulis - Sofah D. Aristiawan

Pengagum Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Logika Memilih

12 Januari 2016   00:10 Diperbarui: 12 Januari 2016   10:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konklusi logika memilih
Hipotesis logika memilih haruslah disempurnakan dengan merubah orientasi intinya. Pilihan yang paling banyak lebihnya adalah pilihan yang harus dipilih dirubah menjadi pilihan yang paling sedikit kurangnya adalah pilihan yang harus dipilih. Ini menjadi menarik, karena kita merubah inti dari hipotesis logika memilih tanpa harus merubah polanya. Hipotesis logika memilih mencapai konklusinya. Ada dua hal dari konklusi logika memilih, bahwa:

  1. Pilihan yang harus kita pilih adalah pilihan yang paling sedikit kurangnya dan yang paling banyak lebihnya.
  2. Pilihan yang harus kita pilih adalah pilihan yang paling sedikit kurangnya.

Semisal contoh, kita dihadapkan pada pilihan A dengan jumlah kekurangan 3 dan kelebihannya 5, sedangkan pilihan B dengan jumlah kekurangan 5 dan kelebihannya 3, maka logika memilih kita tentu memilih pilihan A. Tampak terlihat sama saja dengan contoh hipotesis logika memilih, namun mari kita lihat perbedaannya dari contoh pilihan yang susah, pilihan A dengan jumlah kekurangan 5 dan kelebihannya 7, sedangkan pilihan B dengan jumlah kekurangan 3 dan kelebihannya 5, maka pilihan B lah yang seharusnya dipilih. Lebih susah lagi, jika pilihan A dengan jumlah kekurangan 5 dan kelebihannya 7, sedangkan pilihan B dengan jumlah kekurangan 3 dan kelebihannya 1, maka mana yang harus kita pilih? Tetap pilihan B lah yang seharusnya dipilih.

Konklusi logika memilih adalah pilihlah pilihan yang paling sedikit kurangnya bukan yang paling banyak lebihnya. Konklusi ini menjadi satu kesatuan dan saling melengkapi dengan tidak menggunakan kata sambung (konjungsi) ‘dan’ tetapi ‘bukan’. Maksudnya, logika memilih diorientasikan pada kekurangan dari satu pilihan agar pola pikir kita meramalkan sampai sejauh mana hasil terburuk yang harus didapatkan ketika hasil diakhir suatu pilihan tidak tepat dan salah. Hal ini memberikan kita pilihan yang dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan. Tentunya kita harus meramalkan sampai sejauh mana hasil terburuk bukan hasil terbaik yang harus didapatkan. Hasil terbaik yang didapati merupakan bonus dari logika memilih yang tepat dan benar sesuai polanya. Logika memilih seperti ini seharusnya terbentuk dalam pikiran manusia tanpa melepas bebaskan kelebihan dari suatu pilihan dan tanpa melepas bebaskan hasil terbaik.

Contoh sederhana ini ingin menunjukkan bagaimana seharusnya cara berpikir yang tepat dan benar dalam logika memilih. Pada intinya logika memilih ini berupaya mereduksi cara berpikir lama yang berdampak pada budaya oportunistis dimana cenderung berpikir ‘yang enak-enak’ saja. Logika memilih ini tertanam dalam pikiran Bangsa Barat serta Bangsa Asia Timur yang menjadikannya maju dalam hal cara berpikir dan memegang peradaban. Logika memilih ini dijadikan cara bagaimana kita seharusnya memilih, entah pilihan-pilihan kecil dan sederhana atau besar dan menyangkut banyak orang? Pilihan-pilihan teoritis atau praktis? Bahkan pilihan agama mana yang benar.

Kebumen, 23-24 Juli 2015

T.E.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun