Bagi anak-anak Desa Tablolong, Selasa, 19 Agustus 2025 terasa berbeda. Ada sesuatu yang lebih seru dari sekadar menatap laut biru: mereka menemukan dunia baru lewat Sudut Baca Pesisir, yang menghadirkan dongeng, nyanyian, dan warna-warni imajinasi. Sudut Baca Pesisir merupakan program eksklusif Desa Eco-Bahari Tablolong yang dihadirkan bersinergi dengan Tim Pengelola Unit Perpustakaan Politeknik KP Kupang.
Acara ini dihadiri oleh Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang, Muhamad Ali Ulat, dan Manager PT PLN (Persero) UPP Nusra 3, Kasirun. Sebanyak 20 siswa-siswi SD GMIT Nefo datang bersama seorang guru pendamping. Suasananya hangat dan penuh keceriaan—dimulai dengan perkenalan dan bernyanyi bersama, dilanjutkan dengan mendengarkan dongeng, lalu lomba mewarnai. Pemenang lomba pun mendapat hadiah kecil yang membuat sorak-sorai semakin meriah.
Sekilas tampak sederhana. Namun di balik itu, tersimpan harapan besar: menumbuhkan minat baca dan imajinasi anak-anak pesisir yang kelak bisa menjadi cahaya bagi masa depan desa.
Mengapa Literasi di Pesisir Penting?
Di desa nelayan seperti Tablolong, laut adalah pusat kehidupan. Anak-anak tumbuh dengan cerita tentang melaut dan perahu, tapi jarang bersentuhan dengan buku bacaan. Padahal, menurut UNESCO, literasi bukan sekadar membaca huruf, melainkan kemampuan memahami dan memanfaatkan informasi.
Sayangnya, survei PISA 2022 menunjukkan kemampuan membaca siswa Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain, setara kurang lebih tiga tahun pelajaran di belakang rata-rata negara maju.
Di sinilah arti kehadiran Sudut Baca Pesisir. Program ini bukan hanya sekedar membaca, tapi juga ruang untuk menyalakan rasa ingin tahu dan membuka jendela dunia bagi anak-anak pesisir.
Tren Literasi: Belajar dari Lingkungan
Belakangan ini, literasi dipahami lebih luas—tidak hanya baca-tulis, tapi juga literasi kontekstual. Anak-anak Tablolong bisa belajar literasi lewat cerita tentang laut, lomba mewarnai ikan dan perahu, atau dongeng tentang ekosistem pesisir. Cara ini membuat literasi lebih dekat dengan keseharian mereka.
Program seperti ini juga sejalan dengan Gerakan Literasi Nasional, yang mencakup literasi sains, digital, hingga finansial. Dengan pendekatan kreatif, literasi menjadi pengalaman yang menyenangkan, bukan beban.
Listrik dan Literasi: Dua Sisi yang Saling Melengkapi
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan pada acara peresmian Desa Eco-Bahari Tablolong dan serah terima bantuan program Electrifying Marine (19/8/2025). Program Sudut Baca Pesisir juga dihadirkan sebagai wujud dari upaya tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PLN UIP Nusa Tenggara di wilayah pesisir sekitar unit proyek PLTU Timor 1. Artinya, pembangunan fisik berupa listrik, berjalan beriringan dengan pembangunan manusia melalui literasi.
Data World Bank (2021) menunjukkan, anak-anak di rumah dengan akses listrik punya waktu belajar 30% lebih banyak dibanding anak-anak tanpa listrik. Jadi, ketika listrik masuk ke desa, cahaya lampu juga bisa menjadi cahaya bagi buku, cerita, dan pengetahuan.
Refleksi: Dari Satu Sudut, Untuk Masa Depan
“Kegiatan Sudut Baca Pesisir ini bukan sekadar ajang bermain, tapi cara kami menumbuhkan literasi dan minat baca anak-anak pesisir. Kami ingin mereka merasakan bahwa membaca itu menyenangkan, lewat dongeng, lomba mewarnai, atau aktivitas kreatif lainnya. Harapannya, dari langkah kecil ini akan lahir kebiasaan besar—anak-anak yang gemar membaca dan berprestasi. Sesuai dengan motto kami, Pesisir Berliterasi, Generasi Berprestasi”. — Ina Rostiani, S.I.Pus., Ketua Tim Program Kerja Sudut Baca Pesisir
Apa yang dimulai dari sebuah sudut baca, sebuah dongeng, dan sebungkus krayon, bisa jadi titik awal perubahan besar. Mungkin ada anak Tablolong yang suatu hari tumbuh menjadi guru, peneliti laut, atau pemimpin desa—berkat percikan semangat literasi yang ia rasakan sejak kecil.
Kegiatan ini juga mengingatkan kita bahwa literasi adalah kerja bersama. Pemerintah, sekolah, perusahaan, dan komunitas bisa berkolaborasi menyalakan "lentera kecil" di hati anak-anak.
Dari Tablolong, kita belajar: masa depan bisa dimulai dari sebuah sudut kecil—Sudut Baca Pesisir—yang menyalakan harapan dan mimpi lebih jauh dari horizon laut.
Sumber: Ina Rostiani
Penulis: Rifqah Pratiwi
Editor: Rifqah Pratiwi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI