Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Anak Magang: Menelusuri Puro Mangkunegaran Kediaman KGPAA Mangkunegoro IX

14 Oktober 2020   23:40 Diperbarui: 15 Oktober 2020   02:30 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal lain yang menarik dari Keraton Mangkunegaran, sebagai yang disampaikan oleh pemandu adalah pakaian kebesarannya dipengaruhi oleh Napoleon Bonaparte yakni seorang tokoh yang sangat terkemuka berasal dari Perancis. 

Pemandu juga memaparkan berbagai fakta menarik mengenai raja-raja yang pernah memimpin keraton ini seperti halnya Raja yang paling kaya yang pernah menjabat di sini ialah Mangkunegoro IV; Beliau memiliki beberapa pabrik yang salah satunya merupakan Pabrik Gula De Tjolomadoe. Kemudian ada pula Mangkunegoro VII, yang merupakan pendiri Radio RRI yang dijuluki sebagai "Radio Kambing" sebab dalam masa awal-awal penyiarannya diwarnai kejar-kejaran dengan Belanda pada masa penjajahan. 

Pada saat ini, Keraton Mangkunegaran berada dalam pimpinan KGPAA Mangkunegoro IX yang berusia 66 tahun. Beliau sempat menikah dengan putri dari Presiden Indonesia 1 Ir. Soekarno yakni Ibu Sukmawati Soekarnoputri dan dikaruniai putra bernama GPH Paundakarna Sukmaputra Jiwanegara serta putri bernama Suniwati. namun pada akhirnya bercerai dan menikah untuk kedua kali dengan Permaisuri GKP Mangkunegoro IX dikaruniai putra bernama Cakrahutomo Wira Sudjiwo dan putri Ancillasura Marina Sudjiwo.

Setelah melewati Pendopo, pengunjung dapat melihat sebuah ruangan terbuka yang lebih kecil dari pendopo biasa digunakan sebagai tempat pagelaran wayang. Tempat ini disebut sebagai Waringgit (Wa bermakna tempat dan Ringgit bermakna wayang). Pada ruangan ini terdapat foto dari Raja dan Permaisuri juga beberapa tokoh kerajaan lain. Pada bagian depan tempat ini terdapat emblem atau lambang huruf MN dengan gambar matahari (Suryo Sumirat) yang merupakan lambang Kerajaan Mangkunegaran.

Selanjutnya, memasuki bagian museum. Di sini pengunjung tak diperkenankan untuk memotret atau mengambil gambar. Museum ini berisikan beberapa koleksi seperti senjata, perhiasan para penari yang terbuat dari emas disimpan dalam sebuah etalase besar, juga terdapat sebuah tempat tidur yang dulunya berfungsi sebagai ranjang pengantin kerajaan dan di kedua sisinya terdapat bilik-bilik yang menjadi tempat meditasi keluarga kerajaan. Pada ruangan ini terdapat dua nenek yang menjaga sembari berjualan ramuan-ramuan kecantikan khas kerajaan ini. Ramuan-ramuan tersebut dapat dibeli juga oleh para pengunjung.

Memasuki area keputren; sebagai informasi, di kerajaan ini kamar tidur antara anggota laki-laki dan perempuan dipisahkan, anggota putri tinggal di keputren dan putra di keprabon. Terdapat ruangan yang berupa tempat santai untuk keluarga keraton, sebuah teras dengan kursi dan meja serta menghadap ke arah taman. Di sekitar tempat ini juga terdapat etalase berisi topeng-topeng yang dulunya digunakan untuk menari, ada juga beberapa tombak yang dipajang di dinding.

Di seberang teras tersebut, terdapat ruang dengan karpet serta kursi-kursi mengelilinginya. Di tempat ini pula pemandu menjelaskan mengapa di keraton ini terdapat banyak cermin.

Cermin dalam budaya jawa memiliki filosofi "ngilo/ngaca" ketika bertamu ke kediaman orang lain; berkaca apakah kita sudah pantas menginjakkan kaki di sana, apakah kita memiliki hati yang cukup murni dan apakah tujuan kita bertamu dalam niat yang baik.

Setelah itu, memasuki ruang makan yang masih memiliki perbendaharaan arsitektur khas kerajaan Mangkunegaran, beratapkan cermin yang menampilkan kesan leluasa.

Di ruangan ini ada sebuah koleksi yang sangat menarik, yakni sebuah pajangan berbentuk gading gajah yang diukir secara sangat detail menggambarkan cerita Ramayana. Ukiran tersebut merupakan mahakarya buah tangan dari seorang seniman Bali yang dikerjakan selama 25 tahun.

Usai observasi, peserta magang diberikan waktu untuk beristirahat serta mengambil gambar untuk keperluan dokumentasi kemudian diperkenankan untuk pulang.

Hore!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun