Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Sembarangan Bikin Nama Anak

15 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 15 Oktober 2020   12:42 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anak-anak sekolah dasar jaman dahulu, memiliki permainan yang mungkin oleh anak jaman sekarang dianggap aneh, yaitu mengejek teman-teman sekelasnya dengan menyebut nama orang tuanya, pada umumnya nama sang ayah.  Namun demikian, ada juga satu kasus, karena nama ibu seorang anak agak unik, maka nama ibu dari anak perempuan tersebut melekat menjadi namanya yang memiliki nama asli sendiri, yang diberikan oleh orang tuanya.

Hal tersebut dapat terjadi, karena si anak memiliki kepercayaan diri tinggi, sehingga tidak merasa harus marah tatkala nama ibunya dijadikan nama panggilan untuk dirinya, bahkan konon membuatnya makin sayang terhadap ibunya.  Ciri anak yang kemudian hari akan berbakti, dan tak akan pernah melupakan jasa ibunya.

Penyebab dari mengejek teman dengan menyebut nama orang tua, biasanya terjadi lantaran nama orang tua jaman dulu banyak yang terdengar unik, aneh, dan acapkali terkesan "kampungan", bagi anak-anak tersebut.  Oleh karena itu yang kerapkali menjadi bahan ejekan, tentunya yang  nama orang tuanya masuk kategori di atas.  Jika nama orang tuanya bagus bagi anak-anak kurang ajar tersebut, maka paling hanya diejek sepintas lalu saja.  Jadi jangan heran jika murid-murid SD pada masa itu dalam hal menjaga rapot sangat luar biasa ketatnya, bahkan jika perlu buku rapot dijaga dengan mempertaruhkan nyawanya, karena di dalam buku laporan prestasi tersebutlah nama diri orang tuanya tercantum di bagian data diri masing-masing.

Dalam hal memberi nama anak, para orang tua juga memiliki cara dan metode masing-masing.  Ada yang memberi nama dengan acuan bulan dan hari lahir, sehingga lahirlah nama Agust, Jully, Okta dan sejenisnya,  bahkan ada juga yang nekat memberi nama anak Rebo, Senen bahkan Ahad.  Tak peduli bagaimana nasib anak di kemudian hari, terutama pada saat mereka duduk di bangku SD.

Di daerah Sumatera Utara, ada sebagian orang yang memberi nama anak dengan metode apa yang dilihatnya sesaat setelah persalinan, tentunya hal yang dilihat membuatnya terkesan.  Maka lahirlah anak dengan nama Topan, Angin, Bintang, dan sering kebagian juga nama dokter yang membantu persalinan, ditabalkan menjadi unsur  nama lengkap si anak, biasanya diletakkan sebagai nama tengah, kemudian diakhiri nama marga.

Beberapa kalangan juga berkenan memberi nama anaknya dengan  nama berunsur Barat atau Arab, walaupun kedua orang tuanya sama sekali tidak berdarah Barat ataupun Arab.  Namun jarang ada yang nekat memberikan nama anak dengan unsur Cina atau Korea, kecuali jika salah satu orang tuanya memiliki darah atau keturunan dari sana.

Di daerah Jawa Tengah ada orang tua yang tega memberi nama anaknya dengan nama, "Tuhan", "Syaiton", "Malaikat", dengan satu huruf "N", bahkan tanda titik ".", benar-benar hanya tanda titik.  Beruntung anaknya yang kebetulan perempuan tersebut dipanggil dengan nama "Titik".  Hanya orang tua yang bersangkutanlah yang paham apa alasan mereka memberi nama yang tidak biasa tersebut, terlepas dari apakah mereka meramalkan atau tidak  bagaimana nasib anaknya di kemudian hari akibat menyandang nama yang tidak lazim tersebut.

Di daerah Jakarta tempo dulu, banyak nama diri yang berganti akibat si empunya nama memiliki profesi khusus,  Misalnya nama Mat Karbit untuk tukang las, atau Mat Dongkrak bagi mereka yang kebetulan bekerja di bengkel tak peduli sebelumnya sang pekerja memiliki nama yang bagus dan dibuat oleh orang tuanya dengan susah payah, bahkan kadangkala harus puasa dan menunggu wangsit sekaligus. 

Di seputaran Tangerang, khususnya di pedesaan kebanyakan anak-anak menyandang nama orang tuanya, namun dengan tambahan "bin" untuk laki-laki, dan "binti" untuk perempuan.  Bukan karena mereka mengikuti ajaran Islam atau budaya Arab, melainkan semata-mata demi alasan praktis, oleh sebab orang jaman dahulu banyak memberikan nama yang serupa untuk anak-anaknya.  Jadi untuk pembeda dipakailah nama orang tua sekaligus sebagai nama keluarga.  Maka lahirlah Asep bin Satu, Asep bin Dua atau Neneng binti Tiga serta Neneng binti Empat.

Apalah Arti Sebuah Nama

Dalam sebuah penelitian psikologi komunikasi, dilakukan percobaan tentang efek sebuah nama.  Dibuatlah dua kelompok anak yang masing-masing dibuatkan sebuah cerita karangan yang sama dalam selembar kertas.  DI kelompok pertama kertas ceritanya dituliskan nama diri yang bagus-bagus, sedangkan kelompok kedua dengan nama-nama yang jelek.  Kemudian lembar karangan tersebut disebarkan dan diperiksa untuk diberi nilai oleh para guru.  Dan hasilnya ternyata, karangan yang mencantumkan nama penulis yang bagus-bagus, mendapatkan nilai yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan karangan dengan nama-nama jelek.

Para artis-artis panggung, televisi atau film kebanyakan mengganti nama asli dirinya dengan nama panggung, entah untuk alasan apa, namun yang jelas kebanyakan dari mereka mengganti nama dirinya dengan nama yang lebih bagus atau trendi.   Mungkin hanya artis dari genre komedi atau mereka yang memiliki rasa percaya diri tinggi yang berani menggunakan nama panggung yang kurang bagus atau tidak mengikuti trend.

Memang efek sebuah nama acapkali sangat luar biasa.  Jika masih tak yakin, tanyakan saja bagaimana rasanya kepada anak SD yang kebetulan memiliki nama orang tuanya yang unik atau tidak lazim.  Bisa dipastikan nyaris setiap hari dirinya jadi bahan candaan teman-temannya, yang lazimnya diikuti dengan gelak tawa berkepanjangan.  Sementara sang korban, berpotensi mengucurkan keringat dingin ke seluruh tubuhnya.

Bahwa memiliki nama yang kurang bagus sering menjadi bahan candaan, yang akibatnya bikin tak enak hati, memiliki nama yang sama dengan orang terkenal juga tak kalah menyeramkan.  Seorang anak, penyandang nama "Tito" pada saat duduk di bangku SD tahun tujuh puluhan, masih bisa tersenyum-senyum saat namanya disandingkan dengan Yosef Broz Tito, seorang presiden legendaris dari Yugoslavia.  Namun rasa tak enak hati mulai dirasakannya tatkala menginjak usia dewasa, manakala setiap dirinya memperkenalkan nama, orang yang mendengar serta merta menyambung "Tito Sumarsono", mengutip nama seorang penyanyi terkenal saat itu.

Selanjutnya rasa tak enak hati makin melanda saat si Tito kecil menua, karena di usia senjanya jika ia berada dalam suatu kesempatan dan harus memperkenalkan diri, lawan bicaranya serta merta menyambung "Tito Karnavian", mantan Kapolri yang kini Mendagri.  Percayalah, menyandingkan nama diri seseorang yang berasal dari orang dari rantai makanan terendah dengan orang dari rantai makanan tertinggi, dapat membuat si rantai terendah jengkel bukan buatan.

Acapkali orang mengatakan bahwa nama diri berpotensi mengandung doa.  Jadi pilihlah nama diri yang akan mendoakan si penyandang nama menjadi orang yang sesuai dengan namanya.  Nama-nama "Dermawan", "Suci", "Prihatin", "Tegar dan sejenisnya konon akan menghasilkan perilaku sesuai dengan namanya.  Sebab akan malu hati jika si Dermawan justru kikir setengah mati, atau si Tegar menjadi pribadi yang cengeng bukan kepalang.

Sebagian besar orang-orang yang menyandang nama diri yang bagus-bagus, cenderung sukses mencapai cita-cita sesuai yang diinginkan.  Simak saja hasil penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri ternama di negeri ini, yang diselenggarakan setiap tahun.  Nama-nama yang diumumkan sebagai orang yang lulus, jika ditelaah nyaris semuanya terdiri dari nama-nama yang indah semata.  Jarang ditemui nama-nama yang dibuat "asal jadi" seperti: "Tuhan", "Malaikat" apalagi "Syaiton, sebab" salah buatan akibat tak tahan ejekan teman di masa SD, bukan tak mungkkin pribadi-pribadi di atas kapok pergi ke sekolah, dan memilih menjadi pertama di hutan, minimal hidup menyendiri hingga usia memasuki masa remaja.

Akhir kata, sebelum membuat nama anak, pikirkanlah barang enam belas kali, jangan asal buat sebab yang akan menanggung akibat perbuatan kita adalah mereka.  Memang, bukan berarti nama yang bagus akan otomatis membuat hidup sang anak lancar tanpa hambatan berarti, namun setidaknya dengan menyandang nama yang bagus, apalagi jika nama tersebut bermakna doa bagi pemiliknya, maka untuk melakukan perbuatan yang akan mencemari nama baik yang disandangnya ia akan berpikir berulang kali.   Sebab penyandang nama-nama bagus tersebut, biasanya dari kalangan pejabat dan politisi, ada juga beberapa yang mendekam di tahanan. 

Namun demikian, tetap saja mereka memiliki unsur pembeda dengan tahanan kebanyakan, karena namanya yang bagus tadi, kendatipun bukan tak mungkin, sekeluarnya ia dari tahanan, maka nama bagus yang disandangnya telah bersalin rupa, dengan nama yang dianugerahi oleh teman-temannya semasa dalam tahanan.  Entah siapa nanti namanya.

Jadi jika ada yang bertanya, "Apalah arti sebuah nama?".  Jawabnya "Ooh, banyak selkali"

Cileungsi, 15 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun