Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemampuan Teman Disabilitas, Mampu Bedakan Ketulusan Hati Orang di Sekitarnya

25 Desember 2021   09:32 Diperbarui: 25 Desember 2021   09:37 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kedekatan dengan disabilitas. Sumber : Unicef

Meskipun teman disabilitas tergolong minoritas di dalam masyarakat, namun saya cukup sering berinteraksi dengan teman-teman disabilitas.

Sebenarnya teman saya ini masih terbilang anak-anak, karena usia mereka sangat jauh ketimbang saya yang sudah berumur kepala tiga ini.

Tapi meskipun masih anak-anak, mereka adalah teman saya. Teman berinteraksi, teman main dan teman berbagi cerita. Begitu cerita saya lima tahun yang lalu.

Lima tahun tahun yang lalu, saya sempat bekerja dekat dengan teman-teman disabilitas dengan berbagai macam keistimewaan. Mulai down syndrome hingga cerebral palsy.

Dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, teman-teman disabilitas yang saya temui luar biasa. Bagaimana mereka bisa "hidup" di era seperti sekarang.

Hidup yang dimaksud di sini bukan hanya sekadar menjalani aktifitas tapi bagaimana mereka berinteraksi dengan sekitar, tertawa bahagia bersama orang terdekatnya.

Kita yang merasa hidup sebagai manusia normal, seringnya terlalu berinteraksi dengan diri kita sendiri alias sibuk sendiri tanpa tahu di sekitar kita ada orang.

Begitu juga, kita jarang berbagi tawa bahagia bersama orang terdekat kita. Kita kadang memilih bahagia bersama orang yang tidak ada di dekat kita.

Selain itu, saking luar biasanya, teman-teman down syndrome memiliki keingintahuan akan pengetahuan yang begitu besar. Seperti halnya, setiap kali saya pegang kamera, mereka ingin ikutan motret.

Saya tidak terganggu, malah senang mengajari teman-teman saya itu. Gak jarang mereka ajak saya foto selfie. Mereka selalu senyum dan tertawa, sehingga sering hibur saya yang sering sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun