Mohon tunggu...
Titis Apdini
Titis Apdini Mohon Tunggu... -

Indonesian - http://apdini.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Puncak Tertinggi Kabupaten Garut

26 April 2014   00:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mendaki Gunung Papandayan dan Gunung Guntur, akhirnya kesampaian juga menjejakkan kaki di gunung tertinggi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Namanya Gunung Cikuray dengan ketinggian 2841 meter di atas permukaan laut. Rute pendakian dimulai dari base camp pemancar TV yang terletak di Kecamatan Cilawu. Saya berangkat bersama teman-teman dengan total 6 orang (3 laki-laki dan 3 perempuan) jadi pas ada 3 pasang. Pendakian diadakan saat libur Paskah minggu lalu. Kami meluncur dari domisili masing-masing yaitu Jakarta dan Bogor untuk bertemu langsung di Garut pada Jumat siang. Kondisi lalu lintas akhir pekan panjang memang sulit ditebak, alhasil waktu tempuh menuju lokasi pertemuan mencapai 8 jam.

Kami menyewa mobil bak terbuka untuk menuju pos pemancar. Sampai di kebun teh, kami dikenai biaya tiket masuk sebesar Rp 3000,- per orang. Hari sudah gelap ketika kami tiba, akhirnya rombongan memutuskan mulai mendaki setelah Maghrib. Sekitar pukul 19.00 kami mendaftarkan diri ke Pos Pemantauan Pendaki. Berdasarkan informasi dari penjaga pos, sudah ada 700 pendaki yang ada di gunung, diperkirakan kami tidak akan kebagian tempat untuk mendirikan tenda di pos. Kami juga diarahkan supaya pintar-pintar mencari tempat untuk istirahat, kemungkinan bisa mendirikan tenda di puncak kalau rombongan kami mau langsung tancap gas ke sana. Ada 8 pos menuju puncak, lumayan banyak juga dengan selang waktu kurang lebih satu jam antar pos.

Tanpa bermaksud memaksakan, karena semua anggota rombongan sudah bersemangat menyaksikan matahari terbit di puncak maka kami pompa semangat untuk langsung menanjak malam itu juga tanpa mendirikan tenda. Jalur menuju puncak Cikuray terus menanjak dan ditumbuhi akar pepohonan. Kanan kiri jalur merupakan punggung lembah yang curam. Malam itu rombongan kami membawa alat bantu penerangan pas-pasan, untungnya cahaya bulan bersinar cerah menembus daun pohon yang menutup vegetasi dengan rapat.

Pos demi pos kami lalui, tidak banyak pendaki yang kami jumpai untuk itu agak sangsi ada 700 pendaki yang sudah ada di gunung. Kami sempat berhenti untuk makan malam dan memenuhi kebutuhan energi ketika hampir tengah malam. Setelah itu pendakian dilanjutkan. Sampai Pos 6 menuju Pos 7, rasanya jalur terasa lebih panjang, mata kami mulai mengantuk. Sesekali kami berhenti bukan hanya untuk minum ataupun makan camilan namun juga mencuri-curi waktu untuk tidur. Ketika tidak sampai juga di Pos 7, hampir dikira kami salah jalan. Pokoknya jalan saja, dinikmati sambil terus berdoa agar dilindungi Tuhan. Mendekati waktu Subuh akhirnya tiba juga di puncak gunung Cikuray.

Segala lelah, lapar, dan kantuk berubah menjadi takjub ketika fajar perlahan menyingsing. Barulah kami sadar memang benar adanya ratusan pendaki di Gunung Cikuray. Ketika saya berusaha mengambil gambar, rasanya seluruh puncak penuh sesak. Kami memilih spot foto di sisi utara puncak dengan latar belakang Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Puncak Cikuray adalah tempat yang tepat untuk menyaksikan pemandangan keseluruhan kota Garut dari utara sampai garis pantai selatan. Luar biasa !

[caption id="attachment_321370" align="aligncenter" width="300" caption="Matahari Terbit di Puncak Cikuray"][/caption]

Puas mengambil foto, banyak pendaki yang mulai turun gunung. Tenda sudah kami dirikan, rasanya sudah tidak lapar lagi yang tersisa adalah kantuk karena berjuang agar tetap terjaga selama mendaki semalaman. Hari beranjak siang, rombongan kami masuk tenda untuk membayar jam tidur. Sebelum tengah hari, kabut naik. Awan membatasi jarak pandang, akhirnya hujan pun turun. Semakin mantap untuk menikmati liburan, hanya tiduran tanpa agenda apapun.

Mengingat baterai senter sudah menipis, kami memutuskan untuk segera turun gunung sore harinya. Perjalanan turun biasanya jauh lebih cepat dari perjalanan naik. Apa daya karena medan yang licin dan berlumpur, kami pun kembali ke pos pemancar ketika hari sudah gelap. Kondisi yang lelah dan kaki yang pegal-pegal mendorong kami untuk menginap di sana malam itu, baru kembali ke Jakarta esok pagi.

Hari terakhir liburan, kami bersih-bersih diri dan memasak bahan makanan yang tersisa. Tema hari terakhir adalah piknik pagi-pagi di depan hamparan pegunungan dan kebun teh, begitu menenangkan. Sayangnya, karena rombongan kami hanya berjumlah 6 orang jadi kami harus menunggu sampai ada 10 orang untuk bisa menyewa 1 angkutan umum menuju kota Garut. Opsi lainnya adalah naik ojek, daripada menunggu lama kami pun memilih untuk menumpang motor sampai jalan raya dengan ongkos Rp 30.0000,- per orang.

Syukurlah, rencana pendakian kali ini berjalan lancar. Banyak cerita disimpan, berbagai pelajaran dipetik. Semoga menambah kebaikan dan pengalaman berharga untuk perjalanan berikutnya.

[caption id="attachment_321372" align="aligncenter" width="300" caption="Piknik"]

13984221531220493557
13984221531220493557
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun