3. Memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah dan penyebaran nilai-nilai kebaikan.
4. Mendorong anak menghasilkan karya digital yang Islami dan edukatif.
Namun peran guru dan orang tua tidak berhenti sampai di sana. Dibutuhkan komunikasi yang erat antara keduanya untuk menyusun strategi pendidikan digital yang tepat. Mulai dari membuat jadwal penggunaan gadget, menerapkan pendekatan edukatif, hingga menjadwalkan hari bebas gadget (digital detox) agar terjadi interaksi sosial nyata di rumah dan lingkungan sekitar.
Islam menempatkan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat—yang disebut sebagai segitiga emas pendidikan. Dengan demikian, kolaborasi antara ketiganya mutlak diperlukan untuk mencetak generasi beriman, berilmu, dan berakhlak di tengah derasnya arus digitalisasi.
Pendidikan Islam tidak hanya bicara soal nilai-nilai, tetapi juga membentuk sistem dan pola pikir yang mampu menjawab tantangan zaman. Maka, di tengah derasnya gelombang digital yang membentuk gaya hidup anak-anak, pendidikan Islam adalah mercusuar yang membimbing arah perjalanan mereka menuju masa depan yang cerah, cerdas, dan berakhlak. Hbis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI