Selain sembako, kebutuhan apa yang harus dipenuhi di masa pandemi Covid-19? Kuota. Tapi itu pun tak cukup bila tanpa didukung dengan jaringan internet yang stabil. Kenapa? Karena saat ini hampir semua kegiatan dilakukan secara daring.
Bagi yang anaknya kuliah, pertemuan dilakukan secara daring.Â
Bagi yang anaknya masih SD, seperti saya, tugas-tugas disampaikan oleh guru secara daring dan dikumpulkan secara daring juga, baik berupa video, audio atau gambar. Mengajipun dilakukan secara daring.
Bagi yang bekerja seperti saya, kegiatan pelatihan, sosialisasi, pelayanan publik, penyampaian informasi penting disampaikan secara daring.
Bagi yang biasa jajan, makan di tempat juga bukan pilihan bijak. Karenanya memanfaatkan jasa ojek daring adalah pilihan yang bijaksana.
Apa artinya? Artinya kita harus merogoh kocek lebih dalam untuk anggaran kuota, jangan sampai kita kehabisan kuota di masa ini. Kenapa? Karena kehabisan kuota berarti keterlambatan penerimaan informasi. Informasi yang diterima jadi tidak update.
Dulu saya pernah mengalaminya. Kuota saya habis dan hal itu saya biarkan. Sengaja. Karena ketika ada kuotanya, maka ponsel saya akan digunakan anak-anak untuk menonton daring atau membuka media sosial. Maklum anak milenial.
Ketika keesokan harinya internet sudah tersambung menggunakan wifi yang tersedia di kantor, baru deh sadar, kalau pada hari tersebut di kelas anak saya dilangsungkan pertemuan secara daring menggunakan aplikasi yang sedang naik daun selama pandemi.Â
Begitu melihat jam, saya sadar kalau pertemuan telah berakhir satu jam yang lalu. Langsung deh saya minta maaf ke gurunya dan bilang kalau saya kehabisan kuota sehingga informasi baru saya dapatkan. Duhh...tengsin banget deh. Hari gini kehabisan kuota? Saya jadi ingat kata-kata yang ada pada salah satu meme tentang kuota internet.
Hidup senang itu gampang, yang penting internet lancar, cepat, murah, kuota melimpah dan koneksi nggak lemot
Kejadian lucu lain juga pernah dialami anak saya saat sedang mengaji daring, masih menggunakan aplikasi yang sedang naik daun itu. Saat sedang mengaji, tiba-tiba Pak Ustadnya hilang. Anak-anak yang sedang mengaji daring dan menunggu giliran sampai bingung.
"Ustadnya hilang", terdengar komentar dari salah satu anak.