Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Membuat Puisi Romantis

22 Juni 2022   23:04 Diperbarui: 22 Juni 2022   23:09 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

demi membikin puisi romantis yang dalam untuk calon istrinya,
seorang pria merelakan waktunya untuk terus menggali di dalam pikirannya sendiri.

betapa kesal wajahnya kala menemukan sesosok Jason Ranti yang sedang melukis peler di kanvas merah muda.

iapun menggerutu, "bukan kamu, puisiku nanti terlalu lusuh."

maka setelah meninggalkan ciu untuk Jason, ia pun kembali menggali. Gali yang dalam seperti lubang digali lubang, hutang ditutup hutang.

tiba-tiba wajahnya masam melihat Jokpin yang sedang duduk di angkringan bersama dahak pacar senjanya yang membeku di kulkas.

ia kembali menggerutu, "bukan kamu, nanti puisiku terlalu simbolik. Pacarku itu idiot, dia butuh puisi romantis laksana anak panah yang langsung mengena di hatinya, tapi dalam di pikirannya."

Maka setelah meninggalkan kopi untuk Jokpin, ia pun kembali menggali. menggali terus membuat keringat di keningnya mengucur seperti banjir Jakarta, dan di kelangkangnya ditumbuhi borok.

KTANG!

tiba-tiba sekopnya membentur batu, membuat lengannya keseleo dan patah layaknya anak burung yang ditembak jatuh. Ia kembali menggerutu, "ini pasti Blues untuk Boni." katanya,

"terlalu keras untuk pacarku. Dia itu cewek edgy yang senang dengan yang esteutik-esteutik, ala-ala kamar gelap dengan Tambler ungu berbau anxeity. Dia butuh puisi romantis bagaikan rahasia debu kepada penyapu, yang menjadikannya KUNG KANG KUNG KING KUNG."

maka setelah meninggalkan cinta untuk Si Merak, dia kembali menggali.
kini ia kembali ke masa-masa kuliah, saat ia berhasil meniduri perempuan bermodal puisi. Masa-masa itu sungguh indah karena kondom murah, rokok murah, harapan murah, minyak goreng murah, harga diri murah dan tentu saja cinta seorang sahabat begitu ramah.
kini ia menangis mengingat sekarang kawannya semakin menipis.
dan mau tidak mau keinginannya pun semakin mengerucut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun