Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sarapan Ibu

20 Juni 2022   20:34 Diperbarui: 20 Juni 2022   20:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sebelum ayam jago terbangun dari tidur, ibu telah di dapur menyiapkan sarapan untuk kami.

pertama, ia merebus usus kecil miliknya. Menunggu matang, diiris tipis-tipis selaput otaknya.
Lalu menumbuk jantungnya dalam ulekan bersama dengan bawang putih, kemiri serta lada hitam.

Lalu kedua bahan tersebut dicampur dalam satu wadah sehingga menjadi gumpalan daging yang berwarna segar. Tak lupa diberi perasan bola mata ke daging, lalu dimasak di oven selama tiga puluh menit.

ibu memerah susu kanannya (karena yang kiri terkena kanker),
memanaskan susu tersebut kemudian mengambil pisau daging untuk memotong jarinya, lalu kedua bahan itu diaduk dalam gelas tinggi hingga terisi setengah. ibu mengiris telinga miliknya hingga mengucurkan darah, lalu darah tersebut dituangkan ke dalam gelas, membuat gelas tersebut berwarna merah muda. Setiap pagi ia harus menyiapkan minuman tersebut untuk ketujuh anaknya.

kuah usus kecil telah mendidih, ibu memasukkan bubuk abu tulang iga miliknya yang jauh-jauh hari telah dikremasi sebagai penyedap rasa. Lalu ibu mencabut gigi taring miliknya, dan memasukkan pula irisan lidah, potongan kuku kaki, minyak tulang rusuk, bibir yang telah disobek-sobek, serta sedikit keringat miliknya untuk menegaskan rasa kuah sup tersebut.

bersamaan dengan dituangkan sup ke  mangkuk putih, telah matang pula daging di oven. Maka ditiriskan pula pada piring putih, merasa ada yang kurang kedua makanan tersebut, ibu mengambil parut, kemudian memarut wajahnya sekuat tenaga, lalu sebuk-serbuk darah tersebut menjadi pelengkap untuk kedua masakan miliknya.

terakhir disajikan hasil jerih payahnya itu di atas meja. Yang kadang tidak kami habiskan.

Maret, 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun