dari Persona kepada Lan
Bau abu celanamu masih menggelitik
Hidungku. Tercium seperti matahari
Yang gosong bercampur asam kulitmu.
Ada rindu disana, di roda bermesin,
Kita berdua. Beberapa lama,
Aku seperti tak mengenal jalan raya
Karena punggungmu dan lekuk - lekuk
Himalaya mencuat dari kerah
Bajumu.
Saat 'ku sibuk terbenam pada dunia,
Tirus dagumu mencoba mencari wajahku.
Membuka kamar percakapan kita berdua
Yang melaju pada debu dan gerah matahari.
Abu celanamu, menjamah lembut wajahku.
Di pinggir jalan, kuah menggenang mengumpulkan
Kenangan. Satu sendok, dua sendok, tiga sendok
Ditambah irisan jeruk nipis membuatmu
Menggeleng kepala dan mengetuk dahi.
Hei. Katamu. Jaga kesehatanmu.
Jaga kesehatanku?
Benar. Untuk masa depan kita.
Masa depan kita?
Yah. Kita.
Jarang sekali kulihat senyummu tanpa jenaka,
Tanpa kegilaanmu, tanpa sinismu
Melihat menor rias wajahku. Senyum
Dirimu adalah celana abumu menenggelamkan ku
Jauh, jauh dalam
Mengenang.
Hingga tiga tahun seperti lilin
Kehabisan sumbu. Habis terang
Gelap masa depan. Mata pelajaran
Telah usai berganti pita terkalung
Dan medali di dada kita.
Celana abumu berganti putih
Tatapanmu. Putih senyumku.
Putih, benang takdir
Kita.