Desa Bengkel, Serdang Bedagai, Juli 2025 -- Dodol Bengkel sudah lama dikenal sebagai kuliner khas dari Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Setiap orang yang melewati jalur lintas Sumatera hampir pasti pernah mendengar atau bahkan mencicipi manis legitnya dodol dari desa ini. Namun, di balik popularitasnya, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dodol masih menghadapi berbagai tantangan. Promosi yang masih mengandalkan penjualan langsung di toko pinggir jalan membuat jangkauan pasar terbatas. Pengemasan yang sederhana sering kali kalah bersaing dengan produk modern yang tampil lebih menarik. Selain itu, pencatatan keuangan dilakukan secara tidak teratur, sehingga pelaku UMKM sulit memantau arus kas dan menghitung keuntungan dengan akurat. Kondisi ini menyebabkan perkembangan usaha cenderung stagnan, meskipun potensi pasar dodol Bengkel sebenarnya sangat besar.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Medan (UNIMED) hadir membawa semangat baru. Sejak awal Juli 2025, mereka turun langsung ke Desa Bengkel untuk menjalankan program pemberdayaan berbasis digitalisasi dan edukasi masyarakat. Program ini tidak hanya dirancang untuk mempertahankan warisan kuliner lokal, tetapi juga untuk membuka jalan bagi UMKM agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan menjangkau konsumen yang lebih luas. Dengan bekal ilmu dari kampus dan semangat pengabdian, mahasiswa KKN berusaha menghadirkan solusi nyata yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Ketua kelompok KKN, Tiopan Rimhot Rumapea, menjelaskan bahwa program ini dirancang tidak hanya untuk menjaga tradisi, tetapi juga mendorong UMKM agar mampu bersaing di era modern. "Dodol Bengkel sudah lama dikenal sebagai ciri khas desa. Melalui KKN ini, kami ingin membantu UMKM lokal agar mampu beradaptasi dengan era digital dan semakin dikenal luas," ungkapnya. Menurut Tiopan, keberadaan mahasiswa di desa bukan hanya sekadar mengabdi, tetapi juga menghadirkan solusi nyata yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pernyataan Tiopan tersebut berakar pada kenyataan bahwa Dodol Bengkel bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas budaya Desa Bengkel. Selama puluhan tahun, dodol menjadi simbol kekuatan tradisi dan daya tarik wisata kuliner. Banyak pelintas jalan yang sengaja singgah hanya untuk membeli oleh-oleh khas ini. Namun, meskipun sudah terkenal, para pelaku UMKM masih kesulitan memperluas jangkauan pasar.
Tantangan terbesar adalah minimnya pemanfaatan teknologi digital. Promosi masih mengandalkan cara mulut ke mulut, pencatatan keuangan sering kali hanya mengandalkan ingatan, dan desain kemasan masih sederhana. Kondisi ini membuat potensi besar dodol Bengkel belum tergarap secara maksimal. Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa KKN UNIMED merasa perlu menghadirkan program yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga berkelanjutan.
Program KKN di Desa Bengkel disusun dalam beberapa tahap, meliputi pendampingan UMKM, pelatihan literasi digital, penguatan identitas desa melalui website, hingga kegiatan sosial yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Pertama, mahasiswa fokus mendampingi pelaku UMKM dodol. Mereka memberikan pelatihan tentang pengemasan produk yang lebih menarik, lengkap dengan label dan informasi gizi sederhana agar sesuai dengan standar pemasaran modern. Mahasiswa juga memperkenalkan strategi pemasaran digital, mulai dari penggunaan media sosial seperti Instagram dan Facebook, hingga marketplace yang bisa menjangkau konsumen lintas daerah.
Kedua, mahasiswa membuat Website Resmi Desa Bengkel. Website ini tidak hanya menjadi sarana publikasi kegiatan desa, tetapi juga berfungsi sebagai etalase digital untuk produk lokal. Dengan adanya platform ini, dodol Bengkel dan produk UMKM lainnya memiliki panggung baru untuk dikenal lebih luas.
Ketiga, mahasiswa mengadakan pelatihan pembukuan sederhana. Selama ini, banyak pelaku usaha yang hanya mengandalkan catatan manual seadanya. Melalui pelatihan ini, mereka diajarkan cara membuat laporan keuangan sederhana, menghitung modal, dan mencatat arus kas harian. Dengan begitu, UMKM bisa lebih teratur dalam mengelola usaha dan mengukur keuntungan secara lebih jelas.
Selain untuk UMKM, mahasiswa juga menyiapkan berbagai kegiatan edukatif untuk masyarakat. Anak-anak sekolah dasar diajak mengikuti study outdoor pembuatan dodol, sehingga mereka tidak hanya mengenal tetapi juga ikut merasakan proses memasak makanan tradisional. Ada pula kelas bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja, serta edukasi literasi digital agar masyarakat tidak tertinggal dalam penggunaan teknologi.
Tak hanya berhenti di bidang pendidikan, mahasiswa juga menyatu dengan warga melalui berbagai kegiatan sosial. Mulai dari senam pagi bersama, nonton bareng (nobar) film edukatif, hingga gotong royong membersihkan lingkungan desa. Kegiatan-kegiatan ini menciptakan suasana akrab antara mahasiswa dan masyarakat, serta memperkuat semangat kebersamaan.
Dalam waktu enam minggu pelaksanaan, dampak program sudah mulai terlihat. Para pelaku UMKM dodol kini lebih percaya diri untuk memasarkan produk secara online. Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai menerima pesanan dari luar daerah melalui media sosial.
Website desa yang baru diluncurkan juga mendapat respons positif dari perangkat desa. Bagi mereka, kehadiran website tidak hanya meningkatkan citra desa, tetapi juga memberi peluang baru untuk promosi produk bagi warga dan kegiatan di desa. "Sekarang orang luar bisa langsung tahu tentang Dodol Bengkel dan desa kami lewat internet," ungkap salah satu perangkat desa dengan bangga.
Anak-anak pun menunjukkan antusiasme tinggi terhadap kegiatan edukasi. Kelas bahasa Inggris yang diadakan setiap sore menjadi kegiatan favorit mereka. Begitu juga dengan study outdoor membuat dodol, yang membuat mereka semakin menghargai warisan kuliner lokal. Sementara itu, kegiatan sosial seperti senam dan gotong royong semakin mempererat hubungan antarwarga dan mahasiswa.
Bagi mahasiswa, pengalaman KKN di Desa Bengkel memberikan pelajaran berharga tentang arti pengabdian. Mereka belajar langsung tentang pentingnya beradaptasi dengan kondisi masyarakat dan memberikan solusi sesuai kebutuhan. "Kami senang bisa melihat langsung perubahan kecil yang terjadi. Dari cara warga memasarkan dodol, hingga semangat anak-anak belajar. Itu jadi motivasi buat kami," ujar salah satu mahasiswa peserta KKN.
Warga desa juga menyambut baik program ini. Banyak yang berharap agar kegiatan serupa dapat terus berlanjut, baik oleh mahasiswa lain di masa mendatang maupun oleh pemerintah desa sendiri. Bagi mereka, KKN bukan hanya kegiatan sementara, tetapi awal dari perubahan positif yang bisa membawa Desa Bengkel semakin maju.
Kehadiran mahasiswa KKN Unimed di Desa Bengkel menunjukkan bagaimana tradisi bisa dipertahankan sekaligus dikembangkan melalui inovasi. Dodol Bengkel yang selama ini hanya dikenal di sekitar Serdang Bedagai, kini punya peluang lebih besar untuk menembus pasar digital. Dengan pendampingan UMKM, pembuatan website desa, pelatihan pembukuan, serta berbagai kegiatan edukatif dan sosial, program KKN ini memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Ke depan, diharapkan masyarakat dan pemerintah desa dapat melanjutkan inisiatif ini. Dengan semangat kolaborasi, Dodol Bengkel tidak hanya akan bertahan sebagai kuliner tradisional, tetapi juga bisa menjadi ikon desa yang mendunia. Sebagaimana dituturkan Tiopan, "Semoga program ini bisa memberikan dampak berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya pelaku UMKM dodol, agar semakin mandiri dan inovatif."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI