"Kamar mas."
"Kamar apa."
"Hotel itu," Sarmina menunjuk tempat hotel pas di seberang kami duduk dengan memonyong-monyongkan mulutnya. Nama hotelnya, hotel melati. Aku langsung berfikir, ini perempuan malam sepertinya.
"Wah nggak," aku menolak.
"Aku nampol loh," Sarmina sambil menggerak-gerakkan lidahnya menyundul pipi dalamnya. "Mas maue gaya apa saja aku bisa."
Pikiranku langsung melayang-layang. Ada yang tidak beres. Aku berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
Dan, niatku untuk mengalihkan pembicaraan itu terbantu oleh satu Insiden disamping tempat kami duduk. Seorang perempuan memarahi sopir oplet.
"Eh, lu bayar nggak. Dasar anjing, mau enaknya doang," maki perempuan itu kepada sang sopir.
"Bayar apaan?"
"Eh, lu pura-pura lupa. Tadi malam lu makek gua. Enak aja lu mau gratisan. Awas lu kalo lu ngak mau bayar" ancam sang perempuan sambil menunjuk-nunjuk sang sopir.
"Eh, lu ngak punya otak? Ngomongin kek gitu jangan disini. Lihat nih orang rame, ngeliatin kita."