Mohon tunggu...
Tino Watowuan
Tino Watowuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - MDW

Orang kampung; lahir, tinggal, dan betah di kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rangkaian Prosesi Semana Santa, Ribuan Peziarah Kunjungi Tuan Berdiri di Wureh

7 April 2023   06:07 Diperbarui: 7 April 2023   12:04 2027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket: Peziarah di Kapela Senhor. Foto: Kenzhin Inna

Tradisi religius Semana Santa di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, sudah tersiar jauh, baik di dalam maupun luar negeri. Menyedot perhatian wisatawan dan peziarah untuk datang ke kota yang dijuluki kota Reinha, yang artinya kota yang senantiasa dilindungi Bunda Maria.

Setelah absen selama tiga tahun berturut-turut akibat pandemi Covid-19, kini perayaan Semana Santa kembali digelar tahun ini. Diperkirakan diikuti sebanyak 6.000 peziarah yang datang dari berbagai daerah.

Prosesi Semana Santa tahun 2023  jatuh pada tanggal 7 April. Merupakan rangkaian perayaan masa Prapaskah bagi umat Katolik di wilayah itu, yang digelar setiap tahun sejak abad ke-16.

Merupakan warisan bangsa Portugis yang datang membawa misi penyebaran agama Katolik, juga berdagang cendana di Nusa Tenggara Timur.

Secara keseluruhan ritual keagamaan itu terdiri dari Minggu Palma, Rabu Trewa, Kamis Putih, Jumat Agung/Sesta Vera, Sabtu Santo/Suci, dan Minggu Paskah.


Sejarah mencatat perkembangan gereja katolik sejak kedatangan bangsa Portugis tahun 1511, khususnya Indonesia bagian timur. Banyak bukti peninggalan Portugis di wilayah Kabupaten Flores Timur (Larantuka, Solor, dan Adonara).

Dari sekian banyak tempat yang pernah merekam jejak bangsa Portugis, di Desa Wureh, Pulau Adonara tersimpan berbagai benda-benda peninggalannya. Bahkan masyarakat setempat masih menjalankan dan mempertahankan tradisi religius peninggalan bangsa Portugis.

Para peziarah tidak hanya berbondong-bondong ke Kota Larantuka, tetapi juga mengunjungi Desa Wureh di Kecamatan Adonara Barat. Berziarah ke Wureh merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan menuju acara puncak prosesi Semana Santa di Larantuka.

Ket: Robongan Peziarah. Foto: Kenzhin Inna
Ket: Robongan Peziarah. Foto: Kenzhin Inna

Untuk bisa sampai di sana, jika dari Larantuka para peziarah menggunakan perahu motor yang telah disiapkan oleh panitia di penyebrangan Pantepalo, Kelurahan Sarotari. Lama perjalanan hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit.

Ada apa dan untuk apa di sana? Di Wureh tersimpan banyak ornamen yang sangat sakral, seperti patung-patung peninggalan dari bangsa Portugis. Terdapat Kapela Senhor atau Kapela Tuan Berdiri (Patung Tuhan Yesus dalam keadaan berdiri setinggi kurang lebih 2 meter). Ada upacara tradisi Kelahiran sampai Kenaikan Yesus Kristus dengan nyanyian dalam bahasa Portugis.

Sejak Rabu, 5 April 2023, ribuan para peziarah telah berdatangan ke Desa Wureh untuk berdoa; mendaraskan ujud, sembari memberi penghormatan dengan mencium kaki Tuan Berdiri. Persis di sisi kanan patung itu terdapat patung ayam jantan.

"Diperkirakan peziarah yang menyebrang pagi tadi (Rabu,5/4) sebanyak 20 roundtrip maka jumlah seluruhnya 1.680 orang peziarah yang masuk JTP Palo-Wureh," kata Yhitno Wada, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Flores Timur.

Begitupun pada Kamis, 6 April 2023, tampak orang-orang dari berbagai daerah terus berdatangan ke desa Wureh. Kenzhin Inna, salah satu peziarah dari Pulau Lembata menuturkan dirinya sudah dua kali berziarah ke Wureh.

"Ini kali kedua, yang pertama sudah sejak saya kecil. Di Kapela, umat berdiri sambil berdoa sejak dari luar Kapela untuk menunggu giliran mencium patung Tuhan Yesus atau Tuan Berdiri," ungkap perempuan bergigi gingsul itu.

"Kesannya terharu, senang, campur aduk. Sepanjang antri di tengah terik matahari, saya tidak merasa lelah. Haus dan lapar pun tidak. Sempat jatuhkan air mata ketika dalam Kapela, entah kenapa saya juga tidak tahu. Setelah menyampaikan segala ujud, hati saya rasanya plong, tenang dan damai," tandasnya.

Sekilas Tentang Patung Ayam Jantan

Jika Larantuka memliki kisah tentang penemuan patung Tuan Ma (Bunda Maria), maka di Wureh juga terdapat legenda beraoroma magis yang menyita rasa penasaran. Di samping patung Tuan Berdiri terdapat patung ayam jantan.

Ket: Tuan Berdiri. Foto: Yoseph Fernandez
Ket: Tuan Berdiri. Foto: Yoseph Fernandez
Menurut berbagai sumber, konon kisah patung ayam itu bermula dari seekor ayam jantan milik seorang penjual dari Pulau Solor. Wureh dulunya terdapat pasar yang cukup besar di dekat pantai. Setiap pagi pasar selalu ramai.

Si penjual ayam kemudian bertemu sorang calon pembeli dengan perawakan tinggi besar dan berewokan hendak membeli ayam tersebut. Namun karena si penjual ingin segera mengikuti doa pagi, mereka akhirnya menunda transaksi. Lalu bersepakat untuk bertemu kembali setelah selesai doa.

Waktu itu kapelanya terbuat dari bambu dan beratap rumbia, terletak di sekitar pasar. Sepulang dari doa pagi, ternyata si calon pembeli itu sudah menghilang, dan tak kunjung datang. Bahkan ayam milik si penjual itu juga sudah tak ada lagi di situ.

Penjual itupun langsung mencari si calon pembeli tersebut. Ia bertanya kepada setiap mereka yang ditemui, sembari menyebut ciri-ciri orang itu. Namun  tak ada satupun yang merasa pernah melihat orang dengan ciri-ciri yang dimaksud.

Singkat cerita, si penjual dan beberapa warga bergegas menuju ke Kapela yang terdapat patung Yesus. Di sana mereka menemukan ayam jantan telah berubah wujud menjadi patung, persis di sisi kanan patung Yesus.

Sekilas Tentang Prosesi Jumat Agung

Pada prosesi Jumat Agung di Kota Larantuka Patung Tuan Ma diarak keliling Kota, sementara di Wureh juga menjalankan prosesi keliling kampung bersama Patung Tuhan Tidur (Tuhan Yesus yang disemayamkan di dalam keranda).

Ket: Prosesi Jumad Agung di Larantuka. Foto: Fifin Maidarini
Ket: Prosesi Jumad Agung di Larantuka. Foto: Fifin Maidarini
Baik Larantuka maupun Wureh, terdapat Armida atau pemberhentian yang dilalui. Ada juga Confreria dan Lakademu (Nicodemus). Lakademu adalah orang-orang yang memanggul usungan patung.

Di Larantuka, mereka yang berperan sebagai Nicodemus sangat rahasia, dengan mengenakan baju berwarna putih, topi merah, dan penutup wajah. Hanya menyisakan lubang pada mata. Sementara di Wureh, warna baju kuning dan berjenggot tebal, namun tidak dirahasiakan.

Mengikuti rangkaian prosesi Semana Santa yang terselip nuansa budaya lokal itu memang seperti rindu. Tak bisa ditahan-tahan. Apalagi terhitung sudah 3 tahun tidak diselenggarakan, sejak tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.

Iman umat katolik seolah semakin bertambah ketika mengikuti prosesi tersebut. Patung-patung yang digotong pun seolah memancarkan kesan magis.

Konon setiap orang akan berbeda ketika melihat bentuk dan ekspresi setiap patung dalam ritual keagamaan penuh khidmat itu. Perasan masing-masing peziarah pun demikian.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun