Dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, batas antara manusia dan mesin semakin tidak jelas. Di sinilah muncul cyborg, tokoh penting dalam kajian teknologi, feminisme, dan studi budaya. Istilah ini tidak hanya merujuk pada makhluk fiksi ilmiah yang setengah manusia setengah mesin, melainkan juga merupakan simbol perlawanan, hibriditas, dan pembongkaran batas identitas. Karya Donna Haraway, A Cyborg Manifesto (1985), yang memadukan teori feminisme, sains, dan teknologi, dianggap sebagai tonggak sejarah pemikiran modern.
Haraway memperkenalkan cyborg bukan sebagai gambaran masa depan yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, dia memperkenalkannya sebagai sebuah metafora politik yang memiliki kemampuan untuk mengubah sistem sosial yang sudah mapan. Dia percaya bahwa Cyborg bukan hanya tokoh teknologi, tetapi juga entitas politik yang menolak identitas yang spesifik. Cyborg menjadi simbol dari makhluk yang tidak tunduk pada hierarki yang sudah lama ada, seperti laki-laki versus perempuan, manusia versus mesin, dan alami versus buatan, dalam dunia yang terfragmentasi.
Dengan menggunakan Cyborg Manifesto, Haraway mengajak para pembacanya untuk membayangkan bentuk subjek yang melampaui batas-batas sederhana yang selama ini menghegemoni kehidupan sosial dan politik. Teori Haraway tentang sibernetika dan posthumanisme memberikan penawaran terkait pembacaan baru tentang tubuh, gender, dan agensi yang tidak lagi bergantung pada kerangka identitas permanen. Teori Haraway ini sangat penting untuk studi feminis dalam konteks ini, serta untuk kritik terhadap militerisme, kapitalisme, dan dominasi teknologi global.
Di samping itu, Haraway juga menyadari bahwa kemajuan teknologi tidak netral. Ia termasuk dalam proyek sosial dan politik tertentu. Namun, Haraway tidak menolak teknologi, seperti yang dilakukan oleh pendekatan ekofeminisme radikal yang ingin "kembali ke alam". Sebaliknya, dia melihat emansipasi melalui teknologi, asalkan relasi manusia-teknologi dipertimbangkan secara kritis. Cyborg merupakan makhluk pascamodern yang memiliki kemampuan untuk memecahkan hubungan antara identitas dan dominasi.
Memahami hubungan antara tubuh dan sistem informasi yang dibahas Haraway dalam manifesto ini juga cukup menantang. Di abad ke-21, teknologi informasi, bioteknologi, dan rekayasa genetika telah membuat tubuh menjadi tempat di mana algoritma dan afeksi berinteraksi dengan data dan daging. Cyborg menjadi contoh konektivitas ini, karena meskipun mereka tidak utuh, mereka masih memiliki fungsi dalam sistem jaringan yang kompleks.
Oleh karena itu, tulisan ini akan menguraikan secara menyeluruh bagaimana Haraway menggunakan representasi cyborg untuk mengganggu logika biner yang ada di struktur sosial. Tiga hal utama akan dibahas: (1) gagasan utama Cyborg Manifesto sebagai kritik terhadap kapitalisme teknologi dan feminisme esensialis; (2) gagasan mekanisme sibernetik sebagai bentuk pemahaman baru tentang tubuh, informasi, dan kontrol; dan (3) makna dan masalah gagasan cyborg dalam konteks sosial budaya modern, terutama dalam diskusi tentang identitas digital dan politik tubuh.
 1. Menembus Batas: Cyborg sebagai Simbol Perlawanan
Donna Haraway memiliki pandangan terkait dengan Cyborg sebagai simbol politik yang kuat untuk memahami dunia kontemporer, bukan sekadar makhluk fiksi ilmiah. Sosok ini menantang cara kita membagi dunia menjadi dua: laki-laki atau perempuan, manusia atau mesin, tubuh atau teknologi. Haraway menemukan bahwa pembagian seperti ini justru membatasi pemahaman kita tentang identitas dan relasi sosial.
Menurut Haraway, cyborg merupakan perpaduan antara mesin dan organisme, sebuah mekanisme sibernetik, yang dimana itu adalah ciptaan dari realitas sosial dan rekaan fiksi. Realitas sosial hidup dalam hubungan sosial dan dalam konstruksi politik yang membentuk kehidupan sehari-hari. Akibatnya, cyborg bukan hanya tentang karya sains tetapi juga simbol dari dunia yang sedang berubah secara drastis.
Dalam manifesto-nya, Haraway menyatakan bahwa cara berpikir hitam-putih dan kaku tidak lagi relevan untuk memahami dunia. Cyborg hadir sebagai representasi dari kehidupan yang tidak dapat dikotakkan dan hibrida. Di dunia nyata, manusia berinteraksi dan bergantung pada teknologi, bahkan menyatukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cara tertentu, kita semua adalah cyborg.