Mohon tunggu...
Tini Siniati Koesno
Tini Siniati Koesno Mohon Tunggu... Human Resources - fokus kepada Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Inovasi dan Standar Instrumen Pertanian

bekerja di Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pertanian Ramah Lingkungan, Pertanian Berkelanjutan dan Prospek Pertanian Masa Depan

13 Juni 2021   15:35 Diperbarui: 13 Juni 2021   15:34 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ruang lingkup usaha pertanian itu sangat luas, namun sesungguhnya saling berinteraksi  dalam suatu ekosistem. Pertanian ramah lingkungan adalah sebuah konsep pengembangan pertanian yang mengedepankan kearifan sumberdaya lokal.  Artinya menggunakan sumberdaya lahan secara arif dan bijaksana dengan melibatkan kondisi agroekologi secara holistik yang dikelolah secara komprehensif oleh semua pihak.  Komponen inovasi utama adalah pada pengelolaaan sumberdaya lahan pertanian: tanah dan air.

Langkah operasional ramah lingkungan yaitu meminimalis input, kerja supplement bila diperlukan.  Missal mematuhi penggunaan pemupukan berimbang dan rasional.  Artinya berdasarkan hara yang dibutuhkan tanaman.  demikian dengan pengendalian hama, jangan sampai mengganggu lingkungan organisme yang lain sehingga populasi menurun bahkan mati.  Padahal organisme tersebut bermanfaat sebagai musuh alami hama dan penyakit yang hendak kita brangus.  Praktik usahatani demikian, manakala dilaksanakan secara serius dan terus menerus, akan menghasilkan sebuah konsep pertanian berkelanjutan.  Kondisi demikian menjadikan suplai bahan baku lancar untuk menggerakkan roda pembangunan yang berkesinambungan.

Pertanian berkelanjutan tidak akan terealisasi, manakala dikembangkan secara sendiri-sendiri.  Jelas praktek pertanian seperti ini akan menghamburkan banyak sumberdaya alam. 

Misal setelah panen padi, akan diperoleh hasil samping berupa jerami dan sekam ketika diproses menjadi beras.  Petani umumnya mengambil jalan pintas dengan membakarnya, agar dapat dengan segera bisa melakukan penanaman kembali.  Padahal pada 5 ton jerami hasil panen padi seluas satu hektar, mengandung 56 kg Nitrogen, 7 kg Phospor, 5,5 kg Sulphur, 14,5 kg Calsium, 8 kg Magnesium dan 91 kg Kalium serta 80 kg Silikat.  Apabila sumberdaya tersebut dikembalikan ke lahan petani dapat melakukan penghematan biaya produksi pembelian pupuk.  

Parahnya lagi jika jerami dibakar di lahan, jelas ini akan mematikan mikroba dalam tanah yang sangat berperan membantu penyediaan unsur hara di lingkungan perakaran tanaman.  Kemudian sekam padi, melalui proses pembakaran menjadi biochart, yang selanjutnya ditambahkan pada proses pembuatan pupuk kompos jerami, menjadi biochart-kompos.  Aplikasi biochart kompos, memiliki kemampuan menyerap cemaran lingkungan tumbuh tanaman akibat penggunaan pestisida dan pupuk anorganik diluar batas kendali. Keseluruhan siklus tersebut dinamakan siklus usahatani tiada yang terbuang  atau zerro waste

Demikian halnya pada usahatani peternakan, misal memelihara ternak sapi.  Bila dikerjakan sendiri,  seekor sapi dalam sehari akan menghasilkan sekitar 6 kg limbah padat dan sekitar 10 liter urin.  Dalam beberapa hari bila limbah dibiarkan bertumpuk akan menjadi masalah pencemaran lingkungan dan penanganannya akan membutuhkan biaya tinggi. Oleh sebab itu, Kebanyakan Peternak membuang kotorannya yang dianggapnya limbah begitu saja ke selokan.  Merujuk hasil Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk Organik Padi Sawah yang dilakukan Hartatik dan Setyorini (2007), dari Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, bahwa pemberian pupuk kandang sapi 2 ton/ha dapat mensubtitusi pupuk Urea: 25 kg/ha, SP-36: 25 kg/ha dan 20 kg KCl/ha. 

Nampak jelas bahwa praktik usahatani yang sendiri-sendiri tanpa disadari, akan mengeksploitasi sumberdaya lahan sebagai bentuk pemborosan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan mulai sekarang untuk melakukan prkatek usahatani secara terpadu dan terintegrasi antara tanaman dan ternak.  Misal menanam padi selain diperoleh produksi beras, terdapat pula hasil ikutan berupa jerami, dedak dan sekam.  Jerami, sebagian bisa dikomposkan dan sebagian bisa digunakan untuk pakan ternak.  

Demikian halnya usahatani ternak, selain diperoleh daging, diperoleh pula hasil sampingan kotoran padat dan urin yang dapat dikembalikan ke lahan.  Jerami dan kotoran hewan, sebagai sumberdaya yang bisa menggantikan sebagian unsur hara tanah yang diangkut keluar dalam bentuk panen.  Pengembalian material tersebut ke tanah akan menekan input pembelian pupuk N, P dan K, yang banyak dikeluhkan petani yang bermodal kecil, sulit untuk menebus pupuk.  Selain itu pemberian bahan organik ke lahan pertanian secara berkesinambungan akan berdampak pada pemeliharaan kesuburan dan kesehatan tanah.  Kondisi demikian akan menjamin kontinuitas kualitas dan kuantitas produksi pertanian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun