Mohon tunggu...
TINA HAFIDAH
TINA HAFIDAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Keep Moving

a tourism student - UPI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN UPI : Membiasakan Literasi Sejak Dini

21 September 2021   11:46 Diperbarui: 23 September 2021   18:16 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seperti yang kita ketahui, literasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan kita. Fensham (2008) mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk mengenal, memahami, meramal, mencipta, berkomunikasi, menghitung, dan menggunakan bahan cetak dan penulisan dengan berbagai konteks yang sesuai. Literasi juga bukan hanya sekadar berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis, melainkan juga terkait dengan pemahaman seseorang tentang apa yang dia tulis atau dia baca. Literasi juga berkaitan dengan cara seseorang mengaplikasikan apa yang dibaca ke kehidupannya sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan literasi yang baik, kita dapat mengerti banyak hal dalam kehidupan kita.

Contoh sederhana dalam penggunaan literasi yang seringkali tidak kita sadari adalah ketika kita membaca sebuah resep makanan. Dalam sebuah resep makanan terdapat empat jenis literasi, yaitu literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, bahkan literasi finansial. Jika kita tak memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik, mungkin kita tidak mengerti takaran bahan dari resep yang sedang kita baca. Tanpa literasi sains, kita juga tidak akan tahu kandungan gizi apa yang mungkin terdapat dalam makanan tersebut. Dengan literaasi finansial, kita akan bisa memperkirakan berapa uang yang harus kita keluarkan untuk membeli bahan untuk resep makanan tersebut. Dan tentu saja, tanpa literasi baca dan tulis kita tidak akan dapat membaca dan memahami apa yang tertulis dalam resep tersebut.

Literasi merupakan salah satu indikator pembangunan suatu negara. Semakin tinggi minat literasi di suatu negara, maka akan semakin baik pula pendidikan di negara tersebut dan akan semakin pesat pula pembangunan di negara tersebut. Namun sangat disayangkan, ketika minat serta kemampuan literasi di Indonesia masih rendah. Masih banyak orang yang mengomentari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan isi teks tersebut, masih banyak pula juga orang yang hobi menyebarkan berita tanpa mencari tahu faktanya terlebih dahulu. 

Lebih mirisnya lagi, Indonesia dalam peringkat PISA (Programme for International Student Assessment) yang diadakan tahun 2018 berada di posisi hampir akhir. Untuk kemampuan membaca, matematika dan sains yang diuji, Indonesia masing-masing ada di peringkat ke 74, 73 dan 71 dari 79 negara yang turut serta. PISA diukur dengan menguji siswa secara acak dengan pertanyaan yang membutuhkan daya literasi yang kuat. Fakta ini juga menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih terbilang cukup rendah.

Kita tentunya tidak ingin hal yang kurang baik ini terus terjadi, Indonesia perlu terus bertindak untuk meningkatkan eksistensinya di mata dunia. Peran kita sebagai masyarakat adalah dengan terus memperkuat kemampuan literasi dengan terus membaca dan mengedukasi orang di sekitar kita untuk terus berliterasi. Bagi orang tua khususnya, kita dapat membantu anak-anak kita untuk meningkatkan literasinya, karena pembiasaan seperti ini akan lebih efektif apabila dilakukan sejak usia dini.

Suyadi (2010) mengatakan bahwa kemampuan litreasi dapat diperkenalkan atau diajarkan kepada anak sejak usia dini dan bahkan sejak anak berada di dalam kandungan. Berikut adalah uraian stimulasi perkembangan literasi pada anak usia dini

  • 0-1 tahun, pada tahap ini tentu saja belum bisa untuk mengajak anak berliterasi secara langsung, namun kita dsebagai orang tua dapat mulai menstimulus anak dengan menunjukkan buku-buku berwarna, gampar-gambar dan juga bercerita atau mendongeng pada mereka sambil merangsang mereka untuk fokus pada apa yang kita tunjukkan atau ceritakan
  • 2-3 tahun, di masa inilah biasanya anak-anak usia dini mulai mengenal banyak hal termasuk huruf dan angka. Memperkenalkan anak di usia ini terhadap benda-benda dan lingkungan sekitar akan memberikan dampak besar terhadap kebiasaan anak ke depannya. Oleh karenanya, memperkenalkan anak untuk melakukan literasi di usia ini adalah waktu yang cukup tepat. Biarkan anak untuk memilih jenis buku atau bacaan yang mereka sukai, dampingi mereka untuk membaca atau hanya sekadar memperhatikan gambar yang ada di buku atau media lain. Jika anak belum bisa membaca dengan baik, kita dapat membacakannya untuk mereka dengan intonasi yang tepat agar dapat merangsang mereka untuk mengingat sebuah bacaan.
  • 3-6 tahun, pada usia ini biasanya anak mulai menunjukkan ketertarikannya pada sesuatu. Kesukaan mereka terhadap buku cerita atau buku cerita bergambar mulai meningkat. Biarkan anak membaca sebuah cerita yang mereka sukai lalu cobalah untuk meminta anak untuk menceritakan ulang apa yang dibacanya. Dengan begitu kita akan tahu bagaimana pemahaman atau pola pikir anak terhadap suatu bacaan.

Masih banyak cara untuk memperkenalkan dan membiasakan anak untuk berliterasi sejak dini, terus berikan bimbingan dan pendampingan agar mereka mendapatkan bacaan yang sesuai dengan umur mereka. Seiring bertambahnya usia mereka, kita dapat menambah level kesulitan bacaan untuk mereka. Maka daya pikir mereka pun akan dapat terasah untuk  dapat menghadapi sebuah situasi.

Daftar Pustaka :

Fensham, P. J. (2008). Science education policy-making: eleven emerging issues. UNESCO, 47.

Suyadi. (2010). Psikologi Belajar PAUD. Pedagogia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun