Mohon tunggu...
Timtim Files
Timtim Files Mohon Tunggu... Guru - Fokus Timtim "Si Anak Emas" Orde Baru

Timtim Files adalah WNI yang sedang belajar dan berbagi kisah sejarah dan masa lalu Timor Timur (Timor Leste)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Pasukan Gabungan Vs Fretilin) Satu Kompi ABRI Selamat dari "Killing Zone" Fretilin Gara-gara Arwah Prajurit TNI (Part 3)

10 Maret 2023   10:46 Diperbarui: 10 Maret 2023   10:50 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman tempur pada kisah ketiga ini adalah yang terakhir. Part 3 ini sebagai penutup dari ketiga kisah nyata prajurit Brimob yang pernah di Timtim dalam rentang penugasan selama 20 tahun (tahun 70-an hingga 90-an).

Langsung saja, mari disimak!

Kisah Ketiga

Pengalaman bertempur yang dilakoni Pak De Narsudi bersama prajurit TNI ABRI menjadi kisah yang tak kalah seru dan "mistisnya." Saat itu, prajurit Polri sedang diikutsertakan dalam operasi yang diisi oleh banyak prajurit ABRI, khususnya dari TNI AD. Bagi Budi yang mendapat cerita ini, operasi tempur yang tergolong besar ini agak sulit untuk dipahami dengan baik, apakah ini adalah dalam posisi operasi gabungan atau prajurit Polri sebagai pendukung saja. Pastinya, Pak De Narsudi masuk "kolam" bersama seragam loreng-loreng dengan kekuatan sekitar 1 kompi.

Setelah beberapa hari menelusuri hutan belantara yang kering, akhirnya kontak senjata terjadi. Berdasarkan suara senapan dari arah musuh juga desingan peluru yang mengarah ke pasukan Indonesia, dapat dipastikan jumlah Falintil (sayap militer Fretilin) terbilang banyak. Teriakan-teriakan bahasa lokal Tetun dan bahasa Portugis yang ramai dari pihak musuh membuat suasana perang semakin riuh.

Pak De Narsudi dan rekan-rekan prajurit ABRI terlihat kebingungan karena seakan musuh ada dimana-mana. Nyali cukup syok, terlebih karena  melihat teman-temannya ada yang berguguran, namun perang cukup terkendali karena mengikuti teriakan perintah sang komandan. Tembak menembak sempat terhenti, lalu terjadi kembali. Dalam ambush kali ini, beliau merasa benar-benar pasrah. Tiba-tiba komandan memberi kode agar semua prajurit memasang sangkur dimoncong senapannya untuk persiapan terakhir jika peluru habis dan harus tarung tanpa peluru dengan Falintil dan milisinya. Perang kali itu begitu terasa berbeda sekali. "Pasukan kami terpojok, dan siap mati semua. Mungkin inilah akhir hidup saya," Budi menirukan ucapan Pak De saat dulu berkisah.

Diantara rerimbunan hutan dengan pohon yang cukup lebat, disisi sebelah kiri Pak De Narsudi terlihat anggota ABRI dengan posisi jongkok memanggil-manggil untuk mengarah kepada dirinya. Dengan bahasa isyarat tangan, dirasakan oleh beliau ini adalah ajakan untuk keluar-kabur dari killing zone yang sudah dipersiapkan Falintil dalam menghabisi pasukan TNI-Polri ketika itu. Kontan, Pak De ikuti ajakan prajurit TNI yang tak dikenalnya itu. Tak ayal, setelah diyakini aman, komandan dan prajurit lainnya mengikuti jalur kabur yang dilakoni Pak De Narsudi.

Prajurit yang tersisa akhirnya selamat dengan meninggalkan kiliing zoneyang sudah dipersiapkan dengan baik oleh musuh. Selanjutnya mereka yang semuanya hampir gugur secara bersamaan, kembali ke markas jauh dari rimbunnya hutan Timtim.

Dimarkas itulah mereka dicukupkan istirahatnya, dan tetap melakukan rutinitas prajurit guna menjaga kebugaran fisik. Beberap hari bersantai dari  kejadian menegangkan itu, terdapat beberapa  prajurit ABRI yang sedang berkumpul melihat-lihat foto-foto rekannya. Ada yang ditempel di papan juga ada yang masih berupa lembaran yang dipegang salah satu prajurit. Sontak Pak De Narsudi berkata sambil menunjuk ke foto: "nah ini dia nih, yang selamatkan kita saat tersudut di-"kolam" kemarin itu." Salah seorang prajurit melanjutkannya: "yakin itu orangnya ?" Pak De menjawabnya: "ya, dia lah yang panggil-panggil saya pertama kali untuk keluar, kabur!, dan akhirnya kita selamat semua!"

Prajurit ABRI yang mengenali foto itu berkata: "ngawur kamu!, beliau itu sudah gugur, jauh-jauh hari sebelum kita masuk "kolam." Prajurit lainnya menandaskan lagi: "Hei, kamu yakin dia yang bantu kita?." Pak De Narsudi dengan yakin berujar: "yakin banget, saat dipanggil saya tatap muka dia agar mengerti maksudnya saat dipanggil itu. Lagian, saya ini kan persis berada di belakangnya dan sempat dia menoleh ke belakang saya!."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun