Mohon tunggu...
Timotius Rainaldo
Timotius Rainaldo Mohon Tunggu... Siswa Kolese Kanisius

suka batminton

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Krisis Yang Menyelimuti Bangsa

25 September 2025   07:56 Diperbarui: 25 September 2025   08:00 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan menyinggung kembali peristiwa sejarah, Budiman mengajak pembaca merenungkan perjalanan bangsa. Ia menyebut nama-nama tokoh besar yang telah tiada, seperti Hatta, Agus Salim, Nurcholish Madjid, Buya Syafii Maarif, Gus Dur, hingga IJ Kasimo. Nama-nama itu melambangkan teladan yang kini sulit ditemukan. Bangsa ini, katanya, kehilangan "muazin" yang mampu menyerukan panggilan kebajikan.

Krisis yang digambarkan Budiman bukan sekadar tentang hukum atau ekonomi, melainkan juga krisis moralitas. Tanpa tokoh yang berintegritas, bangsa akan terus terjebak dalam pusaran krisis yang tak berkesudahan. Kita akan selalu berbicara soal ketidakadilan, soal lemahnya hukum, dan soal hilangnya keteladanan, tanpa pernah benar-benar menemukan jalan keluar.

Jika ketiga artikel ini dibaca bersamaan, maka terbentuklah satu benang merah: bangsa ini menghadapi krisis yang saling berkaitan. Fobia masyarakat mencerminkan ketidakpercayaan, sandiwara hukum mencerminkan kelemahan negara, dan sumpah yang menjadi teks mati mencerminkan hilangnya keteladanan. Semua ini menegaskan satu hal: kita sedang berada dalam masa suram yang membutuhkan keberanian untuk berbenah.

Bangsa ini tidak boleh terus hidup dalam ketakutan, drama hukum, dan sumpah kosong. 

Kita semua bagian dari bangsa ini. Jangan hanya menunggu pemimpin, mari mulai dari diri kita: berani jujur, berani adil, berani berbuat. Karena perubahan tidak lahir dari diam.

Hanya dengan keberanian kolektif, cita-cita reformasi bisa kembali dihidupkan, dan bangsa ini bisa keluar dari lingkaran masalah yang terus berulang.

Sumber Artikel

1. Fobia Ulat Bulu di Negeri Hantu  (F. Rahardi, Kompas.com),
2. Sandiwara Penyelesaian Pagar Laut Ilegal (Editorial Tempo),
3. Ketika Sumpah dan Etika hanya Menjadi Teks Mati (Budiman Tanuredjo, Kolom Kompas, 28 Agustus 2024).

foto krisis
foto krisis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun