Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perang Dagang Global dan Pergeseran Lanskap Ekonomi Politik 2025

14 Maret 2025   06:41 Diperbarui: 14 Maret 2025   13:46 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menghadapi disrupsi ini, pemerintah dan perusahaan perlu berinvestasi dalam pendidikan, pelatihan ulang, dan dukungan sosial untuk memastikan individu siap menghadapi pekerjaan masa depan. Hal ini penting agar tenaga kerja dapat beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan peluang yang muncul akibat transformasi digital.

Secara keseluruhan, meskipun disrupsi teknologi digital akan menghilangkan sejumlah pekerjaan, namun juga akan menciptakan peluang baru yang signifikan. Kesiapan individu dan kebijakan yang tepat akan menentukan sejauh mana manfaat dari transformasi ini dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Perubahan dalam Tata Kelola Global

Perang dagang telah melemahkan peran organisasi-organisasi internasional seperti WTO, mendorong negara-negara untuk mencari alternatif dalam menyelesaikan sengketa perdagangan.

Hal ini dapat menyebabkan munculnya blok-blok perdagangan regional dan bilateral yang lebih kuat.

Perubahan ini juga memunculkan kebutuhan akan tata kelola global yang lebih adaptif dan inklusif.

Perang Dagang Amerika Serikat vs. China

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus bereskalasi pada 2025, dengan AS semakin menekan Beijing melalui tarif yang lebih tinggi serta pembatasan terhadap teknologi dan investasi. Washington mengklaim kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri dan membendung pengaruh ekonomi China yang terus berkembang.

Di sisi lain, China membalas dengan strategi diversifikasi pasar, memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Inisiatif Belt and Road semakin diperluas sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada pasar AS. Beijing juga meningkatkan investasi dalam teknologi strategis, seperti kecerdasan buatan dan semikonduktor, untuk mengurangi dampak pembatasan AS.

Ketegangan ini berdampak pada rantai pasokan global, memaksa perusahaan multinasional untuk menyesuaikan strategi produksi mereka. Negara-negara Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Indonesia, mulai diuntungkan sebagai alternatif basis manufaktur yang lebih stabil di tengah ketidakpastian hubungan ekonomi AS-China.

Perang Dagang Amerika Serikat vs. Eropa & Retaknya Aliansi Tradisional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun