Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perang Ukraina 2022: Reaksi Rusia atas NATO dan Superioritas AS

25 Februari 2022   18:22 Diperbarui: 26 Februari 2022   07:55 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kendaraan kargo militer melaju di tengah kota Kiev, Ukraina, Kamis (24/2/2022). Sirene serangan udara berdengung di Kiev setelah perang Rusia vs Ukraina terjadi.(AFP/DANIEL LEAL)

Eskalasi konflik meningkat tajam sejak awal tahun 2022 pasca Rusia mengirimkan pasukannya yang mereka sebut pasukan penjaga perdamaian di wilayah yang dikuasai separatis tersebut. 

Estimasi para pengamat militer menyebutkan jumlah tentara Rusia di Ukraina Timur berkisar 190.000 orang. 

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyampaikan bahwa terdapat sekitar 200 ribu personel militer Rusia di perbatasan Rusia-Ukraina.

Source: www.bbc.com
Source: www.bbc.com

Pada era '80an, Uni Soviet memiliki tiga perwakilan di Perserikatan Bangsa-bangsa, yaitu perwakilan Soviet yang kemudian menjadi perwakilan Rusia, perwakilan Ukraina, dan perwakilan Belarus.

Tanggal 27 September 2018, dalam sebuah perbincangan di Universitas Yale yang mengundang Vladimir Pozner, seorang jurnalis dan penyiar Rusia-Amerika terkenal.  

Pozner berbicara tentang dampak kebijakan luar negeri AS terhadap Rusia setelah Uni Soviet dibubarkan. Salah satu pendapatnya yang menarik adalah bahwa saat masa pemerintahan Gorbachev ketika Uni Soviet masih ada, Rusia tidak memiliki sentimen Anti Amerika, meskipun mereka tidak suka White House dan Wall Street. 

Saat itu mereka hanya memiliki sentimen Anti White House dan Anti Wall street, bukan sentimen Anti Amerika.

Namun perkembangan satu dekade akibat kebijakan politik Amerika tidak menempatkan Rusia dalam bingkai kerjasama yang baik melainkan justru dengan supremasi peran AS di Eropa Timur melalui NATO, akhirnya justru membawa relasi kedua negara adi daya tersebut berada dalam tingkat relasi yang seburuk sekarang ini pasca berakhirnya perang dingin.

Pada pidato bersejarah Rabu, 17 Juni 1992, selama kurun waktu 1.000 tahun, Boris Yeltsin menyebut dia adalah Presiden Rusia pertama yang berpidato  di hadapan kongres Amerika. 

Dalam pidatonya Yeltsin menyampaikan bahwa Rusia siap untuk membangun dunia yang lebih baik, dunia tanpa peperangan. Bahkan saat ini juga sebagian besar rakyat Rusia jika bukan soal persahabatan paling tidak mereka sangat menghargai kemitraan (partnership).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun