Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perang Dagang Nikel dan Alasan Mengapa Indonesia Butuh TKA Tiongkok

11 Mei 2020   01:21 Diperbarui: 13 November 2020   04:36 15008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Saat negara kita sedang berperang menghadapi dampak covid-19 ini, selalu ada saja para petualang yang memancing di air keruh.  

Banyak pihak mencari kesempatan untuk mengambil keuntungan dari disrupsi keadaan pandemi ini, baik dengan hoax atau intrik permainan isu politik.

Berbagai tujuan, entah sekedar demi kepentingan mendapatkan materi atau sampai untuk kepentingan politik kekuasaan.

Ya.... menyedihkan memang.....

Bekas goresan luka akibat kontestasi politik elektoral yang baru saja hilang, mulai coba ditoreh lagi dengan pelbagai intrik. Para pemain itupun bahkan tidak peduli lagi dengan situasi pandemi covid-19 sebagai kondisi "force majeur". Salah satu isu hangat itu adalah soal Tenaga Kerja Asing asal Tiongkok di Sulawesi.

Narasi sesatpun dibangun dengan memanfaatkan sentimen antar etnis yang membahayakan persatuan bangsa kita.
........Lagi-lagi sasarannya Tiongkok ....

....... Ya, Tiongkok lagi ....

Mari kita coba pahami kenapa Tiongkok sering jadi "scape goat" dalam intrik permainan isu politik di tanah air?

Pertama, sejarah panjang Tiongkok di Nusantara yang selalu eksistensinya sering dimanfaatkan Belanda untuk memecah belah berbagai kerajaan sebelum kemerdekaan.

Kedua, saat ini di era milenial baru, Tiongkok tampil menjadi poros kekuatan ekonomi baru dunia.

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, melihat ada persoalan serius terkait kekayaan sumber daya mineral Indonesia yang selama puluhan tahun hasilnya dinikmati oleh bangsa asing.

Salah satu sumber daya mineral Indonesia yang saat ini dan ke depan akan menjadi sangat penting adalah Nikel.

Mengapa Nikel menjadi sangat penting ?


Dunia sekarang sedang terus berubah meninggalkan bahan bakar fosil, karena cadangannya yang semakin habis dan isu lingkungan yang diakibatkannya.

Bahan bakar fosil perlahan salah satunya akan diganti dengan nikel sebagai komponen penting battery untuk kendaraan.

Notebook, smartphone, pad, dan berbagai electronic devices didukung oleh lithium nickel yang biji nikelnya selalu diekspor Indonesia ke negara maju dalam bentuk bahan mentah.

Industri baja di negara Amerika, Eropa dan Chinapun butuh biji nikel ini.

Pada tanggal 2 September 2019, kementerian ESDM menyampaikan siaran pers tentang pelarangan ekspor biji nikel yang mengacu pada Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Inti berita yang mengejutkan negara maju itu adalah, bahwa terhitung mulai 1 Januari 2020 bijih nikel dengan kadar di bawah 1,7% tidak lagi diperbolehkan untuk dieskpor.

Indonesia digugat Uni Eropa di WTO

Indonesia tengah digugat di WTO oleh negara maju itu atas pelarangan ekspor nikel tersebut.

Nah.... menurut Opung LBP dipelbagai laman berita bulan September-Oktober 2019, sebanyak 98% eksport nikel dari Indonesia dikirim ke China.

Pada 22 November 2019, Uni Eropa mengajukan Indonesia melalui "dispute settlement" nomor DS592 : "Measures Relating to Raw Materials" ke WTO atas pelarangan ekspor bahan mentah nikel.

Alih-alih menggugat Indonesia, justru China dengan cerdas bisa memahami kebijakan Indonesia dan bersedia membangun smelters dengan investasi Triliunan Rupiah.

Intrik cerita babak baru dimulai, dari konteks perang dagang nikel ini. Isu bahwa China akan menguasai ekonomi Indonesia, sampai isu TKA dibuat.

Siapa pemain isu tersebut ?

Patut diduga negara maju yang berkepentingan atas penguasaan sumber daya mineral Indonesia terlibat dalam skenario "Proxy War" isu anti China. Pemain isu tersebut tidak lain adalah para kelompok petualang politik yang sangat berkepentingan memanfaatkan sentimen rasis untuk tujuan politik mereka.

Soal TKA asal Tiongkok

Atas dasar kebijakan pelarangan biji mentah nikel tersebut, maka perusahaan yang akan mengekspor Nikel harus membangun smelter di Indonesia. 

Ada dua perusahaan asing yaitu PT Dragon Nickel Industri (PMA)  dan PT Obsidian Stainless Steel (PMA) bersinergi mengembangkan "Integrated Nickel Core Processing & down-stream steel manufacturing Plant" atau pabrik pengolahan biji nikel dan industri hilir baja.

Pihak perusahaan asing selain membawa dana investasi juga membawa teknologi yang dibutuhkan. Dana investasi kedua pabrik itu berasal dari China yang tentunya sebagai jaminannya agar pembangunan kedua pabrik tersebut lancar, maka ditunjuklah Kontraktor Utama juga dari China. 

Pembangunan kedua pabrik tersebut menggunakan sistem "harga borongan bertahap" (lump-sum turnkey-contract). Kontraktor Nasional tidak ada yang memenuhi kualifikasi yang diharapkan.

Nah ... dokumen proyekpun juga ditulis dalam bahasa Mandarin, sehingga mulai dari pimpro, teknisi, serta tenaga proyekpun didatangkan dari China. Jumlah tuntutan jam kerja proyek selama 12 jam non-stop juga tidak bisa dipenuhi oleh tenaga kerja lokal.

Soal legalitas dokumen proyek sampai visa kerja TKA dari Tiongkok inipun dipastikan sesuai dengan prosedur yang ada.

Tersangka H (39) si pembuat video hoak dengan narasi  kedatangan TKA asal China di Bandara Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), sudah ditangkap. 

Dia membuat video viral tanggal 15 Maret 2020, dengan mengatakan "Itu e satu pesawat corona semua". Saat itu sekitar 40 TKA asal Tiongkok datang dari Jakarta untuk mengurus visa, seperti dijelaskan oleh Kapolda Sultra Brigjen Merdisyam.

Sayang sekali banyak pihak yang tidak mengkaji konteks masalah tersebut langsung nimbrung dalam permainan intrik politik itu. Ingatlah ada konteks perang dagang antara Amerika vs China, dan telitilah Uni Eropa yang tengah menggugat Indonesia di WTO.

Pihak mana yang paling menguntungkan Indonesia, baik dari sisi investasi sampai transfer teknologi? Apakah Amerika, Uni Eropa, atau China?

Soal kedatangan 500 TKA dari Tiongkok itupun tentu saat ini ditunda dan harus mengikuti protokol pencegahan Covid-19.

China adalah salah satu negara terbaik dalam penanganan pandemi covid-19 ini, dengan protokol kedatangan ataupun keberangkatan yang sangat ketat, tentu tidak mudah mengirimkan pekerja mereka ke Indonesia.

Marilah kita menuntut ilmu sampai ke Negeri China, daripada selalu membuat syak wasangka kepada bangsa itu. (TA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun