Jurnalisme Multimedia
Menurut salah satu wartawan Tribun, Rahmat bahwa kita harus memahami kondisi karakter audiens sehingga media mampu beradaptasi setelah mengenal karakter tersebut. Kedekatan media yang disajikan dengan pembacanya akan lebih disukai oleh audiens. (Adzkia, 2015: 47).
Berita atau informasi yang disajikan akan lebih mudah dipahami dan lebih menarik bagi audiens jika dapat dinikmati dengan berbagai pilihan. Ini juga memudahkan teman-teman disabilitas untuk mendapatkan informasi.
Multimedia menjadi solusinya yang artinya ada kombinasi antara teks, audio, foto, video, grafik, dan interaktivias non linier.
Tujuan dari multimedia ini adalah dapat menyajikan informasi dengan cara informatif dan menarik, sifatnya saling melengkapu dan tidak mengulangi informasi.
Dalam jurnalisme terdapat dua cara dalam mendefinisikan multimedia menurut Deuze (2003).
Pertama, berita yang disajikan dalam website harus terdapat elemen interaktif dan menggunakan lebih dari dua format media, seperti teks, audio, video, musik, atau grafis.
Kedua, berita yang disajikan dengan beragam media yang saling berkaitan, seperti website, email, koran, radio, dan televisi. (Widodo, 2019: 24).
Artinya bahwa media dalam proses pembuatan berita atau informasi akan menuju pada proses yang multimedia dan interaktif dengan audiens.
Media jurnalistik berupaya agar dapat menarik pembaca melalui berita yang dikemas dengan menarik dan menghibur. Hal ini saling terkait karena peran media sebagai lembaga sosial dan bisnis agar kualitas informasi yang disajikan tetap menjadi perhatian dari audiens. (Pratiwi, 2019:26).