Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ke Mana (Puisi Pencarian)

5 Maret 2014   00:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393928809165629129

Kemana titik-titik pusaran itu

Jejak-jejak itu belum hilang

Selarik kepastian

Meniti kesefahaman

Seluas waktu menata makna

Memilih diksi dan fatamorgana

Kemana benih-benih gairah yang kemarin menari-nari di taman hati

Memetik bunga, mengejar kupu-kupu, melompat bersama kelinci senja

Lelah kegairahan itu masih menyisakan peluh di malam-malam yang ada

Lirih membuai menyibak harap dan separuh tanda remang-remang fantasi jiwa

Lelap, setelah mencari jawab, tanya-tanya sepanjang derai tawa berlukis binar mata

Kemana hari akan mencari cinta

Yang menggelantung diufuk ketidak pastian ini!

Terjilat-jilat ketakutan akan musnahnya pusaran rasa

Bola salju tanda menukiknya kegersangan

Menggerus lirikan harap

Seharian tanpa ucap

Engkau tiup seruling, lentik jemari mempermainkan ketidak pastian ini

Senyum itu masih tergambar bulatan sayang yang telah engkau perkenalkan

lewat pori-pori kesefahaman, lewat rumitnya jalan kerinduan, lewat kaki-kaki bukit

Coretan hentakan untuk memadu agar bersemanyam di relung kesetaraan tanpa lagi bayang

Pusaran itu berputar menelan!

Tanpa bisa dihadang apalagi ditendan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun