Mohon tunggu...
Tifani Nurmalawidia
Tifani Nurmalawidia Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

Seseorang yang hobi menulis dan maniak buku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

6 Filosofi Jepang yang Dapat Diterapkan oleh Milenial dan Gen Z Dalam Menghadapi Quarter-Life Crisis

18 Mei 2023   09:07 Diperbarui: 18 Mei 2023   09:09 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Quarter-life crisis adalah periode dimana kita merasakan tentang ketidakpastian, stres, dan kekhawatiran dengan masa depan. Proses pencarian jati diri yang dialami oleh seseorang menuju fase dewasa dimana mereka mulai memasuki babak baru dalam hidup. Quarter-life crisis sering terjadi pada mereka di rentang umur 20-30 an. 

Krisis ini membuat kita merasa terjebak dalam berbagai situasi seperti pekerjaan, hubungan pertemanan, hingga hubungan dengan pasangan. Kita mulai bertanya-tanya apa yang akan kita lakukan dalam hidup, bagaimana masa depan kita selanjutnya, apa tujuan kita, apa yang kita cari dalam kebahagiaan, dan mulai membandingkan keadaan dengan kesuksesan orang lain.

Namun jangan khawatir, krisis yang terjadi di usia pertengahan hingga akhir dua puluhan ini bukanlah hal baru, quarter-life crisis telah dialami oleh kaum muda dalam berbagai tingkatan selama beberapa dekade. Dalam menghadapinya, berikut adalah beberapa filosofi dan konsep asal Jepang yang dapat membuat kita meminimalisir kecemasan dan keterpurukan dalam menghadapi quarter-life crisis.

1. Oubaitori
"Setiap bunga mekar pada waktunya sendiri dan itu adalah pengingat bahwa setiap orang sedang dalam perjalanan hidup mereka masing-masing."

Prinsip Jepang ini merayakan keindahan dan pentingnya perbedaan antar individu. Pada dasarnya, idiom Jepang ini mengartikan bahwa setiap orang tidak boleh menjalani hidup dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, melainkan menghargai sifat unik dan fokus pada pertumbuhan diri sendiri. Prinsip ini membuat kita merasa jauh lebih bahagia dan berharga, serta meningkatkan kepercayaan pada kemampuan diri kita sendiri.

Psychotherapist, Ruairi Stewart mengatakan bahwa kita tidak memiliki gambaran sepenuhnya tentang perjalanan seseorang dan realitas dari situasi mereka. Stewart juga menambahkan bahwa media sosial juga dapat menjadi salah satu pemicunya. Seseorang cenderung ingin berbagi dengan apa yang ingin mereka perlihatkan, sehingga penting untuk tidak menilai diri sendiri secara kasar dan mulai membandingkan diri dengan keadaan seseorang, karena kita tidak tahu apa yang telah mereka lewati di dalamnya.

2. Gaman
Gaman adalah istilah Jepang yang berasal dari Zen Buddhisme. Konsep ini berbicara tentang gagasan ketekunan, kesabaran, tekad, dan ketahanan dalam menghadapi kesulitan. Gaman merupakan jenis dari stoic resistance, mengartikan bahwa sebagaimana sulit dan beratnya sesuatu yang mungkin terlihat, kita dapat menghadapinya dengan tenang, penuh kontrol, serta pandangan yang luas penuh pertimbangan.

Dikutip dari bbc.com, konsep gaman menyiratkan tingkat pengendalian diri. David Slater, profesor antropologi sekaligus direktur Institute of Comparative Culture di Universitas Sophia Tokyo, memberikan gambaran bahwa gaman merupakan serangkaian strategi untuk menangani peristiwa di luar kendali yang kita hadapi.

3. Datsuzoku
Prinsip Datsuzoku menandakan untuk istirahat dan keluar dari rutinitas atau kebiasaan sehari-hari, kebebasan tertentu dari hal-hal yang biasa kita lakukan. Membuat kita terlibat dalam pengalaman baru dan berbeda, yang mengarah pada pertumbuhan dan kepuasan pribadi yang lebih besar.

Datsuzoku mendorong kita untuk menjalani kehidupan yang lebih otentik, dengan melampaui dan memperbarui pola usang untuk menyoroti pentingnya menemukan petualangan dan kreativitas. Seperti mencoba hobi baru atau berpartisipasi dalam aktivitas yang tidak biasa kita lakukan sebelumnya, datsuzoku menawarkan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakat terpendam seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun