Mohon tunggu...
Tiberia Dian Ayu Harsilo
Tiberia Dian Ayu Harsilo Mohon Tunggu... Guru dan Mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya

Helloo !! Ayo belajar seputar dunia psikologi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Galau Pilih Jurusan? Ini Kenyataan Siswa Kelas X yang Sering Tak Terekspos"

17 Juni 2025   18:41 Diperbarui: 18 Juni 2025   08:52 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dreamstime. (n.d.). Psychologist counseling patient psychotherapy appointment vector illustration cartoon doctor psychotherapist talking. 

Ditulis Oleh : Tiberia Dian Ayu Harsilo dan Frikson Christian Sinambela

Fenomena

"Mau ambil MIPA atau IPS?" Pertanyaan ini terdengar sepele ditelinga orang dewasa. Namun bagi ribuan siswa kelas X SMA di seluruh Indonesia, ini adalah persimpangan hidup yang menguras pikiran dan emosi. Pemilihan jurusan di tingkat SMA menjadi titik krusial dalam menentukan arah pendidikan dan karir masa depan siswa. Pada kelas X, siswa dihadapkan pada kebutuhan untuk memilih jurusan di kelas XI (MIPA atau IPS), yang kelak mempengaruhi pilihan studi lanjut dan dunia kerja. Namun, pengambilan keputusan penjurusan ini tidak selalu dilakukan dengan pertimbangan matang. Banyak siswa yang bingung, ragu, atau hanya mengikuti keputusan orang tua tanpa mempertimbangkan minat dan kemampuan pribadi.

Beberapa ungkapan dari siswa :

"Bu, saya ingin masuk ke MIPA karena saya suka belajar fisika dan matematika namun saya tidak suka biologi karena hafalannya banyak, gimana ya Bu?" (Kata Jonathan kelas X2)

"Bu, saya kepengen masuk IPS karena saya suka belajar geografi, namun orang tua saya menuntut saya masuk ke MIPA supaya kelak saya bisa menjadi seorang dokter, saya bingung Bu harus mengambil keputusan yang bagaimana?" (Kata Qiara kelas X1)

"Bu, saya bingung mau memilih jurusan apa, karena saya suka semua mata pelajaran dan saya sudah bilang ke orang tua namun orang tua menjawab ya terserah kamu, papah mamah membantu kamu biaya sekolah saja, bilang aja sama gurumu di sekolah" (Kata Bernita kelas X3)

Dan masih banyak lagi,  ungkapan pergumulan mereka dalam menentukan penjurusan. Berkaca dari curhatan mereka, pada kenyataannya yang terjadi di sekolah sebenarnya, sejak kelas X siswa sudah banyak belajar mengenai semua mata pelajaran MIPA dan IPS. Bahkan sekolah juga telah memberikan program fasilitas tes psikologi IQ, minat dan bakat.

Dalam konteks psikologi pendidikan, dua faktor penting yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan akademik adalah self-efficacy akademik dan dukungan sosial. Bandura (1997) menjelaskan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas tertentu. Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung lebih percaya diri dalam mengevaluasi kemampuannya, sehingga dapat membuat keputusan penjurusan dengan lebih mantap (Zhou, 2016).

Selain itu, dukungan sosial dari lingkungan sekitar seperti orang tua, guru, dan teman sebaya juga berperan besar dalam membentuk persepsi dan kepercayaan diri siswa dalam mengambil keputusan. Dukungan sosial ini termasuk dalam kegiatan kolaborasi antar sekolah dan orang tua. Namun, yang terjadi di lapangan masih ada orang tua yang bersikap kurang peduli terhadap perkembangan putra/putrinya dalam memilih penjurusan dan fenomena ini diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, lebih tepatnya diserahkan kepada Guru bimbingan dan konseling. Ini merupakan fenomena yang cukup memprihatinkan di salah satu sekolah SMA swasta yang berlokasi di Surabaya. Sekolah telah mengupayakan banyak usaha untuk mendampingi siswa, usaha tersebut terlihat dari siswa telah melakukan konseling terjadwal, siswa telah melakukan tes psikologi minat dan bakat, dan pendampingan didalam kelas yang semua rangkaian kegiatan itu rutin dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling. Namun, pada kenyataannya siswa masih belum menemukan keputusan yang tepat untuk memilih penjurusan di kelas XI nanti. Menurut penelitian Yusoff et al. (2021), dukungan sosial berkorelasi positif dengan efektivitas pengambilan keputusan karier pada remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun