Mohon tunggu...
Kurnia Nasir
Kurnia Nasir Mohon Tunggu... Musisi - musikus jalanan

musikus jalanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ya Agama, Ya Budaya, Itu Baru Klop

12 April 2018   17:29 Diperbarui: 12 April 2018   17:30 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku tak tahu Syariat Islam,Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah Lebih cantik dari cadar dirimu" dan "Aku tak tahu syariat Islam, yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia sangatlah elok lebih merdu dari alunan adzan mu". Inilah penggalan puisi Ibu Indonesia, karya Sukmawati. Sebuah puisi yang baru-baru ini membuat geger dan resah umat Islam di Indonesia hingga beritanya memenuhi dunia maya. Kali ini, kita tak akan berbicara  apakah puisi tersebut termasuk dalam penistaan agama atau tidak.

Penulis mencoba mempelajari kembali bagaimana hubungan antara agama dan budaya di Indonesia? Sebab dari puisi ini, secara tersurat Sukmawati membandingkan keduanya (agama dan budaya), sebagaimana tersirat dari kata sanggul dengan cadar dan adzan dengan kidung.

Agama dan budaya secara teori keduanya memang hal yang berbeda. Agama bersumber dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah "karya" Allah, sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian dari budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Namun, hal ini bukan berarti keduanya harus dipisahkan apalagi diperbandingkan karena dalam praktik kehidupan, kedua hal tersebut seringkali rancu, kabur, dan tidak mudah untuk dibedakan.

Sesungguhnya, ketika agama dan budaya direlasikan melalui pola yang integral hasilnya akan mampu menciptakan peradaban bagi bangsa Indonesia. Agama mengakomodasi budaya sebagai media menyampaikan nilai agama kepada masyarakat. 

Di Indonesia, masing-masing daerah memiliki kebudayaan sebagai jati diri, maka jika budaya berperan sebagai mediator, agama akan menjadi lebih bermakna dan tidak kaku.

Tak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan masuknya agama-agama di Indonesia adalah karena disampaikannya melalui budaya. Masih ingatkah kita dengan cara para wali dalam menyebarkan agama Islam? Ya, bukan dengan mengatakan "ini" lebih baik dari "itu". Namun memadukan antara "ini" dan "itu".

 Hasilnya budaya masyarakat menjadi semakin beradab dengan masuknya nilai-niai agama. Bukankah elok kita melihat masyarakat berkumpul bersama membacakan doa pada orang yang meninggal? Ya, ini juga hasil dari proses relasi budaya dan agama. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia untuk guyub ketika saudaranya tertimpa musibah, kemudian budaya ini ditambah dengan masuknya nilai agama yakni berdoa. Maka merupakan tindakan yang cerdas, jika kita mau menjaga bahkan meningkatkannya dalam segala lini kehidupan. Taka ada lagi tindakan membenturkan antara agama dan budaya.

Demikian juga untuk membangun jalan peradaban bagi Indonesia. Sebuah peradaban tak akan terwujud apabila masyarakatnya tak berdamai. Sibuk dengan memperbandingkan dan  membenarkan persepsi masing-masing. Apalagi jika sampai muncul dikotomi semisal kubu budaya atau kubu agama. Padahal sebenarnya keduanya saling membutuhkan dan harus sama-sama dipelajari. Agama lestari karena merawat budaya, Budaya semakin beradab karena agama.@

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun