Mohon tunggu...
tiara permata
tiara permata Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Cantik Itu Luka"

7 Februari 2021   16:11 Diperbarui: 7 Februari 2021   17:04 32631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari sebuah kamp tahanan mereka dipindahkan ke sebuah rumah besar dan megah dengan segala kelimpahan di dalamnya. Awalnya mereka diiming imingi akan dijadikan perawat untuk kebutuhan perang para prajurit Jepang. Nyatanya setelah berhari hari hidup nyaman tanpa pelatihan apapun, mereka curiga dan mulai menyadari bahwa gadis gadis cantik itu akan dijadikan pelacur di sebuah tempat pelacuran yang dikelola oleh Mama Kalong.

Oleh karena Dewi Ayu seorang gadis yang tak hanya cantik tetapi cerdas dan tegar mampu lebih dewasa menerima kenyataan pahit tersebut. Karenanya sikapnya yang tenang membuatnya cepat akrab dengan Mama Kalong. Ia menjadi primadona di tempat pelacuran tersebut karena kecantikannya, banyak pria rela antri demi tidur dengannya.

Hingga akhirnya ia melahirkan 4 orang putri. Keturunannya diberkahi paras yang amat cantik Alamanda, Adinda, dan Maya Dewi, kecuali anak bungsunya yang memiliki wajah sangat buruk rupa, tapi ironisnya Dewi Ayu menamainya Si Cantik. Kejadian kejadian buruk selalu menimpa keturunan Dewi Ayu. Ternyata kecantikan mereka telah dikutuk oleh roh jahat Ma Gedik, lelaki tua yang dinikahi Dewi Ayu yang ternyata mantan kekasih Ma Iyang neneknya Dewi Ayu. Ia menyimpan dendamnya karena sakit hati lantaran cintanya direbut oleh kakek Dewi Ayu untuk dijadikan Gundik. Pernikahan Ma Gedik dan Dewi Ayu semakin tidak beres hingga berakhir dengan kematian Ma Gedik yang berusaha bunuh diri dengan terjun dari bukit persis yang dilakukan Ma Iyang beberapa tahun lalu.

Anak pertamanya Alamanda menikah dengan Shodanco, pemimpin militer masa itu, yang tidak dicintainya tetapi terpaksa menikah karena lelaki itu telah memperkosanya. Hingga mereka memiliki seorang putri cantik bernama Nurul Aini. Anak kedua Dewi Ayu bernama Adinda, ia menikah dengan Kamerad Kliwon, pria tampan dan cerdas pemimpin partai Komunis yang sebelumnya dicintai dan amat mencintai kakaknya, Alamanda. Mereka memiliki putra bernama Krisan. Anak yang ketiga, Maya Dewi, yang sejak berumur 12 telah dinikahkan oleh Ibunya sendiri dengan lelaku bernama Maman Gendeng, seorang preman paling berkuasa masa itu yang sebenarnya sangat mencintai Dewi Ayu, dengan alasan agar putri kecilnya tidak terjerumus laki laki seperti kedua kakaknya. Kedua pasangan itu memiliki seorang putri cantik yang diberi nama Rengganis Si Cantik.

Kecantikan Rengganis dan Nurul Aini membuat banyak lelaki menginginkannya, tak terkecuali sepupunya sendiri, Krisan. Ia sangat mencintai Aini, tetapi sangat menginginkan tubuh Rengganis. Hingga pada suatu saat ia berhasil menghamili Rengganis, tetapi ketika ditanya orang orang Rengganis mengakui telah diperkosa oleh seekor anjing. Rengganis dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya membuatnya kabur ke hutan usai melahirkan anaknya. Hal itu membuat sepupunya sekaligus sahabatnya Nurul Aini cemas hingga jatuh sakit. Hal tersebut pula yang membuatnya terpaksa membunuh rengganis dan membuang mayatnya ke laut.

Seorang nelayan menganggap yang dilakukan Krisan hanya karena patah hati lantaran memiliki kekasih yang cantik sehingga menyarankannya untuk mencari wanita yang jelek. Hingga suatu saat Krisan menemukan seorang wanita buruk rupa tak lain bibinya sendiri, Si Cantik. Tiap malam krisan datang hanya untuk bercinta dengan Si cantik, hingga suatu saaat Si Cantik terus bertanya "kenapa kau menginginkan aku?" sampai Krisan terdesak dan menjawab "sebab cantik itu luka".

IV. Kelebihan

Penulis mampu menyajikan rentetan peristiwa yang kisahnya menarik, tidak mudah ditebak serta mengandung pesan moral yang sangat banyak. Tak hanya itu, penulis juga menyajikan cerita sesuai dengan alur sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada masa pasca kolonial

V. Kelemahan

Alur yang digunakan untuk menceritakan setiap peristiwa cukup kompleks atau terkesan loncat loncat membuat pembaca terkadang kebingungan. Kata kata yang dipakai penulis juga cukup berani atau terkesan fulgar. Banyak juga peristiwa peristiwa yang tidak logis atau amat jauh dengan realita.

VI. Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun