Mohon tunggu...
Tiara Nabila Nur Wibawanti
Tiara Nabila Nur Wibawanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Transformasi Digitalisasi: Dampak dan Tantangan Pada UMKM dan Pola Konsumsi Masyarakat

14 Mei 2025   00:58 Diperbarui: 14 Mei 2025   00:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 telah mempercepat digitalisasi ekonomi pada pelaku UMKM yang dihadapkan pada kebutuhan untuk beradaptasi dengan teknologi. Penggunaan teknologi digital dalam pencatatan transaksi dan pembayaran membuat proses bisnis lebih transparan. Namun, literasi digital di kalangan pembisinis masih rendah. Berdasarkan survei awal, sebanyak 67% pelaku UMKM masih mengandalkan pembukuan manual. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam pengelolaan keuangan dan memperbesar risiko kesalahan pencatatan, yang berdampak pada kesulitan memantau keuntungan dan kerugian usaha.

Digitalisasi pembukuan memiliki banyak manfaat bagi UMKM. Salah satu keuntungan utamanya, yaitu meminimalkan risiko kesalahan pencatatan. Dengan sistem digital, pelaku UMKM dapat mencatat transaksi dengan lebih akurat dan cepat. Misalnya, aplikasi pembukuan digital dengan berbasis web yang dikembangkan oleh tim Universitas Muhammadiyah Sidoarjo juga memungkinkan pelaku usaha untuk menghasilkan laporan keuangan secara otomatis, sehingga mempermudah analisis keuangan mereka. Fitur-fitur utama dalam aplikasi ini, seperti pencatatan debit dan kredit, memberikan fleksibilitas bagi pelaku usaha dalam memantau aliran kas mereka. Selain itu, laporan keuangan yang dihasilkan oleh aplikasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan bisnis yang lebih strategis. Dalam jangka panjang, teknologi ini membantu pelaku UMKM mengelola modal kerja secara lebih efisien, yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas usaha.

Dampak Digitalisasi Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat

1. Perubahan preferensi masyarakat dari konsumsi konvensional ke konsumsi digital

Sebelum pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada pola konsumsi konvensional, yaitu berbelanja langsung di pasar, mall, atau toko. Namun, saat pandemi Covid-19 berlangsung memaksa masyarakat untuk menggunakan cara baru, yaitu berbelanja melalui platform digital, seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Bukalapak. Sejak pandemi Covid-19, konsumen lebih memilih untuk membeli barang sesuai keinginan daripada sesuai kebutuhan, seperti membeli pakaian secara online yang bisa diantarkan langsung ke rumah. Hal itu dapat mempengaruhi pada transaksi e-commerce yang mengalami peningkatan yang tinggi. Pola ini dapat menunjukkan pergeseran besar dalam preferensi konsumsi masyarakat, dari yang membeli secara bertatap muka atau langsung hingga membeli melalui platform online. Selain itu, masyarakat juga mulai lebih selektif dalam memilih produk dengan mempertimbangkan faktor kesehatan dan kebersihan. Produk-produk yang mendukung gaya hidup sehat, seperti makanan organik dan suplemen kesehatan. Platform digital pun menyesuaikan penawaran produknya yang sesuai perubahan ini, sehingga masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhannya secara efisien dari rumah.

2. Meningkatnya Penggunaan Dompet Digital

Adanya dompet digital dapat memudahkan masyarakat untuk melakukan pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai, sehingga transaksi menjadi lebih praktis dan cepat. Kemudian, banyak dompet digital, seperti Gopay, OVO, Dana, ShopeePay menawarkan promo, cashback, dan diskon yang menarik, sehingga masyarakat dapat berbelanja online dengan lebih hemat melalui platform e-commerce atau Qris juga mempermudah transaksi antara pelaku UMKM dan konsumen secara aman. Namun, kemudahan dalam bertransaksi dan promo-promo yang menarik dapat mendorong masyarakat untuk berbelanja secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya.

Tantangan Digitalisasi Terhadap Pelaku UMKM

1. Kesenjangan Akses Teknologi dan Infrastruktur Digital
Tentu tidak semua pelaku UMKM memiliki akses internet yang stabil, terutama yang berada di daerah pedesaan yang terpencil. Infrastruktur digital yang belum merata menjadi penghambat utama transformasi digital. Pelaku UMKM tidak dapat memanfaatkan platform online sepenuhnya, jika mereka tidak memiliki konektivitas yang baik.

2. Rendahnya Literasi Digital dan Keamanan
Masih banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang mengalami kesulitan dalam menggunakan aplikasi digital secara efektif. Tidak adanya literasi digital membuat pelaku UMKM lebih rentan terhadap ancaman online, seperti penipuan online, pencurian data, dan transaksi palsu. Kurangnya pengetahuan ini dapat membuat mereka kesulitan dalam mengelola bisnis onlinenya.

3. Keterbatasan Modal
Pelaku UMKM tentu memerlukan modal tambahan untuk membeli perangkat, membayar jasa digital marketing, dan mengembangkan konten digital. Namun, tidak semua pelaku UMKM memiliki anggaran yang cukup untuk investasi dalam teknologi, baik untuk infrastruktur digital maupun pelatihan sumber daya manusia.

Tantangan Digitalisasi Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun