Mohon tunggu...
Tiara Putri Azzahra Tamin
Tiara Putri Azzahra Tamin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

different eyes see different things.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Disabilitas di Indonesia Termasuk Tunanetra

4 Januari 2024   18:37 Diperbarui: 4 Januari 2024   21:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hilangnya  penglihatan tidak berpengaruh nyata terhadap status motorik anak.Yang dibutuhkan anak-anak hanyalah unit pembelajaran dan lebih banyak waktu  untuk bepergian.Seiring berjalannya waktu,anak mampu menyadari lingkungan sekitarnya dan melakukan aktivitas dengan aman dan efisien.

E. Perilaku Anak Tunanetra

Kondisi ini secara tidak langsung  menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.Gejala dari perilaku ini antara lain mengucek mata secara berlebihan, menutup  atau melindungi salah satu mata, memiringkan  atau menengadahkan kepala ke depan, kesulitan membaca, atau melakukan tugas lain yang  memerlukan penggunaan  mata, sering berkedip  atau merasa jengkel saat bekerja memegang buku dekat dengan mata.mata kesulitan melihat objek yang jauh,menyipitkan mata atau mengerutkan kening,tertarik  pada objek dalam bidang penglihatan atau  tugas-tugas yang membutuhkan penglihatan.Menjadi kikuk ketika bermain game yang membutuhkan tangan dan mata untuk bekerja sama, dan menghindari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau  jarak penglihatan.Aldi menambahkan,anak tunanetra tersebut kerap memejamkan mata, mengeluarkan suara dengan jari, menggelengkan kepala dan badan, serta membalikkan badan.Menginstruksikan anak untuk menggunakan strategi perilaku tertentu, seperti meningkatkan aktivitas,mengajarkan perilaku positif, atau memuji ketika mereka menunjukkan perilaku positif, untuk menghilangkan perilaku stereotip pada anak.

F. Pribadi dan Sosial Keterbatasan
Penglihatan anak tunanetra mempengaruhi kemampuan sosialnya.Mereka sulit mengamati dan meniru perilaku sosial dengan tepat.Jalinlah persahabatan dengan orang sekitar,pertahankan kontak  mata dan posisi wajah, tampilkan postur tubuh yang benar, gunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah, gunakan intonasi suara untuk mengungkapkan dan menyampaikan  pesan yang benar saat berkomunikasi.Di sisi lain, ciri-ciri sosial yang banyak ditemukan pada anak tunanetra adalah hambatan kepribadian  seperti rasa tidak percaya, mudah tersinggung, dan ketergantungan yang tinggi terhadap orang disekitarnya.Ciri-ciri anak tunanetra dikategorikan menjadi enam poin penting.Pertama, anak-anak memiliki pengalaman kognitif yang  lebih terbatas dibandingkan anak-anak pada umumnya, memiliki mobilitas yang terbatas, dan kesulitan berinteraksi secara tepat dengan lingkungannya.Kedua, secara akademis, dikembangkan dengan menggunakan huruf Braille. Ketiga, secara fisik mata mereka kadang tampak sipit,juling,buram dan merah.

Pada pada panti tuna netra para penyandang disabilitas mendapatkan bimbingan ketrampilan,bimbingan mental,dan fasilitas asrama.

Ketrampilan yang dimaksud bisa merupakan keterampilan:

Komunikasi [communication skill]. Pernahkah Anda melihat seorang tunanetra memalingkan telinga ke arah lawan bicaranya saat sedang berbicara dengan seseorang? Perilaku ini bisa dibilang tidak sopan jika ditinjau dari etika komunikasi.Namun,penyandang tunanetra yang melakukan hal tersebut mungkin tidak menyadari bahwa perilakunya sebenarnya terkesan menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap lawan bicaranya.Anak-anak yang dapat melihat dapat mempelajari etika komunikasi ini  dari orang tuanya dan orang dewasa lain di sekitarnya.Anda mungkin tahu bahwa postur yang baik  adalah menatap mata seseorang atau menatap matanya saat Anda sedang berbicara.Namun, anak-anak yang mengalami kebutaan sejak lahir tidak mampu belajar melalui peniruan visual.Oleh karena itu, orang tua dan anggota keluarga lainnya yang lebih dewasa serta guru perlu mengajarkannya kepada anak.Perilaku dan tata krama komunikasi yang dapat dipelajari sejak dini antara lain gerak tubuh, ekspresi wajah, sikap sopan, dan pakaian yang pantas atau pantas digunakan saat  berinteraksi dengan orang lain.Jika perlu, anak tunanetra juga dapat dilatih kepekaannya untuk mengenali dan memahami sifat reaksi orang yang berkomunikasi dengannya.Namun, penulis menunjukkan bahwa tidak banyak orang tua yang memperhatikan pentingnya mengajari anak tunanetra mereka gerak tubuh yang pantas ketika berbicara dengan orang lain.Banyak orang tua yang cenderung memahami bahwa anak tunanetra tidak memandang lawan bicaranya.Yang masih belum sepenuhnya dipahami oleh  orang tua adalah bahwa ketika seorang anak tunanetra tumbuh besar di kemudian hari dan perlu berinteraksi dengan penyandang tunanetra, penyandang tunanetra tidak akan dapat memperoleh keterampilan komunikasi tersebut, namun hal ini dapat berdampak negatif pada Anda hubungan dan karir.

Keterampilan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (daily Activity Skill). Keterampilan dasar kedua yang harus diajarkan kepada anak tunanetra adalah  aktivitas sehari-hari yang harus mereka lakukan mulai dari bangun pagi hingga tidur malam.Kemampuan ini biasa disebut dengan "kemampuan aktivitas sehari-hari Contoh kegiatan tersebut antara lain merapikan tempat tidur dan melipat  selimut,mandi, membuang piring bekas, mencuci pakaian, menata barang-barang pribadi yang berantakan, dan membersihkan rumah.Anak-anak tunanetra perlu diajari tidak hanya keterampilan berkomunikasi tetapi juga melakukan aktivitas sehari-hari. Saat mengajarkan suatu aktivitas,orang tualah yang melakukannya terlebih dahulu,sehingga memberikan kesempatan kepada anak tunanetra untuk memahami bagaimana orang tua melakukan aktivitas tersebut.Cara lainnya adalah dengan melakukan hal ini secara langsung kepada anak-anak tunanetra mereka.

Penting untuk selalu memberikan instruksi yang spesifik dan penjelasan yang jelas sehingga selain orientasi, keterampilan kognitif untuk pemahaman dan orientasi juga dapat dilatih. Ada banyak alasan mengapa anak tunanetra perlu diajari keterampilan untuk menghadapi aktivitas sehari-hari.Alasan utamanya tentu saja untuk melatih kemandirian.Aspek kemandirian ini tidak hanya membantu anak tunanetra menjaga diri mereka sendiri hingga dewasa, tetapi juga ketika  mereka hidup sendiri atau membutuhkan bantuan orang lain.Hanya karena Anda buta bukan berarti Anda harus selalu bergantung pada orang lain, bukan?Manfaat lain dari mengajarkan keterampilan aktivitas sehari-hari  adalah memperkenalkan konsep tanggung jawab.Bukan hal yang aneh bagi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk berulang kali mencoba membantu anak-anak mereka yang  tunanetra untuk benar-benar melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.Meskipun dimaksudkan untuk bersifat suportif, praktik-praktik tersebut dapat mengakibatkan anak tunanetra menjadi kurang memiliki tekad dan kemandirian.Jadi Anda tidak perlu khawatir untuk melatih keterampilan aktivitas sehari-hari bagi anak tunanetra.Pastikan kegiatan dan tugas yang diberikan sesuai dengan usia dan kemampuan anak tunanetra.

Keterampilan Orientasi dan Gerakan
Keterampilan orientasi dan gerak merupakan keterampilan yang perlu dipelajari oleh anak tunanetra.Anak awas belajar berjalan dengan mengidentifikasi secara visual berbagai rintangan dan bahaya di sekitarnya, namun tidak demikian halnya dengan anak tunanetra.Anak tunanetra harus diorientasikan agar  dapat bergerak dengan aman, benar, dan nyaman.Penyandang tunanetra mempersepsikan sekelilingnya dengan mengoptimalkan inderanya yang lain.Anak tunanetra perlu melatih kepekaan  pendengaran, penciuman, dan perabanya untuk menyesuaikan diri dan bergerak di lingkungannya.Orang tua hendaknya mendorong anak-anak mereka yang buta untuk berolahraga.Misalnya, pelatihan awalnya bisa dilakukan di  rumah.Anak tunanetra kini bisa mengenali aroma tertentu di sebuah ruangan. Kami menyadari bahwa penyandang tunanetra memerlukan bantuan tongkat untuk dapat beraktivitas di luar ruangan dengan benar dan aman.Anak tunanetra juga perlu mempelajari cara menggunakan tongkat dengan  benar untuk memudahkan pergerakan di luar ruangan.Pertanyaannya, kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak tunanetra menggunakan tongkat?Anak tunanetra dalam kategori buta total atau gangguan persepsi cahaya hendaknya dilatih dan dilatih menggunakan tongkat untuk ambulasi sesegera mungkin, tergantung pada urgensi kebutuhan.Saat yang tepat untuk masuk sekolah dasar adalah  karena ketika anak tunanetra mulai bersekolah, mereka mulai lebih banyak melakukan aktivitas mobile. Ketika anak tunanetra bersekolah di sekolah dasar di sekolah berkebutuhan khusus yang  disebut SLB (Sekolah Luar Biasa), mereka menjalani mata pelajaran orientasi dan mobilitas.Direkomendasikan agar anak-anak tunanetra diperkenalkan dan diajarkan penggunaan tongkat, meskipun mereka masih mempunyai sisa penglihatan.Hal ini membantu penyandang tunanetra memahami prinsip-prinsip orientasi dan mobilitas  yang mungkin mereka perlukan di masa depan ketika mereka berada dalam situasi tertentu.Misalnya, jika seorang penyandang tunanetra harus bergerak di area asing atau naik dan turun tangga di area dengan penerangan terbatas, tongkat mungkin merupakan pilihan yang lebih baik bagi penyandang tunanetra.Tidak ada risiko.Tangga yang tidak diketahui menyebabkan cedera, guncangan, atau pendakian.Bagi penyandang tunanetra, penggunaan tongkat juga dapat menjadi indikator bahwa orang tersebut memiliki gangguan penglihatan, sehingga memudahkan orang tersebut untuk melihat ketika orang lain meminta atau membutuhkan bantuan cacat.Hal ini penting mengingat  banyak penyandang tunanetra tidak dikenali atau dipahami seperti itu dalam situasi tertentu.Bagi penyandang tunanetra, bisa bergerak dengan tongkat merupakan simbol kemandirian di luar rumah.Belajar dari aksesibilitas pelayanan publik di negara-negara  maju, pegawai negeri sipil akan memprioritaskan perawatan bagi para penyandang tunanetra, namun hanya jika penyandang tunanetra tersebut menggunakan tongkat.

Media Pembelajaran Anak Tunanetra
Anak tunanetra mempunyai kebutuhan khusus dalam proses pembelajaran.Untuk itu diperlukan media khusus untuk  menunjang pembelajaran.Media khusus yang menunjang proses pembelajaran anak tunanetra antara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun