Mohon tunggu...
Tiara
Tiara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Tanjungpura

bermula dari sesuatu yang kecil

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Strategi Rumah Tangga Menghadapi Pandemi di Desa Buluh Kuning dan Desa Manis Raya Kalimantan Barat

14 Juni 2020   22:07 Diperbarui: 15 Juni 2020   07:25 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi (Kondisi warung Ibu Onih)

Pandemic Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia terhitung sejak awal tahun 2020 membuat banyak aspek terdampak, mulai dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, maupun aspek politik. 

Skala rumah tangga merupakan yang paling besar merasakan dampak akibat adanya Covid-19, di wilayah perkotaan banyak masyarakat yang bekerja dirumahkan bahkan sampai di PHK sehingga menyebabkan mereka kehilangan pekerjaannya. 

Akibat kehilangan pekerjaannya tidak sedikit masyarakat yang mengalami penurunan pada pendapatan mereka, dengan demikian masyarakat akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, diperlukan strategi yang baik dalam mengelola system keuangan ataupun gaya hidup pada rumah tangga untuk menghadapi pandemic Covid-19. 

Pada Desa Buluh Kuning dan Desa Manis Raya, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan barat, kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai petani, sehingga sangat jarang masyarakat yang bekerja di perusahaan dan di PHK maupun dirumahkan. Penulis telah melakukan survey kepada beberapa masyarakat terkait strategi rumah tangga yang dilakukan untuk menghadapi kondisi pandemic Covid-19.

1. Responden Pertama

Responden yang penulis wawancarai bernama Ibu Onih berusia 50 tahun, Ibu Onih tinggal di Desa Buluh Kuning, Gang Anyelir RT 002. 


Pendidikan terakhir Ibu Onih hanya tamatan Sekolah Dasar, pada zaman dahulu sedikit sulit untuk mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi, ditambah lagi di Desa Buluh Kuning hanya terdapat Sekolah Dasar dan jika ingin melanjutkan ke SMP harus keluar desa. 

Selain itu, kendaraan untuk menuju kesekolah sangat minim, jarak yang ditempuh cukup jauh, dan biaya yang tidak mencukupi, oleh sebab itu Ibu Onih hanya menyelesaikan sekolah pada tingkat Sekolah Dasar. 

Ibu Onih memiliki tanggungan keluarga sebanyak lima orang. Pada kondisi sebelum adanya pandemic Covid-19, Ibu Onih bekerja pada sektor informal yaitu membuka warung kecil-kecilan, warung Ibu Onih menyediakan berbagai macam makanan ringan, minuman, mie rebus, dan sebagainya.

Lokasi tempat berjualan Ibu Onih ialah dirumahnya, rumah Ibu Onih berada pada tempat yang cukup strategis yaitu tidak jauh dari simpang empat jalan dan Sekolah Dasar, sehingga ketika anak-anak pulang sekolah ataupun pada jam istirahat biasanya mereka membeli sesuatu di warung Ibu Onih, dengan demikian menjadi tambahan penghasilan bagi Ibu Onih. 

Keluarga Ibu Onih sebenarnya telah lama memulai berjualan nampun sempat vacum beberapa waktu karena alasan tertentu dan kembali berjualan pada Februari 2020.

Pada saat adanya pandemic Covid-19 penghasilan Ibu Onih jauh mengalami penurunan, bahkan pernah dalam sehari Ibu Onih tidak mendapatkan seorangpun pembeli, sehingga tidak ada penghasilan yang didapat oleh Ibu Onih. Namun, pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga terus berjalan.

Berikut rincian pengeluaran rutin per bulan Ibu Onih. Untuk beras Rp 360.000,-, untuk lauk pauk Rp 300.000,-, listrik Rp 110.000,-, untuk tabung gAs Rp 54.000,-, biaya pendidikan anak Rp 50.000,-, untuk transportasi (bensin) Rp 150.000,-, dan untuk pulsa Hp Rp 100.000,-

Keluarga Ibu Onih menggunakan air sumur untuk mandi dan mencuci pakaian, sedangkan untuk air minum biasanya Ibu Onih merebus terlebih dahulu air sumur tersebut agar dapat dikonsumsi.

Selain itu, rumah yang Ibu Onih tinggali bersama keluarga merupakan rumah miliki pribadi sehingga tidak memerlukan pengeluaran untuk membayar sewa rumah. 

Pendapatan yang ibu Onih dapatkan lebih sedikit dengan pengeluaran yang jauh lebih besar, oleh sebab itu Ibu Onih biasanya mendapatkan kiriman sejumlah uang dari anak-anaknya yang telah bekerja untuk membantu menutupi kekurangan.

Selain itu, Ibu Onih memproduksi makanan untuk dijual seperti pentol kuah yang beliau jual di warungnya tersebut. Ibu Onih juga mengubah pola konsumsinya, seperti mengurangi porsi makan dan makan seadanya.

Selama adanya pandemic Covid-19, Ibu Onih hanya mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah desa sebesar Rp 600.000,-, hal ini cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. 

Ibu Onih juga melaksanakan protokol kesehatan yang dihimbau pemerintah seperti apabila keluar rumah menggunakan masker, selalu mencuci tangan, bahkan Ibu Onih menyediakan tempat cuci tangan lengkap dengan sabun pembersih tangan didepan warungnya, selain itu beliau juga melakukan jaga jarak (tidak mendekati kerumunan) dan tetap berada dirumah.

2. Responden Kedua

Responden yang penulis wawancarai selanjutnya bernama Bapak Tono Budiyarto berusia 27 tahun, Bapak Tono tinggal di Desa Buluh Kuning, Gang Viola.

Pendidikan terakhir Bapak Tono ialah tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Bapak Tono memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 orang yaitu istri dan anaknya yang masih balita. Sebelum adanya pandemic Covid-19 pekerjaan Bapak Tono ialah sebagai penjual bakso keliling.

Lokasi tempat Bapak Tono berjualan ialah berkeliling di wilayah Kecamatan Sepauk, pekerjaan ini mulai beliau tekuni sejak tahun 2017. 

Bapak Tono bekerja sendiri dan biasanya mulai berjualan pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB, penghasilan yang beliau dapatkan sebelum adanya pandemic Covid-19 yakni sebesar Rp 600.000,- sampai dengan Rp700.000,- perhari. 

Pada saat setelah adanya pandemic Covid-19 Bapak Tono tidak bisa berjualan seperti biasanya karena keluar masuk Kecamatan dibatasi dan adanya anjuran dari pemerintah untuk berada dirumah saja. 

Hal ini menyebabkan Bapak Tono saat ini tidak dapat bekerja dan tidak memiliki penghasilan, sedangkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup terus berjalan. 

Berikut rincian pengeluaran rutin per bulan Bapak Tono. Untuk beras Rp 180.000,- , untuk lauk pauk Rp 300.000,-, listrik Rp 100.000,-, untuk air minum (galon) Rp 100.000,-, untuk tabung Gas Rp 60.000,-, untuk transportasi/bensin Rp 300.000,-, untuk rokok Rp 600.000,-, untuk pulsa Hp Rp 100.000,- dan untuk setor bank Rp 3.000.000,-. 

Keluarga Bapak Tono sama seperti keluarga Ibu Onih menggunakan air sumur untuk mandi dan cuci pakaian, serta untuk air minum yang direbus terlebih dahulu. 

Rumah yang ditempati oleh Bapak Tono merupakan rumah milik pribadi. Jumlah pengeluaran yang cukup besar dan tidak adanya pemasukan membuat Bapak Tono menggunakan uang tabungannya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. 

Selain itu, yang dilakukan Bapak Tono saat pandemic Covid-19 ialah dengan berdagang secara online, menggadaikan asset, dan juga mengubah pola konsumsi seperti mengurangi porsi menu makan. Bapak Tono juga sering pergi memancing supaya dapat sedikit meringankan beban pengeluaran.

Selama adanya pandemic Covid-19, Bapak Tono tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik itu bantuan langsung tunai, bantuan sembako, bantuan listrik, maupun bantuan lainnya. 

Namun meskipun demikian Bapak Tono dan keluarga tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bapak Tono juga tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, jika keluar rumah menggunakan masker dan tetap berada dirumah.

3. Responden Ketiga

Responden selanjutnya yang penulis wawancarai ialah Ibu Sutini, beliau berusia 53 tahun. Ibu Sutini tinggal di Desa Buluh Kuning RT/RW 005/003, rumah beliau berada di tepi jalan yang tidak jauh dari kantor Desa Buluh Kuning. 

Pendidikan terakhir Ibu Sutini ialah tamatan Sekolah Dasar. Ibu Sutini memiliki tanggungan keluarga sebanyak 2 Jiwa. 

Rumah yang Ibu Sutini tinggali merupakan rumah milik pribadi, dan untuk keperluan mandi, mencuci, dan minum, Ibu Sutini menggunakan air sumur, sehingga dapat sedikit menghemat pengeluaran. 

Suami Ibu Sutini bekerja sebagai petani karet dengan penghasilan yang beliau terima kurang lebih sebesar Rp 1.200.000,- perbulan. Apabila penghasilan yang didapat masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, maka Ibu Sutini mengambil uang tabungan untuk mencukupinya, selain itu Ibu Sutini memproduksi makanan atau minuman yang dapat dijual sehingga dapat sedikit meringankan beban pengeluaran.

Pada saat sebelum adanya pandemic Covid-19 Ibu Sutini bekerja sebagai pedagang yang berada di luar sekolah.

 Lokasi tempat berjualan Ibu Sutini ialah dirumahnya, karena rumah beliau tepat berada di samping sekolah SDN 20 SKPH SP 2, sehingga beliau tidak perlu membayar sewa tempat untuk berjualan.

Ibu Sutini menjual aneka macam makanan ringan, minuman, bubur, nasi kuning, kerupuk, dan sebagainya. Apabila bel istirahat berbunyi, banyak anak-anak sekolah yang membeli makanan maupun minuman di kantin Ibu Sutini, selain anak-anak sekolah masyarakat sekitar juga sering membeli makanan di kantin Ibu Sutini.

 Ibu Sutini berjualan dikantin sekolah sejak tahun 2011 bulan Oktober, beliau bekerja sendiri dan biasanya Ibu Sutini memulai berjualan dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB.

Penghasilan yang diperoleh dari berjualan tersebut ialah sekitar Rp 200.000,- perhari. Pada saat pandemic Covid-19 terjadi, Ibu Sutini tidak dapat berjualan karena anak-anak sekolah mulai belajar dari rumah, sehingga pendapatan Ibu Sutini jauh mengalami penurunan. Meskipun demikian, pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup terus berjalan.

Berikut pengeluaran rutin Ibu Sutini (perbulan). untuk beras Rp 720.000,-, untuk lauk pauk Rp 450.000,-,untuk listrik Rp 330.000,-untuk tabung gas Rp 112.000,- , biaya pendidika anak Rp 100.000,- sampai dengan Rp 200.000,-, untuk transportasi (bensin) Rp 120.000,-, untuk rokok Rp 450.000,- dan untuk puksa HP Rp 40.000,-

Selama pandemic Covid-19 terjadi, Ibu Sutini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik itu bantuan social, bantuan langsung tunai, maupun bantuan sembako.

Namun, beliau merupakan sosok yang sangat kaya hati, beliau juga selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena disaat pandemic saat ini beliau dan keluarga masih diberikan kesehatan dan itu merupakan nikmat yang sangat luar biasa, tidak sedikit masyarakat yang berada diluar sana kesulitan untuk makan, minum bahkan untuk tidur ditempat yang aman dan nyaman.

Ibu Sutini juga selalu menerapkan protokol kesehatan yang dihimbau pemerintah yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, beliau juga menyediakan tempat cuci tangan dan sabun pembersih tangan didepan rumahnya, apabila Ibu Sutini hendak keluar rumah maka beliau menggunakan masker, dan tetap berada dirumah saja jika tidak ada suatu keperluan yang mendesak.

4. Responden Keempat 

Responden selanjutnya yang penulis wawancarai ialah Ibu Mistana, beliau berusia 48 tahun. Ibu Mistana tinggal di Dusun Sepakat RT/RW 008/004, Desa Manis Raya, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, beliau hidup bersama anak dan cucunya, beliau tidak memiliki tanggungan keluarga karena anak-anaknya telah menikah.

Pendidikan terakhir Ibu Mistana yaitu tamatan Sekolah Dasar. Pada saat sebelum adanya pandemic Covid-19 Ibu Mistana bekerja sebagai penjual kantin didalam sekolah.

Lokasi tempat berjualan Ibu Mistana ialah di depan rumahnya, karena rumah beliau berada di dalam kawasan Yayasan Ma'had Syu'latul-Muna, disamping rumah beliau juga dibangun pondok pesantren untuk anak-anak yang ingin bersekolah dan sekaligus mondok. 

Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan tersebut ialah TK Syu'latul Muna, MI Syu'latul Muna, Mts Syu'latul Muna, dan MA Syu'latul Muna. Pada sore hari biasanya banyak anak-anak yang belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama di pondok tersebut. 

Ibu Mistana bekerja sendiri, dengan penghasilan bersih yang beliau peroleh kurang lebih sebesar Rp 100.000,- perhari Adapun pengeluaran rutin yang dilakukan oleh Ibu Mistana (per bulan), antara lain : untuk beras  Rp 360.000,-, untuk lauk pauk Rp 150.000,-,untuk listrik Rp 100.000,-untuk tabung gas Rp 300.000,- , untuk transportasi (bensin) Rp 90.000,-,  dan untuk menabung Rp 600.000,-.

Pada saat terjadi pandemic Covid-19, Ibu Mistana menggunakan uang tabungannya untuk menutupi pengeluaran yang cukup besar, selain itu beliau juga mengubah pola konsumsi dengan berbelanja di dekat rumah, dan mengurangi porsi menu makan. 

Selama pandemic Covid-19 Ibu Mistana tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah sekitar, namun beliau selalu bersyukur karena masih banyak orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, untuk makan sekali dalam sehari sangat susah. 

Ibu Mistana juga tetap mengikuti protokol kesehatan sesuai himbauan pemerintah yaitu ketika keluar menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan tetap berada dirumah.

5. Responden Kelima

Responden selanjutnya yang penulis wawancarai ialah Ibu Istiyah, beliau berusia 45 tahun. Ibu Istiyah tinggal dirumah miliki pribadi bersama suami, anak, dan orangtua nya di alamat Dusun Sepulut, RT/RW 002/001, Desa Manis Raya. 

Beliau memiliki tanggungan keluarga sebanyak 4 Jiwa. Jarak Desa Manis Raya dengan Desa Buluh Kuning ialah sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor. Pendidikan terakhir Ibu Istiyah yakni tamatan Sekolah Dasar (SD).

Pada saat sebelum adanya pandemic Covid-19 Ibu Istiyah bekerja sebagai penjual kue, yang biasa beliau titipkan di warung-warung, dalam sehari biasanya Ibu Istiyah mendapatkan penghasilan sebanyak Rp 100.000,- , namun setelah adanya pandemic Covid-19 penghasilan Ibu Istiyah menurun dan hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 80.000,- per hari. 

Ibu Istiyah membuat kue dibantu dengan anaknya dan dijual pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 19.00 WIB. Ibu Istiyah menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2017, selain memproduksi kue yang beliau titipkan ke warung-warung lainnya, beliau juga membuka warung kecil-kecilan dirumahnya, sehingga dari penghasilan tersebut dapat sedikit membantu dalam mencukupi kebutuhan.

Sumber: dokumentasi pribadi (kondisi warung Ibu Istiyah, disamping rumahnya)
Sumber: dokumentasi pribadi (kondisi warung Ibu Istiyah, disamping rumahnya)

Suami Ibu Isityah bekerja sebagai petani karet dengan penghasilan sebesar Rp 1.200.000,- perbulan, apabila penghasilan yang diperolah masih belum mencukupi maka Ibu Istiyah mengambil uang tabungannya untuk menutupi pengeluaran, 

Meskipun saat ini sedang terjadi pandemic Covid-19, pengeluaran rumah tangga terus berjalan seperti dalam pemenuhan kebutuhan dapur, dan berbagai keperluan lainnya. 

Berikut rincian pengeluaran rutin perbulan Ibu Istiyah,  untuk beras Rp 540.000,-, untuk lauk pauk Rp 300.000,-,untuk listrik Rp 300.000,-untuk tabung gas Rp 142.000,- untuk transportasi (bensin) Rp 100.000,-, dan untuk rokok Rp 300.000,-.

Ibu Istiyah menggunakan air sumur untuk berbagai keperluan seperti untuk memasak, mandi, mencuci pakian, dan untuk air minum setelah direbus terlebih dahulu. Selain itu, Ibu Istiyah tidak mempunyai HP sehingga tidak ada pengeluaran untuk membeli pulsa, apabila beliau ada keperluan untuk menelpon seseorang maka beliau meminjam HP anak nya.

Selama adanya pandemic Covid-19, Ibu Istiyah belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik itu bantuan langsung tunai, bantuan sosial, bantuan sembako, maupun Program Keluarga Harapan (PKH). 

Namun, beliau tetap bersyukur karena pada kondisi saat ini keluarganya masih diberikan kesehatan dan masih bisa begerak untuk mencari nafkah. Ibu Istiyah tetap mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker apabila hendak keluar rumah dan tetap dirumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun