Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kejujuran Diuji, Apa yang Akan Kita Lakukan?

17 Februari 2021   12:34 Diperbarui: 17 Februari 2021   14:43 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap orang dipanggil untuk kejujuran dan kebenaran, baik dalam perbuatan maupun perkataan. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk mencari kebenaran, menganutnya dan mengatur seluruh hidupnya sesuai dengan tuntutannya (Kompendium KGK, No. 521).

Kejujuran adalah Bagian Entitas Manusia yang Telah Terberi

Entah mengapa, saya sangat senang mengawali pembicaraan tentang manusia, selalu merujuk pada sisi ontologis-realitas. Salah satunya adalah ketika saya berbicara tentang potensi yang telah terberi di dalam diri manusia. Saya mau ambil tentang kejujuran. Sejak manusia terbentuk di rahim seorang ibu, kejujuran sudah tertanam di dalam dirinya dalam kadar dan bentuk yang sama (ontologis) untuk semua orang. Kejujuran merupakan sebuah entitas dalam diri manusia yang telah terberi (is given by) oleh Sang Pengada Tunggal dan berlaku universal, tidak pilih-pilih manusianya.

Kejujuran boleh dikatakan sebagai potensi. Dalam kehidupan nyata, potensi ini akan mulai ber-actus ketika orang lain memperkenalkannya lewat ajaran, diskusi, dan praksis hidup. Keluarga, guru, dan rekan sosial akan mengajari seorang manusia agar tahu, mau, dan mampu mengaplikasikan kejujuran. Perlahan, potensi kejujuran akan mendapat bentuknya ketika daya intelektulisasi manusia semakin matang dan setelahnya diwujudnyatakan dalam hidup.
Sekali lagi, semua manusia pada dasarnya punya potensi ini dalam bentuk dan taraf yang sama serta berlaku universal.


Memaknai Kejujuran

Kejujuran adalah kata benda bentukan dari kata dasar jujur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong; tidak curang; dan tulus, ikhlas. Sementara kejujuran berarti sifat (keadaan) jujur, ketulusan (hati), kelurusan (hati). Dari definisi ini, dapat dimengerti dan dipahami bahwa sikap jujur dan kejujuran merupakan hal positif, baik, dan benar. 

Jujur juga dapat dimaknai sebagai sikap bertindak dan berkata sesuai dengan kebenaran. Muhammad Mustari mengerti bahwa jujur itu sebagai perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya menjadi orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Maka, jujur itu penting dan perlu untuk diri sendiri dan siapa dan apa pun di luar diri sendiri.

Kejujuran Mengalami Benturan 

Tak dapat disangkal, bahwa kejujuran akan selalu mengalami benturan dengan realitas kehidupan yang sungguh kompleks. Mulai dari bangun pagi hingga mau tidur di malam hari, kejujuran akan selalu mengalami "ujian". Rasanya, ketika mengalami benturan atau ujian, setiap orang seakan berada di persimpangan pilihan. Mau pilih jujur atau tidak? "Kalau pilih jujur, nanti saya tidak bisa dapat ini, itu, dan semuanya!" "Sementara kalau tidak jujur, nanti bisa-bisa saya dapat 'karma'!" Yah, siapa saja pasti akan punya banyak pertimbangan dan dilema untuk pilih salah satu.

Pertimbangan untuk Jujur

Coba kita melihat sejenak beberapa pertimbangan untuk tetap pilih jujur. Ini berdasar pada pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun