Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kejujuran Diuji, Apa yang Akan Kita Lakukan?

17 Februari 2021   12:34 Diperbarui: 17 Februari 2021   14:43 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

1. Takut berdosa kalau justru pilih yang sebaliknya. Dalam ajaran agama masing-masing, ada larangan untuk berkata, berpikir, dan bertindak tidak jujur. Kalau larangan ini dilanggar, orang tersebut akan berdosa dan dihukum menurut ketentuan dalam ajaran agama masing-masing.

2. Takut ketahuan. Pikiran seperti ini lazim dirasakan seseorang sebelum bertindak untuk tidak jujur. Ada kepercayaan bahwa suatu saat, orang lain akan tahu entah bagaimana caranya, segala ketidakjujuran yang dilakukan.

3. Suara hati memberikan teguran. Orang yang suara hatinya masih sehat dan tajam, tentu akan berkata ogah untuk bertindak curang. Hatinya akan mengarahkan orang tersebut berpikir, berkata, dan bertindak lurus dan tulus serta sesuai dengan kebenaran. 

4. Khawatir akan kehilangan banyak hal. Sebelum melakukan hal yang tidak jujur, seseorang mungkin saja punya rasa khawatir bahwa ia akan kehilangan banyak hal. Ini tentu merugikan. Belum tentu ketidakjujuran itu menghasilkan banyak keuntungan. Dan kalaupun ketidakjujuran menghasilkan banyak kenikmatan, itu tidak sebanding dengan kehilangan atas segala-galanya dalam hidupnya.

5. Aturan, hukum, dan norma melarang. Orang yang punya tingkat kesadaran yang matang akan berpijak pada hukum, aturan, dan norma yang telah digariskan baik secara regional, nasional, dan internasional. Bagaimana pun juga, tidak ada aturan yang memberikan privilese positif untuk tidak jujur.

6. Sudah terdidik dan terlatih untuk hidup jujur. Orang yang punya prinsip hidup yang matang dan dewasa akan menolak segala bentuk ketidaklurusan dan ketidaktulusan. Untuk itu, keluarga, guru, dan masyarakat sekitar menjadi kunci pendidikan dan pelatihan bagi anak untuk sadar, tahu, mau, dan mampu hidup secara jujur, tulus, dan lurus.

7. Hidup akan tenang, nyaman, dan bahagia. Betul sekali. Ketika tidak ada kebohongan dan kepalsuan dalam hidup, orang akan merasa lega, tenang, nyaman, dan bahagia menjalani kehidupannya. Ia tidak merasa ada beban untuk ditutup-tutupi. Maka, gas terusss...

Pertimbangan untuk Tidak Jujur

1. Suara hati yang tumpul dan lemah. Suara hati akan selalu ada dalam diri setiap orang, tidak akan pernah mati. Yang ada ialah suara hati yang tumpul dan lemah. Ketika suara hati telah menjadi tumpul dan lemah, apa yang tidak baik, tidak jujur, dan tidak benar menjadi benar dan baik. Maka, orang ini akan menganggap biasa tindakan korupsi, mencontek, berbohong, menipu, dan menyebarkan kabar hoaks. 

2. Ajaran agama tidak memberikan efek dan dampak langsung dalam kehidupan nyata. Betul sekali, dosa dan sanksi atas ketidakjujuran tidak akan langsung dirasakan dalam kehidupan nyata. Itu urusan setelah mati. Maka, selagi masih bisa berbuat banyak, tidak salah untuk berbuat curang. Ketika sudah tidak bisa apa-apa, barulah berubah dan bertobat. Demikianlah alasan lain mengapa seseorang tidak jujur.

3. Dikuasai materialisme, hedonisme, dan konsumerisme. Ketika ketiga penyakit ini sudah merasuk dalam diri seseorang, tidak ada ruang untuk kejujuran bertumbuh. Kenikmatan, kemewahan, dan kenyamanan menjadi prioritas. Maka, segala usaha akan dilakukan. Yang penting, mata puas, perut kenyang, dan harta menumpuk tak habis-habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun