Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Semoga Tidak Salah Pilih!

9 Desember 2020   00:42 Diperbarui: 9 Desember 2020   00:43 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pengantar

Tinggal menunggu beberapa jam lagi, pilkada serentak akan digelar. Hati mulai gelisah, pikiran mulai ngelantur, dan perasaan juga tidak tenang. Siapa pun punya "jagoan"nya yang diunggulkan, ibarat fans fanatik sebuah tim sepak bola. Sedikit saja tim pilihannya diusik, amarah dan tensi naik. "Maunya, pilihankulah yang jadi juaranya!" bersit setiap orang dalam lubuk hatinya. Situasi ini hampir sama dengan berjudi dengan mata dadu. Setiap orang atau tim ingin mendapat mata dadu yang dipertaruhkannya. Kocokan mata dadu masih begitu misterius, siapa pun tidak ada yang mampu menebak kemungkinan apa yang muncul: terbaikkah atau terburuk? Kalau yang muncul adalah kemungkinan yang terbaik dan mata dadu yang diharapkan, syukur! Kalau tidak? Malangnya!!!

Kita semua pasti sudah mengantongi nomor, nama, dan partai calon kepala daerahnya. Ada yang sangat empirik mengkampanyekannya, ada juga yang tenang tapi pasti hanya senyum saja kalau ditanya siapa jagoannya di kontes pemilihan kepala daerah pada 09 Desember 2020. Atas cara bagaimana, si calon telah begitu memesona dan memikat hati kita masing-masing. Ada yang tertarik karena kesungguhan visi misinya membangun daerah. Atau tertarik karena prestasi pengalaman mengorganisasi  yang direkam dalam curriculum vitae nya. Atau dengan sedikit nada materialistik, seseorang tertarik karena si calon kepala daerah memiliki deposito uang yang luar biasa banyaknya. It is up to you!

Kami bukan bermaksud menyudutkan atau memojokkan siapa pun dalam tulisan ini. Tapi, mari sejenak bermenung dan berefleksi atas pengalaman kita di daerah masing-masing. Sudah puaskah kita dengan dinamika perkembangan dan pertumbuhan di daerah masing-masing? Apakah harapan demi harapan yang kita "bebankan" di pundak para pemimpin yang kita pilih sudah mengalami kemajuan walau step by step? Yang lebih menarik lagi, apakah pemimpin atau kepala daerah itu mampu menjadi seorang teman yang mau mendengarkan curahan hati kita? 

Spiritualitas Kepemimpinan

Jangan memandang "spiritualitas" hanya dari dasar atau dogma agama. Muatan spiritualitas sungguh luas. Dalam konsep umum, spiritualitas merupakan kedalaman relasi rohaniah dan psikis dengan Yang Ilahi dan sesama. Bukan hanya pemimpin yang cerdas, cakap, dan berkompeten saja yang diidamkan oleh setiap orang, tetapi pemimpin yang betul-betul punya roh ilahi dan insani.

Di dalam diri masing-masing orang ada kebenaran paradoksal: sekaligus memiliki kualitas ilahi dan sekaligus memiliki kualitas insani dan ini menyatu. Manusia dalam keterbatasan fisiknya memiliki anugerah ilahi untuk tertarik dan terarah kepada hal-hal yang baik dan teratur, sebab tidak ada keburukan dalam yang ilahi. Semua itu dianugerahkan oleh Pencipta yang diyakini. Sekaligus dalam diri manusia, ada keinginan untuk bergaul dengan apa dan siapa pun, membentuk dirinya sendiri, berekspresi, merasa, berpendapat, dan memutuskan sesuatu. 

Maka, kita membutuhkan pemimpin yang sungguh-sungguh sudah matang hidupnya secara rohani dalam pergaulan dengan sesamanya. Kita butuh pemimpin dengan nilai kebenaran, kejujuran, dapat dipercaya dan diandalkan, punya belas kasih, moralitasnya baik, bijak sana, dan empati dengan orang lain. Dalam hal ini, kita yang berada di bawah pemerintahannya. Kalau boleh jujur, masing-masing kita juga tidak bisa punya nilai ini seutuhnya, hanya saja kita berharap semoga ada orang lain yang lebih dari yang kita miliki. Maunya dan seharusnya, orang yang percaya diri mencalonkan dirinya menjadi primus inter paris sudah memiliki bobot untuk spiritualitas ini.

Pilih dengan Bijak dan No Kotak Kosong

Bagaimana pun, pilihan mesti tetap dilakukan. Jangan salah pilih. Bukan perkara duit, popularitas, atau tuntutan partainya. Tapi, sang pilihan yang kita mau majukan adalah orang yang memiliki semangat dan kharisma memimpin dan berelasi dengan sesamanya. Kerja, kerja, dan kerja! Pemimpin itu mesti mau turlap (turun lapangan) dan bersikap netral. Sekali lagi jangan salah pilih! Memilih kotak kosong artinya memilih benda menjadi tuan atas manusia. Hal ini memutarbalikkan kodrat manusia yang ilahi dan insani. Jangan sampai salah memilih! Program 5 tahun ke depan ada di tangan kita masing-masing.

Ayo, memilih siapa yang pantas dan layak kita dukung! Sekarang saatnya! Tapi, jangan lupa untuk tetap:

1. Memakai masker.

2. Membawa hand sanitizer.

3. Mengenakan gloves (bila dirasa amat perlu).

4. Mengenakan face shield.

5. Menjaga jarak kontak baik sebelum, saat, dan setelah memberikan suara.

6. Mencuci tangan.

7. Membawa kartu pemilihan atau eKTP.

8. Membawa alat tulis pribadi dari rumah.

Aku, kamu, kalian, dan kita: Semoga jangan sampai salah pilih! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun